Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rahayu Prasasti

NIM : 20020020
Tingkat/Semester : II/III
Dosen Pengampuh : M. Pahmi, M.Si
Tugas : Resume Manusia Sebagai Makhluk Sosial

A. Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Manusia dikatakan mahluk sosial yaitu mahluk yang di dalam hidupnya tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga di
karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang
lain.
Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain.
Seringkali didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Misalnya, orang
kaya cenderung berteman dengan orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis,
cenderung mencari teman sesama artis.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan
lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti
membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia
saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Manusia pun
berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan
lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk
menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup
sejenisnya. Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang
bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah manusia. Untuk bisa berjalan saja manusia
harus belajar dari manusia lainnya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai
mahkluk sosial dengan beberapa alasan, yaitu:
1. Ada dorongan untuk berinteraksi.
2. Manusia tunduk pada aturan norma sosial.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
4. Potensi manusia akan benar-benar berke mbang apabila ia hidup ditengah-tengah
manusia.
Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Sosial menurut para ahli:
1. Menurut KBBI:
Makhluk sosial adalah manusia yang berhubungan timbal balik dengan manusia lain.
2. Menurut Elly M. Setiadi:
Makhluk social adalah makhluk yang didalam hidupnya tidak bias melepaskan diri
dari pengaruh orang lain.
3. Menurut Dr. Johannes Garang:
Makhluk sosial adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu hidup menyendiri.
4. Menurut Aristoteles:
Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan untuk
hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain.
5. Menurut Liturgis:
Makhluk sosial merupakan makhluk yang saling berhubungan satu sama lain serta
tidak dapat melepaskan diri dari hidup bersama.

B. Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Meskipun memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap dirinya sendiri, manusia
juga membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dilakukan
dengan bersosialisasi atau bermasyarakat dengan manusia lainnya. Dorongan dari lahir
memaksa mereka untuk selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk di
masyarakat, sehingga dengan sendirinya mereka akan berinteraksi dengan masyarakat.
Ciri manusia sebagai makhluk sosial adalah dengan adanya interaksi sosial dalam
hubungannya dengan manusia lain.
Adapun alasan – alasannya adalah sebagaiberikut:
1. Manusia patuh pada aturan yang berlaku.
2. Manusia memiliki kecendrungan untuk dinilai oleh orang lain.
3. Manusia harus memenuhi kebutuhan dalam berinteraksi dengan orang lain.
4. Manusia dapat mengembangkan potensinya apabila berada di tengah – tengah
masyarakat.

Ciri-ciri Manusia Sebagai Mahkluk Sosial:


1. Suka bergaul
2. Suka bekerja sama
3. Hidup berkelompok
4. Memiliki kepedulian terhadap orang lain
5. Tidak bisa hidup sendiri

Ciri- ciri Manusia Sebagai Mahkluk Sosial yang bermoral manusia memiliki
toleransi
dan kepedulian terhadap orang lain ketika bersosialisasi. Contoh perilaku manusia
sebagai mahkluk sosial yang bermoral bergotong-royong membersihkan desa dan
mengunjungi orang sakit.

C. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial


Ada berbagai pemahaman terhadap Manusia, yang paling umum adalah tiga
pemahaman di bawah ini :
1. Materialisme Antropologik, yaitu menjelaskan bahwa manusia pada hakikatnya
adalah materi. Manusia adalah jasad yang tersusun dari bahan-bahan material dari
dunia anorganik.
2. Materialisme Biologik, menjelaskan bahwa manusia merupakan badan yang hidup
atau organisme yang mempersatukan segala pembawaan kegiatan kehidupan badan
di dalam dirinya. Struktur kehidupan manusia yang memilikikewaspadaan indrawi
berlaku juga bagi hewan. Dalam kenyataan manusia memang merupakan bagian dari
kehidupan organik yang dapat ditelusuri.
3. Idealisme Antropologik, Menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki
unsur-unsur spiritual-intelektual yang secara intrinsik tidak bergantung pada materi.
Manusia tidak dapat dijelaskan dengan satu prinsip saja, karena dalam diri manusia
bergabung berbagai prinsip yang menyusun suatu pemahaman tentang dirinya secara
utuh dan lengkap.

D. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat
manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan
kondisi yang interdependensi.
Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu
kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi
dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti
positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai
sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi
antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi
kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman
modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan
emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional
dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan,
dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat
diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu
tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "Manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil
penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan
memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia
hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani. Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai
makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai
bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada
dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup ditengah-tengah manusia. Tanpa
bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara,
dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa
manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
5.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud
adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-
faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni:
1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu
sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang
lain kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying
orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,


selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak
lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya
manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai
manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya,
manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia
bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan
seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Menurut G.M foster (1973), Aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.
Aspek budaya itu antara lain adalah Tradisi, Sikap fatalism, Nilai Ethnocentrisme, dan
Unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.
a.  Pengaruh tradisi terhadap perilaku kesehatan dan status kesehatan.
Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit
“kuru”. Penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah
virus.penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah dilakukan
penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme yaitu
kebiasaan memenggal kepala orang, dan tubuh serta kepala manusia yang dipenggal
tersebut hanya dibagikan wanita dan anak-anak sehingga kasus epidemi penyakit kuru
hanya terbatas dikalangan wanita dan anak-anak.
b.    Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.
Hal ini adalah sikap fatalistik yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa
anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang
berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau
menyelamatkan seseorang dari kematian. Ada satu contoh menarik dari penelitian
proyek ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) dikabupaten cianjur, ditemukan
bahwa dikalangan ibu-ibu mereka sangat yakin dan percaya bahwa bayi yang mati
akan menarik ibunya masuk surge, sehingga mereka tidak mencari pengobatan yang
dibutuhkan untuk anaknya (Hadi Pratomo,dkk, 2003).
c.    Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan
Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang
paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya orang-orang
barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan
selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior
terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang.
Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui
tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan
masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut
dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai
tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana  mereka bekerja lebih
mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.
d.    Pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.
Suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang.hal tersebut
berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Sebagai contoh pada tahun 1976 dalam sebuah
upaya perbaikan gizi di kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, ditemukan
permasalahan bahwa masyarakat setempat tidak mau mengkonsumsi daun singkong
padahal mereka tahu daun tervebut memiliki kandungan gizi yang tinggi. Setelah
dilakukan penelusuran dan diskusi dengan masyarakat setempat ternyata mereka tidak
mengkonsumsi karena menurut mereka singkong itu adalah makanan untuk kambing
dan mereka menolaknya karena status mereka tidak mau disamakan dengan kambing
(Kresno, Sudarti : 1976)
e.    Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya, norma dimasyarakat sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung
norma tersebut. sebagai contoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara
dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan. Sebagai
contoh dibeberapa Negara di Amerika Latin dan negara-negara lain yang beragama
islam ada norma yang melarang seorang perempuan diperiksa kehamilannya oleh
dokter laki-laki. Begitupun untuk permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan
organ vital perempuan. Hal tersebut menyebabkan banyaknya kejadian kematian
karena tidak endapatkan pelayanan maksimal. (G.M.Foster 1973)
f.     Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.nilai-
nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata.beberapa nilai
yang merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih
meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung
vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih,masyarakat ini memberikan nilai
bahwa beras putih lebih enak dan lebih bersih.
Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka
mengetahui bagaimana  bahaya merokok terhadap kesehatan. Mereka memberikan
nilai yang tinggi untuk perilaku merokok karena rokok memberikan kenikmatan,
sedangkan bahaya merokok tidak dapat segera dirasakan.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara lain bagaimana cara
makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan besar,dan lain-lain.
kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi
tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk
diubah. MIsalnya untuk anak yang diberi makan nasi sejak kecil. Ketika iya
bertumbuh dewaas akan sangat sulit untuknye merubah makanannya, misalnya makan
roti atau gandum jadi makanan pokok. Solusinya adalah kita harus memberikan
tawaran makanan bagi anak sejak usia dini.
h.    Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan perkataan lain,suatu
perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang
ketiga.apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan
terjadi jika melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh
terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi
dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia
tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi
yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang  telah direncanakan.
Contoh kasusnya adalah dibeberapa wilayah di Indonesia amsih banyak menggunakan
bahan bakar kayu api tanpa cerobong asap, yang mengakibatkan abnayak terserang
ISPA. Petugas menyadari hal itu sehingga mereka menyediakan cerobong asap namun
kemudian keberhasilannya sangatt minim, masih banyak yang tidak menggunakan
cerobong tersebut. Hal itu terjadi karena dirumah warga banyak terdapat semut putih
yang sering merusak kayu/tiang rumah dan hanya bisa mati karena kena asap. Jadi
program cerobong itu gagal bukan karena masyarakat menilai pemakaian cerobong
asap tidak bergina tetapi mereka merasa lebih rugi (rumah rusak) karena semut putih.

Anda mungkin juga menyukai