Anda di halaman 1dari 18

KONSEP TRIASE

(PENILAIAN KORBAN)

Dosen Pembimbing : Renny Triwijayanti. M,kep

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5 (Lima)
1. Bandiansyah (20020006)
2. Febby Puryanti (20020010)
3. Marselina (20020014)
4. Rahayu Prasasti (20020020)

Tingkat / Semester : II/IV


Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas tentang Konsep Triase (Penilaian Korban) ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang Konsep Triase yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Penulis sadar bahwa
laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada
dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah ini di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Palembang, Maret 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan masalah : ....................................................................................1
C. Tujuan penulisan : .....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Definisi ......................................................................................................3
B. Tujuan Triage ............................................................................................3
C. Prinsip Triage ............................................................................................4
D. Klasifikasi Triage ......................................................................................5
1. Triage di Rumah Sakit ...........................................................................5
2. Triage 4 Klasifikasi ................................................................................6
3. Triage Tingkat Prioritas (Labeling) .......................................................7
4. Triage Tingkat Keakutan .......................................................................8
E. Alur Triage ................................................................................................8
F. Dokumentasi Triage ......................................................................................9
BAB III PENUTUP ...............................................................................................10
A. Kesimpulan ..............................................................................................10
B. Saran ........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triage
modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Dominique Jean Larrey (1766 – 1842), seorang dokter bedah yang merawat
tentara Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system perawatan
dalam kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa
memperhatikan urutan kedatangan mereka. System tersebut memberikan
perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang kemudian tentara
diangkut ke rumah sakit/tempat perawatan yang berlokasi di garis belakang.
Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada
di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan.
Penggunaan awal kata “trier” mengacu pada penampisan screening di
medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan
suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang
paling efisien terhadap hamper 100 juta orang yang memerlukan pertolongan di
unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya. Berbagai system triage mulai
dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan UGD yang
telah melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan
penanganan segera. Tujuan triage adalah memilih atau menggolongkan semua
pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penanganan.
B. Rumusan masalah :
1. Apa yang dimaksud Triage?
2. Apa saja tujuan Triage?
3. Apa saja prinsip Triage?
4. Apa saja macam – macam Triage?
5. Pemeriksaan apa yang dapat dilakukan denganTriage?
C. Tujuan penulisan :
1. Tujuan Umum

1
Untuk mengetahui dan dapat memberikan informasi kepada pembaca
mengenai Triage.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan tentang Triage.
2. Mampu menjelaskan tujuan Triage
3. Mampu menjelaskan prisnsip dasar Triage
4. Mampu menjelaskan macam – macam Triage
5. Mampu melaksanakan Triage

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Trige adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat
kegawatan kondisinya (zimmermann dan herr, 2016). Triage juga di artikan
sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya
cedera yang di prioritaskan ada tidakny gangguan pada airway (A), Breathing
(B), dan circulation (C), dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya
mnusia, dan probabilitas hidup penderita.
Triase yaitu untuk mengidentifikasi pasien yang berdasarkan prioritas.
Triase di dalam Bahasa perancis disebut Trier yang artinya menyeleksi. Istilah
triase pada zaman dahulu digunakan untuk menyeleksi anggur yang baik dan
buruknya sebelum di olah menjadi minuman anggur yang berkualitas, seiring
waktu berjalan, istiah triase kemudian digunakan pada bidang medis
(Mardalena, 2016).
Menurut Wijaya (2017) triase adalah proses pemilihan korban sebelum
ditangani, pemilihan tersebut dilandasikan pada proses khusus pasien
berdasarkan berat tidaknya penyakit pasien. Ziammermann dan Herr dalam
bukunya yang berjudul Triage Nursing Scret (2016) mendefinisikan bahwa
triase digolongkan berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan, keterbatasan alat,
keterbatasan fasilitas (Mardalena, 2016)
Triase memiliki tujuan utama meminimalkan terjadinya cedera dan
kegagalan selama proses keselamatan pasien. Perawat yang berhak melakukan
triase adalah perawat yang telah bersertifikat pelatihan Penanggulangan Pasien
Gawat Darurat (PPGD) dan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS).
Perawat yang melakukan triase diutamakan yang memiliki pengetahuan yang
memadai dan memiliki pengalaman (Mardalena, 2016).

B. Tujuan Triage
Menurut Musliha (2018), tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi
kondisi mengancam nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk
menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan

3
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
Sistem Triage dipengaruhi:
1. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
2. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
3. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
4. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis.

C. Prinsip Triage
Prinsip dalam triase adalah penanganan pasien secara cepat dan tepat,
menurut making the right decision a triage curriculum (1995), prinsip triase
adalah respon time, diusahakan sesingkat mungkin untuk menyelamatkan
pasien (time saving is life saving), pasien yang benar (the right patient), tempat
yang benar (to the right place) waktu yang benar (at the right time), dan
tersedianya perawatan yang benar (with the right care provider) bertujuan
untuk menyelamatkan pasien dan menghindari pasien dari resiko kematian dan
kecacatan.
Prinsip triase adalah tindakan yang terbaik untuk menyelamatkan banyak
orang, meskipun SDM dan alat terbatas. Perawat melakukan seleksi pasien
terlebih dahulu sebelum ditindak lanjuti berdasarkan ancaman yang mematikan
dalam hitungan menit, tingkat kematian dalam hitungan jam, trauma ringan,
dan pasien yang sudah meninggal dunia. Menurut Kartikawati (2018)
menuliskan setidaknya ada beberapa prinsip triase.

Prinsip-prinsip tersebut meliputi (Mardalena, 2016);


1. Tindakan dilakukan cepat, singkat, akurat.
2. Memiliki kemampuan merespons, menilai kondisi pasien yang sakit,

4
cedera atau yang sekarat.
3. Melakukan pengkajian secara adekuat dan akurat.
4. Membuat keputusan berdasarkan dengan kajian.
5. Memberi kepuasan pada pasien, bisa berupa perawatan secara simultan,
cepat, dan pasien tidak ada yang dikeluhkan.
6. Perawatan memberikan dukungan emosional, baik kepada warga
maupun kepada pasien
7. Menentukan pasien berdasarkan tempat, waktu, pelayanan yang tepat.

D. Klasifikasi Triage
1. Triage di Rumah Sakit
1) Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse
a. Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
b. Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
c. Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa
sakitnya
d. Tidak ada dokumentasi
e. Tidak menggunakan protocol
2) Tipe 2 : Cek Triage Cepat
a. Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat
beregistrasi atau dokter
b. Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan
utama
c. Evaluasi terbatas
d. Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau
cedera mendapat perawatan pertama
3) Tipe 3 : Comprehensive Triage
a. Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan
berpengalaman
b. 4 sampai 5 sistem kategori
c. Sesuai protocol

5
2. Triage 4 Klasifikasi
Keadaan yang mengancam nyawa /
adanya gangguan ABC dan perlu
Gawat darurat (P1) tindakan segera, misalnya cardiac
arrest, penurunan kesadaran, trauma
mayor dengan perdarahan hebat

Keadaan mengancam nyawa tetapi


tidak memerlukan tindakan darurat.
Setelah dilakukan resusitasi maka
Gawat tidak darurat (P2)
ditindaklanjuti oleh dokter spesialis.
Misalnya : pasien kanker tahap lanjut,
fraktur, sickle cell dan lainnya
Keadaan yang tidak mengancam nyawa
tetapi memerlukan tindakan darurat.
Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC
dan dapat langsung diberikan terapi
Darurat tidak gawat (P3)
definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke
poliklinik, misalnya laserasi, fraktur
minor / tertutup, otitis media dan
lainnya

Keadaan tidak mengancam nyawa dan


tidak memerlukan tindakan gawat.
Tidak gawat tidak darurat (P4) Gejala dan tanda klinis ringan /
asimptomatis. Misalnya penyakit kulit,
batuk, flu, dan sebagainya.

6
3. Triage Tingkat Prioritas (Labeling)
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu
resusitasi dan tindakan bedah segera,
mempunyai kesempatan hidup yang besar.
Penanganan dan pemindahan bersifat segera
Prioritas I (MERAH) yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas,
tension pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki, combutio
(luka bakar tingkat II dan III > 25 %

Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital


bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu
singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
Prioritas II (KUNING) jangan terlambat. Contoh : patah tulang besar,
combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25
%, trauma thorak / abdomen, laserasi luas,
trauma bola mata.

Perlu penanganan seperti pelayanan biasa,


tidak perlu segera. Penanganan dan
Prioritas III (HIJAU)
pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka
superficial, luka-luka ringan.

Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka


sangat parah. Hanya perlu terapi suportif.
Prioritas 0 (HITAM)
Contoh henti jantung kritis, trauma kepala
kritis.

7
4. Triage Tingkat Keakutan
Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar
Kelas I
minor) dapat menunggu lama tanpa bahaya

Kelas II Nonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam,


gejala flu) dapat menunggu lama tanpa bahaya
Semi-urgen / semi mendesak (misalnya otitis
Kelas III
media) dapat menunggu sampai 2 jam sebelum
pengobatan
Urgen / mendesak (misalnya fraktur panggul,
Kelas IV
laserasi berat, asma); dapat menunggu selama
1 jam
Gawat darurat (misalnya henti jantung, syok);
Kelas V
tidak boleh ada keterlambatan pengobatan ;
situasi yang mengancam hidup

E. Alur Triage
1. Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD
2. Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
4. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna:
a. Segera – Immediate (MERAH). Pasien mengalami cedera
mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong
segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan
(RR<30x/menit), perdarahan internal, dsb
b. Tunda – Delayed (KUNING). Pasien memerlukan tindakan definitive
tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstremitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.

8
c. Minimal (HIJAU). Pasien mendapat cidera minimal, dapat berjalan
dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya :
laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d. Expextant (HITAM). Pasien mengalami cidera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : luka bakar derajat
3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna : merah, kuning, hijau, hitam.
f. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang
operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
g. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan
menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai
ditangani.
h. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
i. Penderita kategori triase hitam (meninggal) dapat langsung
dipindahkan ke kamar jenazah

F. Dokumentasi Triage
1. Waktu dan datangnya alat transportasi
2. Keluhan utama
3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
5. Penempatan di area pengobatan yang tepat (missal : cardiac versus trauma,
perawatan minor vs perawatan kritis)
6. Permulaan intervensi (missal : balutan steril, es, pemakaian bidai, prosedur
diagnostic seperti pemeriksaan sinar X, EKG, GDA, dll

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem triage ini digunakan untuk menentukan prioritas penanganan
kegawat daruratan. Sehingga perawat benar-benar memberikan pertolongan
pada pasien yang sangat membutuhkan, dimana keadaan pasien sangat
mengancam nyawanya, namun dengan penanganan secara cepat dan tepat,
dapat menyelamatkan hidup pasien tersebut. Tidak membuang wakunya untuk
pasien yang memang tidak bisa diselamatkan lagi, dan mengabaikan pasien
yang membutuhkan.
B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
dapat membantu kelancaran praktek Triage Keperawatan di masa yang akan
datang, yaitu :
• Perlunya penambahan pendidikan perawat dalam memahami Triage
untuk membantu perawat di lingkungan kerjanya.
• Perlunya penambahan pelatihan cara Triage untuk meningkatkan
prosentase keberhasilan kesembuhannya.

10
DAFTAR PUSTAKA
ENA, 2015. Emergency Care. USA : WB Saunders Company
Iyer, P. 2017. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta : EGC
Oman, Kathleen S. 2018. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta :
EGC
Kartikawati Dewi N. Buku Ajar Dasar – Dasar Keperwatan Gawat Darurat
(2018). Jakarta. Salemba Medika
Musliha. 2018. Keperawatan Gawat Darurat, Plus Contoh Askep dengan
Pendekatan NANDA, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika
Zimmerman & Herr. 2016. Triage Nursing Secret. Phidelpia : Elsevier Mosby.
Ida Mardalena,S.Kep.,Ners.,M.Si.(2016) Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
I_Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Wijaya, S. 2017. Konsep Keperawatan Gawat Darurat, PSIK Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar,

11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai