Anda di halaman 1dari 29

Pendahuluan

1. A. Latar Belakang
Sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila kembali diuji ketahanannya
dalam era reformasi sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 67 tahun yang lalu
disambut dengan lahirnya sebuah peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu
lahirnya Pancasila.
Sebagai filsafat negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan
karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan pedoman bagi segenap bangsa
Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, serta menjadi dasar sekaligus
filsafat negara Republik Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia. Pancasila lahir 1 Juni 1945,
ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila
yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr
Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila
itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan krisis politik di negara ini, yaitu pertama ialah
karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang
Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-faham
positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut mempunyai
keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari
Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan
hidup bangsa Indonesia, selain itu, ideologi kediktatoran juga ditolak, karena bangsa Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur.
Dengan demikian bahwa filsafat Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi
yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda
maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan
guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
1. B. Rumusan Masalah:
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat disusunlah rumusan
masalah sebagai berikut:
1) Apakah sebenarnya filsafat Pancasila tersebut, dan bagaimana pancasila tersebut muncul
sebagai ideologi bangsa Indonesia?
2) Apakah fungsi dari filsafat Pancasila tersebut bagi bangsa dan Negara Indonesia?
3) Apakah yang menjadi bukti bahwa ideologi Pancasila menjadi dasar dari filsafat Negara
Indonesia?
1. C. Tujuan:
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1) Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa mengenai peranan ideologi Pancasila sebagai
dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia.
2) Sebagai kajian untuk mengetahui fungsi dan peranan ideologi Pancasila dalam kehidupan
bangsa Indonesia.
3) Sebagai sarana untuk memahami ideologi pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia .
1. D. Manfaat:
Manfaat teoristis dari penyusunan makalah ini antara lain, yaitu:
1) Memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang ideologi Pancasila.
2) Memberikan penjelasan mengenai terbentuknya ideology Pancasila sebagai ideologi
Negara Indonesia.
3) Memberikan penjelasan tentang fungsi daripada ideologi Pancasila terebut bagi bangsa
Indonesia.
Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini antara lain, yaitu:
1) Menjelaskan secara singkat kepada masyarakat mengenai ideologi Pancasila.
2) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai fungsi dan peranan ideologi Pancasila
3) Menjelaskan bagaimana munculnya ideologi pancasila sebagai ideology Negara Indonesia
1. E. Ruang lingkup:
Karya tulis ini membahas mengenai Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Indonesia, mulai terbentuknya ideologi tersebut, di akuinya ideologi tersebut, hingga fungsi dan
peranan ideologi Pancasila di kehiduoan berbangsa dan bernegara.
1. F. Sudut pandang:
Sudut pandang yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu menggunakan sudut
pandang sosiologi, yang menganalisis tentang ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
Negara Indonesia.
BAB II
Landasan teori
Pengertian filasat:
Secara etimologis istilah filsafat atau dalam bahasa Inggrisnya philosophi adalah berasal
dari bahsa Yunani philosophia yang secara lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan kata
philosophia tersebut berasal dari kata philos (pilia, cinta) dan sophia (kearifan).
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga
berarti wisdom atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang
bermanfaat bagi peradaban manusia. Sesungguhnya nilai ajaran filsafat telah berkembang,
terutama di wilayah Timur Tengah sejak sekitar 6000 600 SM; juga di Mesir dan sekitar sungai
Tigris dan Eufrat sekitar 5000 1000 sM; daerah Palestina/Israel sebagai doktrine Yahudi
sekitar 4000 1000 SM (Radhakrishnan, et al. 1953: 11; Avey 1961: 3-7). Juga di India sekitar
3000 1000 SM, sebagaimana juga di Cina sekitar 3000 500 SM.
Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental, universal dan hakiki;
karenanya dijadikan filsafat hidup oleh pemikir dan penganutnya. Pada umunya terdapat dua
pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses, dan filsfat dalam arti produk atau hasil.
Pancasila dapat di golongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat pancasila sebagai
pandangan hidup maupun filsafat pancasila dalam arti praktis. Oleh karena itu, berarti pancasila
memiliki fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam bersikap, bertingkah laku,
dan perbuatan dalam kehidupan sehari hari dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara
di manapun mereka berada.
Pengertian Pancasila:
Pancasila merupakan salah satu filsafat yang merupakan hasil dari pencerminan nilai nilai luhur
dan budaya bangsa indonesia yang terkandung 5 isi di dalamnya, yaitu satu, ketuhanan yang
maha esa, dua, kemanusiaan yang adil dan beradab, tiga, persatuan indonesia, keempat,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjasanaan dan permusayawaratan, perwakilan,
kelima, keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.
Secara historis pancasila muncul pada tanggal 01 Juni 1945 yang pada saat itu presiden Ir.
Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Kemudian,
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, keesokan harinya 18
Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya terdapat
rumusan lima Prinsip sebagai Dasar Negara yang kemudian dikenal dengan nama Pancasila.
Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada Alinea 4
Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI
adalah disebut istilah Pancasila hal ini didasarkan pada interprestasi (penjabaran) historis
terutama dalam rangka pembentukan Rumusan Dasar Negara.
BAB III
ISI
Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Bangsa Indonesia
Filsafat Pancasila dapat diartikan sebagai hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia. Pancasila pada hakikatnya juga memiliki arti sebagai perwujudan nilai nilai
luhur bangsa Indonesia sepanjang sejarah, dan merupakan penggabungan antara unsur unsur-
budaya luar yang sesuai dengan budaya Indonesia sehingga keseluruhannya terpadu menjadi
sebuah Ideologi yang bernama Pancasila. Pandangan tersebut akhirnya di yakini loeh bangsa
Indonesia dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan dari gagasan itulah
dapat diketahui akan cita- cita yang ingin di capai oleh bangsa dan Negara Indonesia.
Asal Mula Pancasila Menjadi Ideologi Bangsa Indonesia
Nilai filsafat Pancasila berkembang dalam kebudayaan dan peradaban bangsa Indonesia terutama
sebagai jiwa dan sumber dalam hal kerohanian bangsa dalam perjuangan melawan imperialisme
dan kolonialisme. Nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sekaligus sebagai jiwa bangsa
memberikan identitas serta martabat bangsa dalam budaya dan peradaban modern, sekaligus
sebagai sumber motivasi dan semangat perjuangan bangsa Indonesia. Nilai filsafat pancasila
secara filosofis- ideologis berkembang dalam sisterm kenegaraan Indonesia yang dinamakan
UUD1945. Jadi, tegaknya bangsa dan dan NKRI sebagai bangsa yang merdeka bersatu berdaulat
adil dan makmur, sangat diterntukan oleh tegaknya intergritas sistem kenegaraan pancasila dan
UUD 1945. Berdasarkan hal tersebut, semua komponen bangsa wajib setia dan bangga kepada
sistem kenegaraan pancasila sebagaimana terjabar dalam UUD 1945, termasuk kewajiban bela
Negara. Sebagai bangsa modern, kita mewarisi nilai nilai fundamental ideologis sebagai
pandangan hidup bangsa yang telah menjiwai dan sebagai identitas bangsa Indonesia. Pancasila
yang sekarang menjadi ideologi Negara, bersumber pada bangsa Indonesia sendiri, artinya,
pancasila digali dari kekayaan bangsa Indonesia, antara lain adat istiadat, budaya, serta nilai nilai
religius yang terpelihara dan berkembang sebagai pandangan hidup bangsa.
Hakikat Ideologi Pancasila
Pada hakikatnya, Pancasila tidak lain adaalah hasil olah pikir bangsa Indonesia berkat
kemampuannya dalam menghadapi kemajuan dan tantangan modernisasi. Membentuk Ideologi
mencerminkan cara berpikir bangsa Indonesia, namun juga membentuk bangsa Indonesia
menuju cita cita. Dengan demikian ideologi bukanlah sebuah pengetahuan teoristis belaka tetapi
merupakan sesuatu yang dihayati menjadi sebuah keyakinan. Ideologi Pancasila adalah satu
pilihan yang jelas membawa komitmen bagi bangsa indonesia untuk mewujudkannya. Oleh
karena itu, semakin mendalam kesadaran ideologis setiap bangsa Indonesia akan berarti tinggi
pula rasa komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap setiap
orang Indonesia yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang pasti dan harus ditaati dalam
kehidupan bermasayarakat, berbangsa, dan bernegara.
Fugsi filsafat pancasila bagi bangsa Indonesia:
Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang
ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat hidup). Dengan pandangan hidup
inilah suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan
arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan
hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-
persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya
sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-
bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan
dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya
yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan
hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan
oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa
adalah pencerminan dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya. Disamping itu
maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila ialah suatu
kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika kita
dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan manusia dengan
Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melalui perjuangan yang sangat panjang, dengan memberikan
segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan akibat penjajahan. Bangsa
Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara
proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang
secara keseluruhan membentuk kepribadian sendiri. Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan
kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu
ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan
lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah berjuang, denga melihat pengalaman
bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh gagasan-gagasan besar dunia., dengan tetap
berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa,
maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Pancasila yang
selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap
eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki
oleh bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam setiap rakyat indonesia. Oleh
karena itu, ia juga merupakan dasasr yang mampu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari PPKI pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di
kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu
haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara
Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan Negara Republik Indonesia sebagai
perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang PPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum
secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber
ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup
bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar
tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
(Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang
dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia harus sejalan dengan Pancasila
(berpedoman pada Pancasila). Isi tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum
(sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu
pengetahuan hukum). Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya
memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-
bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup
dan kehidupan banga dan negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan
perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa. Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat,
lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu
bergaul dengan berbagai peradaban dan kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis,
Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan
berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota
kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa
Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat
dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka
akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.
Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan mengamalkan
Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan
rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan
perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam
kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada
Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah
Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di
masa kini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela
Pancasila.
Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional
Nilai Filsafat Pancasila berkembang dalam budaya dan peradaban Indonesia terutama sebagai
jiwa dalam perjuangan kemerdekaan dari kolonialisme-imperialisme 1596-1945. Nilai filsafat
Pancasila baik sebagai pandangan hidup (filsafat hidup) bangsa, sekaligus sebagai jiwa bangsa
(jatidiri nasional) memberikan identitas dan integritas serta martabat (kepribadian) bangsa dalam
budaya dan peradaban dunia modern. Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis dan
konstitusional, semua komponen bangsa wajib setia dan bangga kepada sistem kenegaraan
Pancasila sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi 45 termasuk kewajiban bela negara.
Sebagai bangsa dan negara modern, kita mewarisi nilai-nilai fundamental filosofis-ideologis
sebagai pandangan hidup bangsa (filsafat hidup) yang telah menjiwai dan sebagai identitas
bangsa (jatidiri nasional) Indonesia.
Nilai-nilai fundamental warisan sosio-budaya Indonesia ditegakkan dan dikembangkan dalam
sistem kenegaraan Pancasila, sebagai pembudayaan dan pewarisan bagi generasi penerus.
Kehidupan nasional sebagai bangsa merdeka dan berdaulat sejak Proklamasi 17 Agustus 1945
berwujud NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45. Sistem NKRI ditegakan oleh kelembagaan
negara bersama semua komponen bangsa dan warganegara berkewajiban menegakkan asas
Pancasila secara konstitusional, yakni UUD Proklamasi 1945 seutuhnya sebagai wujud kesetiaan
dan kebanggaan nasional.Nilai-nilai fundamental dimaksud terutama filsafat hidup bangsa yang
oleh pendiri negara (PPKI) dengan jiwa hikmat kebijaksanaan dan kenegarawanan, musyawarah
mufakat menetapkan dan mengesahkan sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia
Filsafat Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapat kita temukan dalam beberapa
dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia diantaranya yaitu: Dalam
Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni
1945 alinea IV yang kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal
dengan sebutan Piagam Jakarta). Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember 1945,
alinea IV. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17
Agustus 1950. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5
Juli 1959.
BAB IV
KESIMPULAN
Filsafat Pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam dari bangsa Indonesia, yang dianggap,
diyakini sebagai kenyataan nilai dan norma yang paling benar, dan adil untuk melakukan
kegiatan hidup berbangsa dan bernegara di manapun mereka berada. Selain itu, filsafat Pancasila
memiliki beragam fungsi, diantaranya yaitu; sebagai pandangan hidupa bangsa Indonesia,
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia,
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan Pancasila sebagai sistem ideologi
nasional.















Dalam mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu kita pelajari yaitu
Pancasila dan Filsafat memplajari Pancasila melalui pendekatan sejarah supaya akan dapat
mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu di tanah air kita Indonesia
peristiwa peristiwa yang kami maksudkan adalah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila.
Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan sejarah bangsa Indonesia itu sendiri karena
itu dalam tulisan ini kami mencoba mulai dari masa kejayaan bahwa Indonesia merdeka yang
kemidian mengalami penderitaan akibat ulah kolonialisme sehingga timbul perjuangan bangsa
Indonesia melawan kolonialisme tersebut kemudian bangsa Indonesia berhasil meproklamasikan
kemerdekaan dan berhasil juga menjawab tanatangan tersebut serta mengisi kemerdekaannya itu
dengan pembangunnan. Dalam seluruh peristiwa tersebut Pancasila mempunyai peranan penting.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa memahami konsep filsafat
2. Mahasiswa memahami pancasila sebagai sistem filsafat
3. Mahasiswa memahami pancasila sebagai ideologi dan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara
4. Mahasiswa memahami makna nilai-nilai pancasila
BAB ll
PEMBAHASAN
1.1.1 Konsep filsafat
A. Pengertian
Beberapa pengertian filsafat dapat dilihat di bawah ini :
1. Secara etimologis, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari kata Philein artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta
kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat
berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
2. Secara terminologis, pengertian filsafat telah dikemukakan oleh para ahli sebagai:
a. Pengetahuan segala yang ada (Plato);
b. Penjelasan rasional dari segala yang ada; penjaga terhadap realitas yang terakhir (James K.
Feibleman);
c. Usaha untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan (Harold H. Titus);
d. Teori tentang perbincangan kritis (John Passmore);
e. Sistem kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipersoalkan secara radikal, sistematik dan
universal (Sidi Gazalba);
f. Refleksi menyeluruh tentang segala sesuatu yang disusun secara sistematis, diuji secara kritis
demi hakikat kebenarannya yang terdalam serta demi makna kehidupan manusia di tengah-
tengah alam semesta (Damardjati Supadjar).
Berdasarkan uraian mengenai pengertian filsafat di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa
filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran sejati. Namun perlu diingat bahwa
tidak selamanya filsafat digunakan untuk mencapai kebenaran.
B. Fungsi filsafat
Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan menyebabkan munculnya disiplin ilmu yang
semakin spesifik (lebih khusus). Berbagai ilmu spesifik tersebut bermunculan di muka bumi
yang perannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Spesialisasi yang terjadi sedemikian
rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan semakin kompleks.
Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat, tetapi ada pula yang telah jauh. Bahkan ada
yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Ketika ilmu-ilmu pengetahuan tersebut terus
berusaha memperdalam dirinya, maka pada kedalaman tertentu akhirnya sampai juga pada
filsafat. Sehubungan dengan keadaan tersebut di atas, filsafat dapat berfungsi sebagai sistem
interdisipliner. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah
kompleks tersebut. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu
pengetahuan.
C. Guna filsafat
Dengan memperhatikan uraian penjelasan dari fungsi filsafat di atas, filsafat mempunyai
kegunaan sebagai berikut:
1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut secara
sistematik.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan bersifat sempit dan
tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau mengambil kesimpulan
mengenai suatu hal secara mendalam dan komprehensif.
4. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
5. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleran dan tenggang rasa.
6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadinya maupun dalam
hubungan dengan orang lain.
7. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan dengan orang lain
alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa
Filsafat juga memiliki beberapa sifat dasar, yaitu mempunyai tingkat keumuman yang
tinggi, tidak faktawi (mendasarkan pada fakta-fakta yang ada), berkaitan dengan makna,
berkaitan dengan nilai, dan implikatif (memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, jawaban yang
diperoleh tidak pernah memuaskan sehingga muncullah pertanyaan baru). Metode dalam filsafat
ada empat macam, yaitu:
1. Metode Analisis, yaitu melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau pertanyaan-pertanyaan
ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat menangkap makna yang dikandungnya.
2. Metode Sintesis, yaitu melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk
menyusun suatu pandangan dunia.
3. Metode Analitiko Sintesis, yaitu penggabungan antara metode sintesis dan analisis dengan
melakukan perincian terhadap istilah atau pernyataan, kemudian mengumpulkan kembali suatu
istilah atau pengetahuan itu untuk menyusun suatu rumusan umum.
4. Metode Dialog Sokrates, yang merupakan dialog antara dua pendirian yang berbeda.
1.1.2 Pancasila sebagai sistem filsafat
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan induktif.
Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya
secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya,
dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan
bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan
sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan
sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme,
komunisme dan sebagainya.
Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain,
apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan
Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;
Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;
Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada
umumnya.
Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.
Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan Ontologis Pancasila, Epistemologis
Pancasila dan Aksiologis Pancasila.
1.1.3 Pancasila sebagai ideologi dan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara
A.Defenisi ideology
Definisi ideologi dapat dilakukan melalui pendekatan bahasa (etimologis) dan istilah.
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos dan logos. Eidos berarti
gagasan dan logos berarti berbicara (ilmu). Maka secara etimologis ideologi adalah berbicara
tentang gagasan, atau ilmu yang mempelajari tentang gagasan. Gagasan yang dimaksud di sini
adalah gagasan yang murni ada dan menjadi landasan atau pedoman dalam kehidupan
masyarakat yang ada atau berdomisili dalam wilayah negara di mana mereka berada.
Secara istilah, ideologi memiliki beragam makna. Dalam beberapa kamus atau referensi, dapat
terlihat bahwa definisi ideologi ada beberapa macam. Keanekaragaman definisi ini sangat
dipengaruhi oleh latar belakang keahlian dan fungsi lembaga yang memberi definisi tersebut.
Fungsi Ideologi Dalam Suatu Negara
1.Struktur Kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk
memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar.
2. Orientasi Dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan
tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Norma-norma yang menjadi pedoman pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan
bertindak.
4. Bekal dan Jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya, kekuatan yang mampu
menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
5. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta memolakan
tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya.

Secara singkat dapat disimpuklan bahwa Pancasila sebagai Ideologi Nasional berfungsi sebagai
tujuan atau cita-cita dari bangsa Indonesia serta sebagai sarana pemersatu bangsa. Makna
Ideologi Pancasila yaitu sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan dan nilai bangsa
Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
B. Fungsi dan peranan pancasila
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi
nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari
kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
1.1.4 Makna nilai-nilai pancasila
a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
c. Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia..
d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.
e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai
dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan
Makmur secara lahiriah atauun batiniah.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan
normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional
dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan
bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kami berusaha untuk menguraikan pembahasan mengenai filsafat pancasila, kami
dapat menyimpulkan bahwa nsur unsur Pancasila memang telah di miliki dan di jalankan oleh
bangsa Indonesia sejak dahulu. Oleh karena bukti bukti sejarah sangat beraneka ragam
wujudnya maka perlu diadakan analisa yang seksama. Karena bukti bukti sejarah sebagian ada
yang berupa symbol maka diperlukan analisa yang teliti dan tekun berbagai bahan bahan bukti
itu dapat diabstaksikan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil hasil yang memadai. Melalui
cara cara tersebut hasilnya dapat bersifat kritik dan tentu saja ada kemungkinan yang bersifat
spekulatif. Demikian pula adaunsur unsur yang di suatu daerah lebih menonjol dari daerah lain
misalnya tampak pada perjuangan bangsa Indonesia dengan peralatan yang sederhana serta
tampak pada bangunan dan tulisan dan perbuatan yang ada
Contoh contoh yang saya tulis diatas, merupakan sebagian bukti atas perjuangan bangsa
Indonesia sebagai sejarah bukti bukti atas peninggalan zaman dahulu misalnya arti dari tiap
tiap bangunan isi dan dan setiap buku tulisan serta lukisan makna dari pembuatan yang ada
dengan mengemukakan contoh contoh ini saya mengharapkan dapat menimbulkan rangsangan
untuk elakukan penelitian yang seksama terutama dalam rangka mempelajari filsafat Pancasila
dalam tulisan ini setidak tidaknya saya dapat menyatakan bahwa unsur unsur Pancasila
berasal dari bangsa Indonesia sendiri dan bukan jiplakan dari luar. Unsur unsur itu telah ada
sebelum tanggal 17 Agustus 1945, bahkan sebelum datangnya kaum penjajah dan pernah
berfungsi secara sempurna.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca dalam
pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya
- kami menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca
mempelajari tentang filsafat Pancasila
- Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad Notosoetarjo 1962, Kepribadian Revolusi Bangsa Indonesia
2. Notonagoro, Pnacasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III
3. K.Wantjik Saleh 1978, Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI, Jakarta PT. Gramedia
4. Soediman Kartohadiprojo 1970, Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung Alumni
5. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2105602-makna-pancasila-sebagai-dasar-
negara/





















FILSAFAT PANCASILA

1. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara harfiah filsafat dapat diartikan sebagai hasrat atau keingin tahuan yang sungguh-
sungguh akan suatu kebenaran yang sesungguhnya. Keterkaitanya dengan ilmu maka filsafat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat sagala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran.

2. CAKUPAN KAJIAN FILSAFAT
Kaelan dan Achmad Zubaidi (2007) mencakup filsafat sebagai proses dan produk.
a. Filsafat sebagai proses diartikan sebagai suatu aktivitas berfilsafat yang dalam proses
pemecahan suatu permasalahannya dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang
sesuai dengan permasalahannya.
b. Filsafat sebagai produk mencakup pengertian sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dari filsuf
pada zaman dahulu, teori system atau pandangan tertentu, merupakan hasil dari proses
berfilsafat.
Dalam mempelajari ilmu filsafat dapat dilakukan melalui pengkajian ontology,
epistimologi, dan axiology.
a. Kajian ontology; pembahasan ontologis dari suatu ilmu akan mengkaji objek yang menjadi
telaah ilmu itu sendiri. Yang menjadi kajian ontologis sesungguhnya bagaimana objek dari ilmu
itu ditata, diorganisasi, dan di krmbangkan dan dipecahkan dengan pendalaman yang konkret,
factual, transedental, maupun metafisi.
b. Kajian epistimologi; pembahasan ini menitik beratkan pada metode pengambangan ilmu secara
benar.
c. Kajian axiologi; pembahasannya menitik beratkan pada pengembangan ilmu dan teknologi
dalam kaitannya dengan kaedah norma dan nilai yang ada pada manusia.
Terhadan kajian ini muncul dua aliran:
pertama mengatakan pengembangan itu bebas nilai
kedua mengatakan pengembangannya tidak bebas nilai
3. FUNGSI FILSAFAT
a. Mengajak manusia bersikap arif, berwawasan luas terhadap problema yang dihadapi.
b. Dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan
hidup atau ide-ide yang muncul karena keinginannya.
c. Dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan secara lebih arif,
rasional, dan tidak terjebak pada fanatisme yang berlebihan.
d. Bagi mahasiswa atau ilmuwan dibutuhkan kemampuan menganalisis, yaituanalisis kritisyang
komprehensif dan sintesis atas berbagai masalah yang ddituangkan dalam sebuah riset atau
kajian ilmiah lainnya. Nilai ilmu pengetahuan timbul dari fungsinya, sedangkan filsafat timbul
dari nilainya.
4. PENETAPAN PANCASILA DALAM PEMBUKUAN UUD 1945
Dalam sidang tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 dibahas tentang dasar Negara. Tokohnya
Moh. Yamin, Dr. Supomo, dan Ir. Soekarno. Untuk membahas dasar Negara BPUPKI
membentuk panitia 9 yang di ketuai Ir. Soekarno, dan melaksanakan sidang tanggal 22 Juni 1945
berhasil merumuskan Piagam Jakarta.
Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juni disepakati untuk menjadi pembukuan dari RUU
dasar yang dipersiapkan untuk Indonesia merdeka.
Tanggal 16 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu.
Tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan.
Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang dan menghasilkan keputusan.
a. Mengesahkan UUD yang kemudian dikenal dengan UUD 1945
b. Memilih presiden dan wakil presiden. Soekarno dan Hatta sebagai wakil.
c. Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh komite nasional.
Pada masa orde lama 1 Juni ditetapkan sebagai lahirnya pancasila, diambil dari momentum
pidato Soekarno. Sedangkan hari kesaktian pancasila tanggal 1 Oktober sebagai peringatan lahir
pancasila.
5. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
a. Dilihat dari pendekatan ontologis, ontology dari pancasila adalah manusia, yaitu orang
Indonesia.
b. Dasar epistimologi pancasila, sebagai system pengetahuan nilai yang terkandung dalam
pancasila (Notonegoro) yaitu:
i. Umum universal
ii. Umum dan kolektif
iii. Bersifat khusus dan konkret
c. Dasar axiology pancasila, pancasila bukan ilmu pengetahuan yang bebas nilai.
Filsafat pancasila sebagai filsafah bangsa mencakup kasual-kasual, yaitu:
i. Kasual materialis, pancasila digali dari nilai ketuhanan, social budaya
yang ada pada diri masyarakat Indonesia.
ii. Kasual formalis, pancasila ditetapkan dalam pembukaan UUD 1945.
iii. Kasual efisiensi, pancasila merupakan rumusan 5 sila dengan kata-kata
yang mudah dimengerti dan dalam implementasinyamemberikan arahan cita-cita bangsa
Indonesia.
iv. Kasual finalis, tujuan akhir dari perjalanan bangsa Indonesia didasarkan
pada pancasila, yaitu mewujudkan manusia adil dan makmur.
6. PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAH
Esensi pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan penegasan akan pandangan bangsa
Indonesia terhada Tuhan, manusia, Negara dan warga Negara, pemerintah Negara, dan keadilan
bagi warga Negara.







Makalah Filsafat Pancasila
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang
merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila
dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan
dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.
Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan
penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia
akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap
kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam filsafat pancasila, kita dituntut untuk mempelajari apa hakikat pancasila, baik sebagai
pandangan hidup maupun sebagai dasar Negara begitu pula mengenai apa hakikat tiap-tiap sila. Dalam
tulisan ini saya akan mencoba menggali bagaimana hakikat sila pertama pancasila yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam filsafat dan Etika pancasila.



2. Perumusan masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh
hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu
adalah:
1. Bagaimana hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam filsafat pancasila ?
2. Landasan filosofis apakah yang melatarbelakangi adanya sila Ketuhanan yang Maha Esa?
3. Bagaimana hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam Etika Pancasila?
3. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pancasila
2. Untuk mengetahui hakikat yang terdapat dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam filsafat
pancasila
3. Untuk mengetahui landasan filosofis dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa serta perwujudannya
sebagai etika pancasila
4. Untuk mendalami makna pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafat atau dalam bahasa Inggrisnya philosophi adalah berasal
dari bahsa Yunani philosophia yang secara lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan kata
philosophia tersebut berakar pada kata philos (pilia, cinta) dan sophia (kearifan).
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti
wisdom atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna
kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari
kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi
peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:
Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan
terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan
mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif
Plato (472 347 s. M.)
Dalam karya tulisnya Republik Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta
pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan
mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang
bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini
kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
2.2 Hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam filsafat pancasila
2.2.1 Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan
wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan permintaan rezim yang
berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
2.2.2 Arti Ketuhanan yang Maha Esa
Tuhan adalah causa prima/sebab yang pertama , karena tidak tergantung pada siapa pun atau pada
apapun juga. Dia adalah yang mutlak, seluruh alam semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa adalah
yang satu atau maha tunggal. Esa dalam dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah
hakekatnya Tuhan bukan suatu compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan, maka
tidak ada yang menyamainya.
2.2.3 Bukti-bukti adanya Tuhan yang Maha Esa
A. Sebab akibat
Kalau ada akibat pasti ada sebabnya adanya dunia dengan segala isinya merupakan suatu akibat. Pasti
ada sebab yang menimbulkan adanya dunia ini, yaitu sebab yang pertama Tuhan yang maha Esa.
B. Adanya Suara hati
Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu yang mengungguli struktur alam jasmani, mengatasi
waktu dan tempat ) atau relatif transendental berasal dari sesuatu yang absolut transendental padahal
suara hati bersifat relatif relative transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang absolut
transendental yaitu Tuhan yang Maha Esa.
C. Setiap suku bangsa di Indonesia mengakui adanya suatu realitas yang maha tinggi, dengan sebutan
yang bermacam-macam seperti : Tuhan, Allah, Gusti, Hyang Widi, Sang Widi Wasa, Pangeran dan
sebagainya. Padahal keseluruhan suku-suku bangsa itu merupakan bangsa Indonesia. Jadi bangsa
Indonesia mengakui adanya realitas yang maha tinggi.
D. Adanya hidup di dunia ini
E. Adanya Pranata tertib dalam alam semesta
2.2.4 Hakikat Landasan Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai agama.
Dengan demikian sila Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sebagai
kausa materialis. Makna yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya
adalah Ketuhanan.
Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan adalah hubungan sebab-akibat yang
tidak langsung melalui manusia sebagai pendukung pokok Negara. Maka sesuai dengan makna yang
terkandung dalam sila pertama bahwa adanya Tuhan bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah
menjadi suatu keyakinan, sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah dalam
kenyataannya secara objektif ( ada dalam objektivanya ).
2.3 Landasan Filosofis Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia merupakan sumber nilai bagi pelaksanaan
penyelenggaraan Negara secara kongkrit, oleh karena itu inti isi sila pertama yang a ide-ide abstrak
umum universal harus sesuai dengan praktek penyelenggaraan Negara, moral penyelenggara Negara
dan juga penjabaran dalam tertib hukum Indonesia. Pengetahuan tentang adanya Tuhan ini telah
banyak dibuktikan secara rasional dengan beberapa argumentasi, yaitu :
Bukti adanya Tuhan secara ontologis yang berpendapat bahwa adanya segala sesuatu di dunia
tidak berada karena dirinya sendiri, melainkan karena sesuatu yang disebut ide. Ide ini berada di luar
segala sesuatu termasuk alam semesta, dan sebenarnya kenyataan yang sebenarnya adalah ide-ide
tersebut. Maka yang dimaksud ide yang tertinggi adalah Tuhan sebagai kausa prima.
Bukti adanya Tuhan secara kosmologis yang berpendapat bahwa alam semesta (termasuk
manusia ini ) diciptakan oleh Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini mempunyai
hubungan sebab-akibat, sebab sesuatu disebabkan oleh sebab yang lain. Misalnya rentetan hubungan
anak dengan orang tuanya, orang tuanya disebabkan oleh kakek dan neneknya, dan begitu seterusnya.
Sehingga rangkaian sebab akibat tersebut sampailah pada suatu sebab yang tidak disebabkan oleh yang
lain yang disebut sebab pertama ( kausa prima )
Bukti adanya tuhan secara Teleologis yang berpendapat bahwa alam diatur menurut sesuatu
tujuan tertentu Dengan lain perkataan alam ini dalam keseluruhannya berevolusi dan beredar kepada
suatu tujuan tertentu. Bahagian-bahagian dari alam ini mempunyai hubungan yang erat satu dengan
yang lainnya dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Maka dapatlah disimpulkan
bahwa ada suatu dzat yang menentukan tujuan tersebut, yaitu Tuhan
Bukti adanya Tuhan Secara Psikologis. Pembuktian ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa
kita memiliki suatu pengertian atau gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu kita
mencoba untuk menerangkan asal mula gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu
masalahnya bagaimana kita caranya untuk memperoleh gagasan tersebut. Gagasan diperoleh dari jenis
pengalaman-pengalaman tertentu atau diperoleh dari gagasan-gagasan yang lain yang digabungkan,
diperbandingkan dan sebagainya.


2.4 Hakikat Ketuhanan yang Maha Esa dalam etika pancasila
Peranan etika pancasila di dalam unsur ketuhanan ialah mempunyai peranan penting dalam
pembentukan manusia Indonesia yang utuh. Hal ini terbukti dari putusan rapat Badan pekerja tanggal
29 Desember 1947 yang menekankan agar agama mendapat tempat teratur ddan saksama, sedangkan
madrasah serta pesantren hendaknya mendapat perhatian. Realisasinya diatur dengan peraturan
bersama menteri pendidikan, pengajaran, dan Kebudayaan dan menteri agama di tiap-tiap sekolah
rendah dan sekolah lanjutan. Dengan melalui pendidikan agama diharapkan setiap siswa dan mahasiswa
dapat mendalami dan mengamalkan agamanya masing-masing. Dengan melalui pendidikan agama
diharapkan bahwa siswa dan mahasiswa dapat memahami nilai-nilai luhur dan moral yang terkandung di
dalam agamanya masing-masing. Melalui pendidikan agama manusia Indonesia yang utuh diharapkan
akan memiliki sifat berketuhanan. Dalam rangka pendidikan di Indonesia unsur Ketuhanan telah
mendapat perhatian dan tempat sebagaimana mestinya.












BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tuhan adalah causa prima/sebab yang pertama , karena tidak tergantung pada siapa pun atau
pada apapun juga. Dia adalah yang mutlak, seluruh alam semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa
adalah yang satu atau maha tunggal. Esa dalam dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah
hakekatnya Tuhan bukan suatu compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan, maka
tidak ada yang menyamainya.
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang nilai-nilainya telah ada pada
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai
agama. Dengan demikian sila Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis. Makna yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya
intinya adalah Ketuhanan.
` Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan adalah hubungan sebab-akibat yang tidak
langsung melalui manusia sebagai pendukung pokok Negara. Maka sesuai dengan makna yang
terkandung dalam sila pertama bahwa adanya Tuhan bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah
menjadi suatu keyakinan, sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah dalam
kenyataannya secara objektif ( ada dalam objektivanya ). Peranan etika pancasila di dalam unsur
ketuhanan ialah mempunyai peranan penting dalam pembentukan manusia Indonesia yang utuh.
Melalui pendidikan agama manusia Indonesia yang utuh diharapkan akan memiliki sifat berketuhanan.
Dalam rangka pendidikan di Indonesia unsur Ketuhanan telah mendapat perhatian dan tempat
sebagaimana mestinya.

2. Saran
Dalam kehidupan kita memang harus menjadikan pancasila sebagai pedoman dasar dan harus
melakukan pengamalan sila-sila dalam pancasila. Dalam sila pertama terutama, kita harus menghormati
berbagai macam agama yang ada di Indonesia, sebagai perwujudan akan saling menghormati dan
menghargai sesama pemeluk agama. Karena Indonesia ini terdiri dari kemajemukan agama di dalam
berbagai wilayah Indonesia.
Selain itu manusia di Indonesia juga diberikan kebebasan untuk memeluk agamanya sesuai
dengan kepercayaannya masing-masing selama agama tersebut merupakan agama yang keberadaannya
diakui di Indonesia. Oleh karena itu kerukunan antar umat beragama perlu kita jaga sebagai masyarakat
Indonesia yang Bhineka tunggal Ika dalam rangka perwujudan dan pengamalan sila-sila Pancasila
terutama dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.




DAFTAR PUSTAKA
Sunoto. Mengenal filsafat pancasila pendekatan melalui etika pancasila. 1985.yogyakarta:PT Hanindita
Kaelan.Filsafat Pancasila.1996.yogyakarta:Paradigma

Anda mungkin juga menyukai