NIM : 20020020
Tingkat/Semester : II/III
Dosen Pengampuh : M. Pahmi, M.Si
Tugas : Resume Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Ciri- ciri Manusia Sebagai Mahkluk Sosial yang bermoral manusia memiliki
toleransi
dan kepedulian terhadap orang lain ketika bersosialisasi. Contoh perilaku manusia
sebagai mahkluk sosial yang bermoral bergotong-royong membersihkan desa dan
mengunjungi orang sakit.
Menurut G.M foster (1973), Aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.
Aspek budaya itu antara lain adalah Tradisi, Sikap fatalism, Nilai Ethnocentrisme, dan
Unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.
a. Pengaruh tradisi terhadap perilaku kesehatan dan status kesehatan.
Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit
“kuru”. Penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah
virus.penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah dilakukan
penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme yaitu
kebiasaan memenggal kepala orang, dan tubuh serta kepala manusia yang dipenggal
tersebut hanya dibagikan wanita dan anak-anak sehingga kasus epidemi penyakit kuru
hanya terbatas dikalangan wanita dan anak-anak.
b. Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.
Hal ini adalah sikap fatalistik yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa
anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang
berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau
menyelamatkan seseorang dari kematian. Ada satu contoh menarik dari penelitian
proyek ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) dikabupaten cianjur, ditemukan
bahwa dikalangan ibu-ibu mereka sangat yakin dan percaya bahwa bayi yang mati
akan menarik ibunya masuk surge, sehingga mereka tidak mencari pengobatan yang
dibutuhkan untuk anaknya (Hadi Pratomo,dkk, 2003).
c. Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan
Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang
paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya orang-orang
barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan
selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior
terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang.
Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui
tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan
masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut
dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai
tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih
mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.
Suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang.hal tersebut
berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Sebagai contoh pada tahun 1976 dalam sebuah
upaya perbaikan gizi di kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, ditemukan
permasalahan bahwa masyarakat setempat tidak mau mengkonsumsi daun singkong
padahal mereka tahu daun tervebut memiliki kandungan gizi yang tinggi. Setelah
dilakukan penelusuran dan diskusi dengan masyarakat setempat ternyata mereka tidak
mengkonsumsi karena menurut mereka singkong itu adalah makanan untuk kambing
dan mereka menolaknya karena status mereka tidak mau disamakan dengan kambing
(Kresno, Sudarti : 1976)
e. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya, norma dimasyarakat sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung
norma tersebut. sebagai contoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara
dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan. Sebagai
contoh dibeberapa Negara di Amerika Latin dan negara-negara lain yang beragama
islam ada norma yang melarang seorang perempuan diperiksa kehamilannya oleh
dokter laki-laki. Begitupun untuk permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan
organ vital perempuan. Hal tersebut menyebabkan banyaknya kejadian kematian
karena tidak endapatkan pelayanan maksimal. (G.M.Foster 1973)
f. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.nilai-
nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata.beberapa nilai
yang merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih
meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung
vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih,masyarakat ini memberikan nilai
bahwa beras putih lebih enak dan lebih bersih.
Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka
mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap kesehatan. Mereka memberikan
nilai yang tinggi untuk perilaku merokok karena rokok memberikan kenikmatan,
sedangkan bahaya merokok tidak dapat segera dirasakan.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara lain bagaimana cara
makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan besar,dan lain-lain.
kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi
tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk
diubah. MIsalnya untuk anak yang diberi makan nasi sejak kecil. Ketika iya
bertumbuh dewaas akan sangat sulit untuknye merubah makanannya, misalnya makan
roti atau gandum jadi makanan pokok. Solusinya adalah kita harus memberikan
tawaran makanan bagi anak sejak usia dini.
h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan perkataan lain,suatu
perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang
ketiga.apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan
terjadi jika melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh
terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi
dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia
tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi
yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah direncanakan.
Contoh kasusnya adalah dibeberapa wilayah di Indonesia amsih banyak menggunakan
bahan bakar kayu api tanpa cerobong asap, yang mengakibatkan abnayak terserang
ISPA. Petugas menyadari hal itu sehingga mereka menyediakan cerobong asap namun
kemudian keberhasilannya sangatt minim, masih banyak yang tidak menggunakan
cerobong tersebut. Hal itu terjadi karena dirumah warga banyak terdapat semut putih
yang sering merusak kayu/tiang rumah dan hanya bisa mati karena kena asap. Jadi
program cerobong itu gagal bukan karena masyarakat menilai pemakaian cerobong
asap tidak bergina tetapi mereka merasa lebih rugi (rumah rusak) karena semut putih.