1. Presiden
2. Wakil Presiden
3. Menteri
3. Menerima dan menjamu tamu-tamu kenegaraan seperti duta besar atau presiden negara
lain yang datang ke Indonesia.
4. Mengangkat dan mendelegasikan perwakilan negara Indonesia, seperti duta dan konsul ke
negara-negara sahabat.
5. Memberikan apresiasi, gelar, tanda kehormatan, atau tanda jasa pada warga negara
Indonesia atau asing yang telah berjasa bagi Indonesia.
Pengertian lembaga legislatif adalah lembaga atau badan yang bertugas dan memiliki wewenang
untuk membuat dan merumuskan undang-undang, kebijakan, dan peraturan di suatu negara.
Lembaga legislatif merupakan badan deliberatif pemerintah yang mendapatkan kuasa dalam
membuat hukum dan kebijakan di suatu negara.
Memberi persetujuan kepada Presiden dan Wakil Presiden untuk pernyataan kerjasama atau
perjanjian dengan negara lain, pernyataan perang atau damai.
Memberikan pertimbangan kepada Presiden dan Wakil Presiden mengenai RUU APBN.
Mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah dan mengawasi pelaksanaanya.
Pengertian lembaga yudikatif adalah lembaga atau badan negara yang memiliki tugas untuk
melakukan pengawasan, pengawalan, serta pemantauan proses pelaksanaan UU, dan pengawasan
pelaksanaan hukum di sebuah negara.
Mahkamah konstitusi (MK) merupakan lembaga yudikatif yang memiliki wewenang dan tugas
sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir. Adapun keputusan-keputusan MK bersifat final
untuk menguji UU.
Mengadili pada tingkat pertama hingga akhir dan putusan yang bersifat final untuk menguji
Undang-Undang.
Menerima usulan DPR perihal pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden untuk segera
ditindaklanjuti.
Memberikan putusan mengenai pendapat DPR atas dugaan pelanggaran yang dilakukan
Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan Undang-Undang.
Mahkamah agung adalah lembaga atau badan yudikatif yang memiliki wewenang atas kehakiman.
Kekuasaan tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan peradilan dalam penegakan hukum yang
adil.
Komisi yudisial (KY) adalah lembaga yudikatif yang memiliki tugas dan wewenang untuk
mengusulkan pengangkatan hakim agung. KY juga memiliki tugas penegakan martabat dan perilaku
seorang hakim.
5. Tidak memaksa warga negara untuk memeluk agama tertentu, tetapi diwajibkan memeluk agama
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
7. Atheisme atau ajaran yang tidak memercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dilarang di Indonesia.
1. Pemerintah menempatkan manusia sesuai hakikatnya sebagai makhluk hidup. Hal itu dikarenakan
manusia sebagai makhluk Tuhan yang universal.
2. Penyelenggaraan pemerintahan akan memperlakukan seluruh warga negara dan penduduk yang
tinggal di wilayahnya dengan adil.
3. Memahami manusia mempunyai daya cipta, daya rasa, dan daya karsa yang tidak sama dengan
makhluk lain.
5. Menjunjung tinggi bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan harus dihapuskan dari atas
dunia, terutama negara Indonesia.
6. Penyelenggara pemerintah harus dapat mewujudkan keadilan dalam peradaban yang kuat.
Nilai Sila Persatuan Indonesia
Nilai Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
1. Hakikat dalam sila keempat adalah demokrasi. Demokrasi yang dimaksud ialah dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
2. Pemimpin penyelenggara pemerintahan dari level paling bawah sampai paling tinggi adalah
seseorang yang dapat membuat kebijakan berdasarkan akal sehat. Bukan pemimpin yang tidak
dapat menerima usul dan kritik dari rakyat yang memilihnya.
4. Gotong royong merupakan nilai yang harus dianut oleh penyelenggara pemerintahan.
1. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam yang memiliki arti dinamis dan
berkelanjutan.
2. Seluruh sumber daya alam dan kekayaan alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, menjadi milik
negara dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk kebahagiaan bersama. Adapun pelaksanaannya
diatur pemerintah daerah sesuai potensi dan kemampuan masing-masing daerah.
3. Penyelenggaraan pemerintahan harus melindungi segenap bangsa agar dapat bekerja dan ikut
membangun Indonesia sesuai bidangnya masing-masing.
4. Cita-cita masyarakat yanga adil dan makmur berusaha diwujudkan oleh penyelenggara
pemerintahan. Cita-cita tersebut tidak hanya mencakup tujuan secara fisik/materi, tetapi juga
mencakup spiritual.
5. Penyelenggara pemerintahan mempunyai prinsip yang cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Dengan demikian, tidak akan terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.
2.fungsi mentri negara dan lembaga pemerintah non kementrian
Adapun tugas dan fungsi lembaga pemerintah non kementerian sebagai berikut :
a. Tugas
Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Fungsi
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga
3. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kearsipan
4. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian,
perlengkapan dan rumah tangga.
bahwa kemerdekaan beragama dan berkepercayaan di Indonesia telah diatur dalam pasal 28 E ayat
1 dan 2 serta pasal 28 I Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pasal 28 E
ayat 1 berbunyi, sebagai berikut: ”Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.” Pasal 28 E ayat 2
berbunyi, yaitu: ”Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.” Sementara itu, pasal 28 I menjelaskan bahwa hak bergama
dan hak berkepercayaan merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun.
Suprastruktur Politik
suprastuktur politik adalah semua lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara dan
menjalankan fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif. Lembaga negara tersebut memiliki tugas
membuat keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Presiden/Wakil Presiden
Infrastruktur Politik
infrastruktur politikadalah kelompok kekuatan politik dalam masyarakat yang turut berpartisipasi
secara aktif. Kelompok tersebut dapat berperan menjadi pelaku politik tidak formal untuk turut serta
dalam membentuk kebijaksanaan negara.
Partai politik
Partai politik merupakan organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia dengan sukarela atas dasar persamaan kehendak serta cita-cita guna
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa serta negara melalui pemilihan
umum. Partai politik berdiri karena adanya dorongan persamaan kepentingan dan cita-cita
politik.
Dilihat dari fungsi pemerintahan, desentralisasi menunjukkan beberapa hal sebagai berikut.
a. Satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai perubahan yang terjadi
secara cepat.
b. Satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas lebih efektif dan lebih efisien.
c. Satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif.
d. Satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, serta
komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.
Kelebihan desentralisasi
BACA JUGA
Kelemahan desentralisasi
b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah dapat lebih mudah
terganggu.
c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan perundingan yang
bertele-tele.
e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan
kesederhanaan.
Berdasarkan Undang-undang No 32 Tahun 2004, definisi otonomi daerah atau desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi. Untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Seseorang dikatakan menjadi warga negara ialah orang – orang bangsa Indonesia asli serta orang –
orang bangsa lain dimana disahkan dengan Undang – Undang sebagai warga negara”.
1. Asas Ius Sanguinis (Asas Keturunan), ialah asas kewarganegaraan dimana seseorang
ditentukan berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan atau berkaitan.
2. Asas Ius Soli (Asas Kedaerahan), ialah asas kewaragnegaraan dimana seseorang ditentukan
berdasarkan sebuah tempat kelahirannya pada saat itu (dilahirkan).
1. Apatride
Apatride terjadi karena adanya seorang penduduk dimana sama sekali tidak memiliki
kewarganegaraan.
Misal : Pinaozora dari keturunan negara Jerman dimana menganut asas ius soli namun ia dilahirkan
di negara Portugis yang menganut asas ius sanguinis, maka Pinaozora bukan WN Jerman maupun
bukan WN Portugis
2. Bipatride
Bipatride terjadi karena adanya seorang penduduk dimana memiliki 2 macam kewarganegaraan
langsung ataupun sekaligus.
Misal : Dheas dari keturunan negara Kanada dimana menganut asas ius sanguinis, namun ia lahir di
negara Rusia yang menganut asas ius soli, maka Dheas merupakan WN Kanada serta juga WN Rusia.
3. Multipatride
Multipatride terjadi karena adanya seorang yang bipatride, dimana setelah dewasa ia mendapatkan
kewarganegaraan lain dengan tidak atau tanpa melepaskan status bipatridenya.
Misal : Deyy memiliki 2 kewarganegaraan ialah WN Indonesia dengan WN Timor Leste. Selanjutnya,
di saat dewasa ia ingin menjadi WN Amerika Serikat. Akhirnya, dia diterima sebagai WN Amerika
Serikat serta juga tidak perlu melepaskan 2 kewarganegaraan yang sebelumnya tersebut.
Bentuk Stelsel
Terdapat 2 cara untuk menentukan status kewarganegaraan dimana yang dilakukan oleh
pemerintah ialah :
1. Stesel Aktif
Dikatakan stelsel aktif ialah seseorang dimana harus melakukan tindakan hukum tertentu secara
aktif atau dikenal dengan naturalisasi biasa.
Naturalisasi Biasa
2. Lahir di wilayah RI ataupun bertempat tinggal dimana paling akhir min. 5 thn berturut –
turut maupun 10 tahun tidak berturut – turut.
3. Jika ia seorang laki-laki yang telah menikah, maka ia perlu mendapatkan persetujuan
istrinya.
6. Bersedia membayar kepada kas negara uang sejumlah Rp.500 sampai 10.000 dimana sesuai
atau tergantung kepada penghasilan yang didapat setiap bulan.
Stesel Pasif
Dikatakan stelsel pasif ialah seseorang dimana dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara
tanpa melakukan suatu tindakan hukum tertentu atau dikenal dengan naturalisasi istimewa.
Naturalisasi Istimewa
Naturalisasi istimewa di negara RI bisa diberikan kepada warga negara asing dimana berstatus
kewarganegaraannya pada kondisi sebagai berikut :
1. Seorang anak WNI yang lahir di luar perkawinan dimana sah, namun belum berusia 18 tahun
maupun belum menikah diakui secara sah oleh ayahnya dimana berkewarganegaraan asing.
2. Seorang anak WNI yang belum berusia 5 tahun walaupun sudah secara sah sebagai anak
oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan, namun akan tetap sebagai WNI.
3. Perkawinan WNI dan WNA, baik sah ataupun tidak sah serta diakui orang tuanya yang WNI,
maupun perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI walaupun status kewarganegaraan
orang tuanya tidak jelas, dimana dikarenakan anak berkewarganegaraan ganda sehingga
usia 18 tahun maupun sudah kawin.
6. Warga asing yang sudah berjasa kepada negara RI dengan pernyataan sendiri maupun
dengan permohonan. Dimana untuk menjadi warga negara RI atau bisa juga diminta oleh
negara RI, dan kemudian mereka mengucapkan janji setia maupun sumpah (tidak perlu
memenuhi seluruh syarat sebagaimana terdapat pada naturalisasi biasa). Cara ini diberikan
oleh Presiden disamping dengan persetujuan DPR.
Pasal 28 E ayat 1 berbunyi, sebagai berikut: ”Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilihkewarganegaraan, memilih tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.”
Pasal 28 E ayat 2 berbunyi, yaitu: ”Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.”
Komponen kebebasan beragama Berdasarkan penjelasan pasal di atas, terdapat dua komponen
dalam kebebasan beragama dan berkepercayaan. Budiyono melalui jurnal Politik Hukum Kebebasan
Beragama dan Berkepercayaan di Indonesia (2013), menjelaskan dua komponen tersebut:
Kebebasan internal
Kebebasan internal adalah kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang untuk meyakini, berpikir,
memilih agama yang diyakininya, dan meyakini doktrin-doktrin keagaman yang menurut dia benar.
Kebebasan eksternal
Kebebasan eksternal adalah kebebasan seseorang untuk mengekspresikan agama yang diyakininya
itu melalui dakwah, pendidikan, dan melalui sarana-sarana yang lain.