WAWASAN NUSANTARA
PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH NEGARA
INDONESIA
Dosen Pengasuh :
Dr. Thomas R Hutauruk, SP,
Msi
A. PENGERTIAN
1. Falsafah
Secata etiologi sitilah falsafah atau bahasa Inggrisnya di sebut “philosophi” berasal
dari bahasa Yunani “philen” (cinta) dan “sophos” (hikmah/kearipan) atau bisa juga diartikan
“”cinta kebijaksanaan”. Menurut beberapa tokoh falsafah yaitu:
● Socrates : peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap
azas-azas dari kehidupan adil dan bahagia.
● Plato : filsuf adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam
pencarian menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tidak berubah.
Wawasan falsafah terdiri dari beberapa aspek yaitu:
1. aspek ontologi (eksistensi)
2. epistemologi (metode/cara)
3. aksikologi (nilai dan estetika)
Aliran falsafah juga terbagi atas beberapa sifat yaitu:
1. materialisme (kebendaan)
2. idealisme ispiritualisme (ide dan spirit)
3. realisme (realitas)
2. Pancasila
Pancasila adalah dasar falsafah negara republik Indoensia yang secara resmi
dihasilkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam UUD 1945,
diundangkan dalam berarti negara republik Indonesia tahun II No. 7 bersama dengan UUD
1945. Secara etiologis kata pancasila berasal dari bahasa sansekerta yaitu “panca” lima dan
“syila” (dasar/sendi). Secara ringkas falsafah pancasila sebagai refleksi kritis dan rasional
pancasila sebagai dasar negara dan keyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.
Pancasila memiliki fungsi sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai dasar Negara,
sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa, sebagai dasar falsafah bangsa Indonesia,
Inti atau esensi dari sila-sila dari Pancasila adalah :
1. Tuhan sebagai kausa Prima
2. Manusia sebagai makluk individu dan social
3. Persatuan, yaitu rasa bersatu sebagai kepribadian bangsa sendiri
4. Rakyat, yaitu unsure mutlak Negara harus bekerjasama dan bergotong-royong
5. Adil, yaitu memberikan keadilan bagi diri sendiri atau orang lain yang menjadi haknya
Dalam dunia filsafat proses pengkajiannya selalu dikenal dengan aspek etimologis,
ontologism dan aksiologis. Telaah ini dilakukan untuk melihat esensi dasar dari cara berpikir
filosofis sebagai sebuah filsafat bangsa. Landasan filsafat dapat dikategorikan ke dalam tiga
hal
yaitu : epistemologis, ontologis dan aksiologis.
- Ontologi membicarakan hakikat (segala sesuatu), ini berupa pengetahuan tentang hakikat
segala sesuatu.
– Epistimologi membicarakan cara memperoleh pengetahuan itu.
– Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Ontologi mencakup banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini, misalnya
Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, etika,estetika, hokum dan sebagainya.
Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja yang disebut epistimologi yang membicarakan
cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi setiap cabang filsafat. Sedangkan
Aksiologi hanya mencakup satu bidang filsafat yaitu aksiologi yang membicarakan guna
pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi semua cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat.
Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini menjelaskan
bahwa ukuran kebenaran filsafat itu ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis berarti
benar
dan bila tidak logis berarti salah. Ada hal yang patut diingat. Kita tidak boleh menuntut bukti
empiris untuk membuktukan kebenaran filsafat. Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang
logis dan tidak empiris. Bila logis dan tidak empiris itu adalah pengetahuan sains. Kebenaran
teori filsafat ditentukan oleh logis dan tidaknya teori itu. Ukuran logis dan tidaknya tersebut
akantrlihat padea argumen yang ada dalam kandungan nilainya.