Anda di halaman 1dari 11

Contoh Lembaga Eksekutif

Berikut ini contoh lembaga eksekutif, yaitu:

1. Presiden

2. Wakil Presiden

3. Menteri

Wewenang dan Tugas Lembaga Eksekutif

Berikut ini wewenang dan tugas lembaga eksekutif di suatu pemerintahan:

1. Menjalankan roda pemerintahan suatu negara.

2. Menjalin kerjasama dan perjanjian dengan negara lain atas persetujuan perwakilan rakyat.

3. Menerima dan menjamu tamu-tamu kenegaraan seperti duta besar atau presiden negara
lain yang datang ke Indonesia.

4. Mengangkat dan mendelegasikan perwakilan negara Indonesia, seperti duta dan konsul ke
negara-negara sahabat.

5. Memberikan apresiasi, gelar, tanda kehormatan, atau tanda jasa pada warga negara
Indonesia atau asing yang telah berjasa bagi Indonesia.

Lembaga Legislatif Pemerintahan Indonesia

Pengertian lembaga legislatif adalah lembaga atau badan yang bertugas dan memiliki wewenang
untuk membuat dan merumuskan undang-undang, kebijakan, dan peraturan di suatu negara.
Lembaga legislatif merupakan badan deliberatif pemerintah yang mendapatkan kuasa dalam
membuat hukum dan kebijakan di suatu negara.

Contoh Lembaga Legislatif dan Tugasnya

Berikut ini contoh-contoh lembaga legislatif dalam pemerintahan Indonesia:

1. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

tugas-tugas DPR sebagai berikut:

 Mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi.

 Memilih anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) secara langsung.

 Memberi persetujuan kepada Presiden dan Wakil Presiden untuk pernyataan kerjasama atau
perjanjian dengan negara lain, pernyataan perang atau damai.

 Mengusulkan pemberhentian atau pemakzulan Presiden dan Wakil Presiden.

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

tugas-tugas MPR sebagai berikut:

 Membuat undang-undang, peraturan, serta kebijakan.

 Menetapkan dan mengubah Undang-Undang.


 Melantik Presiden dan Wakil Presiden.

 Memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai Undang-Undang.

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

tugas-tugas DPD sebagai berikut:

 Memeriksa hasil keuangan negara melalui Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

 Memberikan pertimbangan kepada Presiden dan Wakil Presiden mengenai RUU APBN.

 Mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah dan mengawasi pelaksanaanya.

Lembaga Yudikatif Pemerintahan Indonesia

Pengertian lembaga yudikatif adalah lembaga atau badan negara yang memiliki tugas untuk
melakukan pengawasan, pengawalan, serta pemantauan proses pelaksanaan UU, dan pengawasan
pelaksanaan hukum di sebuah negara.

Contoh Lembaga Yudikatif dan Tugasnya

Berikut ini beberapa lembaga yudikatif di Indonesia:

1. Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah konstitusi (MK) merupakan lembaga yudikatif yang memiliki wewenang dan tugas
sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir. Adapun keputusan-keputusan MK bersifat final
untuk menguji UU.

Tugas-tugas Mahkamah Konstitusi diantaranya:

 Memutuskan pembubaran sebuah partai politik.

 Memutuskan persengketaan yang terjadi.

 Memutuskan persengketaan dan perselisihan yang berkaitan dengan hasil pemilu.

 Mengadili pada tingkat pertama hingga akhir dan putusan yang bersifat final untuk menguji
Undang-Undang.

 Menerima usulan DPR perihal pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden untuk segera
ditindaklanjuti.

 Memberikan putusan mengenai pendapat DPR atas dugaan pelanggaran yang dilakukan
Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan Undang-Undang.

2. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah agung adalah lembaga atau badan yudikatif yang memiliki wewenang atas kehakiman.
Kekuasaan tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan peradilan dalam penegakan hukum yang
adil.

Tugas-tugas Mahkamah Agung (MA) yaitu:

 Memberikan pertimbangan kepada presiden mengenai pemberian grasi serta rehabilitasi.

 Menguji dan mengadili peraturan perundang-undangan.


 Mengajukan 3 (tiga) orang anggota hakim konstitusi.

3. Komisi Yudisial (KY)

Komisi yudisial (KY) adalah lembaga yudikatif yang memiliki tugas dan wewenang untuk
mengusulkan pengangkatan hakim agung. KY juga memiliki tugas penegakan martabat dan perilaku
seorang hakim.

Tugas-tugas Komisi Yudisial (KY) adalah:

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung.

 Menjaga serta menegakkan keluhuran, kehormatan, martabat, dan perilaku hakim.

Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa.

3. Pengakuan adanya kausa prima, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

4. Penyelenggaraan pemerintahan harus menjamin semua penduduk Indonesia untuk memeluk


agama dan beribadah menurut agama dan kepercayanannya.

5. Tidak memaksa warga negara untuk memeluk agama tertentu, tetapi diwajibkan memeluk agama
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

6. Penyelenggaraan pemerintahan menjamin berkembang dan tumbuhnya kehidupan beragama,


toleransi antarumat beragama.

7. Atheisme atau ajaran yang tidak memercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dilarang di Indonesia.

Nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

1. Pemerintah menempatkan manusia sesuai hakikatnya sebagai makhluk hidup. Hal itu dikarenakan
manusia sebagai makhluk Tuhan yang universal.

2. Penyelenggaraan pemerintahan akan memperlakukan seluruh warga negara dan penduduk yang
tinggal di wilayahnya dengan adil.

3. Memahami manusia mempunyai daya cipta, daya rasa, dan daya karsa yang tidak sama dengan
makhluk lain.

4. Mengakui adanya martabat manusia.

5. Menjunjung tinggi bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan harus dihapuskan dari atas
dunia, terutama negara Indonesia.

6. Penyelenggara pemerintah harus dapat mewujudkan keadilan dalam peradaban yang kuat.
Nilai Sila Persatuan Indonesia

1. Mengakui adanya Bhinneka Tunggal Ika.

2. Penyelenggaraan pemerintahan harus mempunyai nilai pengertian nasionalisme.

3. Cinta bangsa dan tanah air.

4. Selalu menggalang persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.

5. Penyelenggara pemerintah harus selalu menghilangkan penonjolan kekuatan dan kekuasaan


berdasarkan suku, keturunan, dan warna kulit atau rasis.

6. Setelah memahami semua nilai persatuan Indonesia, penyelenggaraan pemerintahan harus


menumbuhkan nilai rasa senasib dan sepenanggungan di antara rakyat Indonesia.

Nilai Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan

1. Hakikat dalam sila keempat adalah demokrasi. Demokrasi yang dimaksud ialah dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.

2. Pemimpin penyelenggara pemerintahan dari level paling bawah sampai paling tinggi adalah
seseorang yang dapat membuat kebijakan berdasarkan akal sehat. Bukan pemimpin yang tidak
dapat menerima usul dan kritik dari rakyat yang memilihnya.

3. Dalam setiap keputusan, penyelenggara pemerintahan harus berdasarkan musyawarah untuk


mencapai mufakat. Dalam tingkat tertinggi, musyawarah dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang
duduk di lembaga-lembaga negara yang ada, terutama DPR.

4. Gotong royong merupakan nilai yang harus dianut oleh penyelenggara pemerintahan.

Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam yang memiliki arti dinamis dan
berkelanjutan.

2. Seluruh sumber daya alam dan kekayaan alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, menjadi milik
negara dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk kebahagiaan bersama. Adapun pelaksanaannya
diatur pemerintah daerah sesuai potensi dan kemampuan masing-masing daerah.

3. Penyelenggaraan pemerintahan harus melindungi segenap bangsa agar dapat bekerja dan ikut
membangun Indonesia sesuai bidangnya masing-masing.

4. Cita-cita masyarakat yanga adil dan makmur berusaha diwujudkan oleh penyelenggara
pemerintahan. Cita-cita tersebut tidak hanya mencakup tujuan secara fisik/materi, tetapi juga
mencakup spiritual.

5. Penyelenggara pemerintahan mempunyai prinsip yang cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Dengan demikian, tidak akan terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.
2.fungsi mentri negara dan lembaga pemerintah non kementrian

Adapun tugas dan fungsi lembaga pemerintah kementerian sebagai berikut :


1. Penyelenggara perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan
barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya dan pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
2. Perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan
negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya,
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah dan
pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
3. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya dan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.

Adapun tugas dan fungsi lembaga pemerintah non kementerian sebagai berikut :
a. Tugas
Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Fungsi
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga
3. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kearsipan
4. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian,
perlengkapan dan rumah tangga.

bahwa kemerdekaan beragama dan berkepercayaan di Indonesia telah diatur dalam pasal 28 E ayat
1 dan 2 serta pasal 28 I Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pasal 28 E
ayat 1 berbunyi, sebagai berikut: ”Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.” Pasal 28 E ayat 2
berbunyi, yaitu:  ”Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.” Sementara itu, pasal 28 I menjelaskan bahwa hak bergama
dan hak berkepercayaan merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun.
Suprastruktur Politik
suprastuktur politik adalah semua lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara dan
menjalankan fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif. Lembaga negara tersebut memiliki tugas
membuat keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.

 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

 Presiden/Wakil Presiden

 Mahkamah Agung (MA)

 Mahkamah Konstitusi (MK)

 Komisi Yudisial (KY)

 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Infrastruktur Politik

infrastruktur politikadalah kelompok kekuatan politik dalam masyarakat yang turut berpartisipasi
secara aktif. Kelompok tersebut dapat berperan menjadi pelaku politik tidak formal untuk turut serta
dalam membentuk kebijaksanaan negara.

 Partai politik
Partai politik merupakan organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia dengan sukarela atas dasar persamaan kehendak serta cita-cita guna
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa serta negara melalui pemilihan
umum. Partai politik berdiri karena adanya dorongan persamaan kepentingan dan cita-cita
politik.

 Kelompok Kepentingan (interest group)


Kelompok kepentingan adalah kelompok yang mempunyai kepentingan terhadap kebijakan
politik negara. Kelompok ini dapat menghimpun atau mengeluarkan dana serta tenaga untuk
melaksanakan tindakan politik yang biasanya berada di luar tugas politik.

 Kelompok penekan (pressure group)


Kelompok penekan merupakan kelompok yang memiliki tujuan untuk mengupayakan atau
memperjuangkan keputusan politik berupa undang-undang atau kebijakan publik yang
dikeluarkan pemerintah sesuai dengan kepentingan serta keinginan kelompok mereka.
Kelompok ini biasanya akan tampil ke depan dengan beragam cara untuk menciptakan
pendapat umum yang mendukung keinginan kelompok mereka.

 Media komunikasi politik


Merupakan sarana atau alat komunikasi politik dalam proses penyampaian informasi serta
pendapat politik secara tidak langsung, baik terhadap pemerintah ataupun masyarakat pada
umumnya. Keberadaan media komunikasi diharapkan mampu mengolah, mengedarkan
informasi ataupun mencari aspirasi atau pendapat sebagai berita politik.
desentralisasi pada dasarnya adalah suatu proses penyerahan sebagian wewenang dan tanggung
jawab dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada badanbadan atau lembaga-
lembaga pemerintah daerah. Tujuannya adalah agar urusan-urusan dapat beralih kepada daerah dan
menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah daerah. Desentralisasi mengandung segi
positif dalam penyelenggaraan pemerintahan baik dari sudut politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
pertahanan keamanan.

Dilihat dari fungsi pemerintahan, desentralisasi menunjukkan beberapa hal sebagai berikut.

a. Satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai perubahan yang terjadi
secara cepat.
b. Satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas lebih efektif dan lebih efisien.
c. Satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif.
d. Satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, serta
komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.

Praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki


beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan desentralisasi

Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut.

BACA JUGA

 Pengertian dan Bentuk Kerjasama Antar Umat Beragama

 Dasar Hukum Bela Negara Bedasarkan UUD 1945

 Arti Pancasila Sebagai Dasar Negara

a. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan pendelegasian wewenang untuk


memperingan manajemen pemerintah pusat.

b. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.


c. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak, pemerintah daerah tidak perlu
menunggu instruksi dari pusat.
d. Hubungan yang harmonis dapat ditingkatkan dan dapat lebih dioptimalkan gairah kerja antara
pemerintah pusat dan daerah.
e. Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara pemerintahan, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.
f. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat segera dilaksanakan.
g. Bagi organisasi yang besar dapat memperoleh manfaat dari keadaan di tempat masing-masing.
h. Sebelum rencana dapat diterapkan secara keseluruhan, maka pada awalnya dapat diterapkan
dalam satu bagian tertentu terlebih dahulu sehingga rencana dapat diubah.
i. Risiko yang mencakup kerugian dalam bidang kepegawaian, fasilitas, dan organisasi dapat terbagi
bagi.
j. Dapat diadakan pembedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan-kepentingan
tertentu.
k. Desentralisasi secara psikologis dapat memberikan kepuasan bagi daerah karena sifatnya yang
langsung.

Kelemahan desentralisasi

Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Besarnya badan-badan struktural pemerintahan yang membuat struktur pemerintahan bertambah


kompleks yang berimplikasi pada lemahnya koordinasi.

b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah dapat lebih mudah
terganggu.
c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan perundingan yang
bertele-tele.
e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan
kesederhanaan.

Berdasarkan Undang-undang No 32 Tahun 2004, definisi otonomi daerah atau desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi. Untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 26 UUD 1945 menjelaskan bahwa :

“Seseorang dikatakan menjadi warga negara ialah orang – orang bangsa Indonesia asli serta orang –
orang bangsa lain dimana disahkan dengan Undang – Undang sebagai warga negara”.

Asas – Asas Kewarganegaraan

Pada asas kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut:

1. Asas Ius Sanguinis (Asas Keturunan), ialah asas kewarganegaraan dimana seseorang
ditentukan berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan atau berkaitan.

2. Asas Ius Soli (Asas Kedaerahan), ialah asas kewaragnegaraan dimana seseorang ditentukan
berdasarkan sebuah tempat kelahirannya pada saat itu (dilahirkan).

Jenis & Contoh

Terdapat 3 kemungkinan status kewarganegaraan seorang penduduk terjadi, berikut contohnya :

1. Apatride

Apatride terjadi karena adanya seorang penduduk dimana sama sekali tidak memiliki
kewarganegaraan.
Misal : Pinaozora dari keturunan negara Jerman dimana menganut asas ius soli namun ia dilahirkan
di negara Portugis yang menganut asas ius sanguinis, maka Pinaozora bukan WN Jerman maupun
bukan WN Portugis

2. Bipatride

Bipatride terjadi karena adanya seorang penduduk dimana memiliki 2 macam kewarganegaraan
langsung ataupun sekaligus.

Misal : Dheas dari keturunan negara Kanada dimana menganut asas ius sanguinis, namun ia lahir di
negara Rusia yang menganut asas ius soli, maka Dheas merupakan WN Kanada serta juga WN Rusia.

3. Multipatride

Multipatride terjadi karena adanya seorang yang bipatride, dimana setelah dewasa ia mendapatkan
kewarganegaraan lain dengan tidak atau tanpa melepaskan status bipatridenya.

Misal : Deyy memiliki 2 kewarganegaraan ialah WN Indonesia dengan WN Timor Leste. Selanjutnya,
di saat dewasa ia ingin menjadi WN Amerika Serikat. Akhirnya, dia diterima sebagai WN Amerika
Serikat serta juga tidak perlu melepaskan 2 kewarganegaraan yang sebelumnya tersebut.

Bentuk Stelsel

Terdapat 2 cara untuk menentukan status kewarganegaraan dimana yang dilakukan oleh
pemerintah ialah :

1. Stesel Aktif

Dikatakan stelsel aktif ialah seseorang dimana harus melakukan tindakan hukum tertentu secara
aktif atau dikenal dengan naturalisasi biasa.

Naturalisasi Biasa

Berikut syarat – syarat naturalisasi biasa :

1. Sudah berusia atau menginjak 21 Tahun.

2. Lahir di wilayah RI ataupun bertempat tinggal dimana paling akhir min. 5 thn berturut –
turut maupun 10 tahun tidak berturut – turut.

3. Jika ia seorang laki-laki yang telah menikah, maka ia perlu mendapatkan persetujuan
istrinya.

4. Dapat berbahasa Indonesia.

5. Sehat jasmani serta rohani.

6. Bersedia membayar kepada kas negara uang sejumlah Rp.500 sampai 10.000 dimana sesuai
atau tergantung kepada penghasilan yang didapat setiap bulan.

7. Memiliki suatu mata pencaharian tetap.

8. Tidak memiliki kewarganegaraan lain, jika ia memperoleh kewarganegaraan maupun


kehilangan kewarganegaraan RI .

Stesel Pasif
Dikatakan stelsel pasif ialah seseorang dimana dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara
tanpa melakukan suatu tindakan hukum tertentu atau dikenal dengan naturalisasi istimewa.

Naturalisasi Istimewa

Naturalisasi istimewa di negara RI bisa diberikan kepada warga negara asing dimana berstatus
kewarganegaraannya pada kondisi sebagai berikut :

1. Seorang anak WNI yang lahir di luar perkawinan dimana sah, namun belum berusia 18 tahun
maupun belum menikah diakui secara sah oleh ayahnya dimana berkewarganegaraan asing.

2. Seorang anak WNI yang belum berusia 5 tahun walaupun sudah secara sah sebagai anak
oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan, namun akan tetap sebagai WNI.

3. Perkawinan WNI dan WNA, baik sah ataupun tidak sah serta diakui orang tuanya yang WNI,
maupun perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI walaupun status kewarganegaraan
orang tuanya tidak jelas, dimana dikarenakan anak berkewarganegaraan ganda sehingga
usia 18 tahun maupun sudah kawin.

4. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat dengan secara tertulis, serta


disampaikan kepada pejabat dimana disamping itu dengan melampirkan dokumen
sebagaimana yang telah ditentukan di dalam Perundang – Undangan.

5. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3


tahun sesudah anak berusia 18 tahun maupun telah kawin.

6. Warga asing yang sudah berjasa kepada negara RI dengan pernyataan sendiri maupun
dengan permohonan. Dimana untuk menjadi warga negara RI atau bisa juga diminta oleh
negara RI, dan kemudian mereka mengucapkan janji setia maupun sumpah (tidak perlu
memenuhi seluruh syarat sebagaimana terdapat pada naturalisasi biasa). Cara ini diberikan
oleh Presiden disamping dengan persetujuan DPR.

Pasal 28 E ayat 1 berbunyi, sebagai berikut: ”Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilihkewarganegaraan, memilih tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.”

Pasal 28 E ayat 2 berbunyi, yaitu:  ”Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.”

Komponen kebebasan beragama Berdasarkan penjelasan pasal di atas, terdapat dua komponen
dalam kebebasan beragama dan berkepercayaan. Budiyono melalui jurnal Politik Hukum Kebebasan
Beragama dan Berkepercayaan di Indonesia (2013), menjelaskan dua komponen tersebut:

Kebebasan internal

Kebebasan internal adalah kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang untuk meyakini, berpikir,
memilih agama yang diyakininya, dan meyakini doktrin-doktrin keagaman yang menurut dia benar.

Kebebasan eksternal

Kebebasan eksternal adalah kebebasan seseorang untuk mengekspresikan agama yang diyakininya
itu melalui dakwah, pendidikan, dan melalui sarana-sarana yang lain.

Anda mungkin juga menyukai