Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP TRIAGE DAN MODEL MODEL


TRIAGE BENCANA

OLEH :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Triage dan Model model triage bencana” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep
triage dan model model triage bencana bagi para pembaca dan juga penulis.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi memberikan sumbangan, baik pikiran maupun materinya.
Kelompok sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 12 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
BAB I TINJAUAN TEORI......................................................................................4
A.Konsep Triage............................................................................................4
B. Model Triage Bencana.............................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan triase modern tak lepas dari pengembangan sistim
layanan gawat darurat. Kehidupan yang semakin kompleks menyebabkan
terjadi revolusi sistem triase baik di luar rumah sakit maupun dalam rumah
sakit (Arikunto, 2019).
Kata triase berasal dari bahasa perancis trier, yang artinya menyusun atau
memilah. Kata ini pada awalnya digunakan untuk menyebutkan proses
pemilahan biji kopi yang baik dan yang rusak.1 Proses pemilahan di dunia
medis pertama kali dilaksanakan sekitar tahun 1792 oleh Baron Dominique
Jean Larrey, seorang dokter kepala di Angkatan perang Napoleon.1 Pemilahan
pada serdadu yang terluka dilakukan agar mereka yang masih bisa ditolong
mendapatkan prioritas penanganan (Budiaji, 2016).
Seiring dengan berkembangnya penelitian di bidang gawat darurat, sejak
tahun 1950an diterapkan metode triase di rumah sakit di Amerika Serikat,
namun belum ada struktur yang baku. Seiring dengan perkembangan keilmuan
dibidang gawat darurat, triase rumah sakit modern sudah berkembang menjadi
salah satu penentu arus pasien dalam layanan gawat darurat (Budiaji, 2016).
Triase menjadi komponen yang sangat penting di unit gawat darurat
terutama karena terjadi peningkatan drastis jumlah kunjungan pasien ke rumah
sakit melalui unit ini. Berbagai laporan dari UGD menyatakan adanya
kepadatan (overcrowding) menyebabkan perlu ada metode menentukan siapa
pasien yang lebih prioritas sejak awal kedatangan. Ketepatan dalam
menentukan kriteria triase dapat memperbaiki aliran pasien yang datang ke
unit gawat darurat, menjaga sumber daya unit agar dapat fokus menangani
kasus yang benar-benar gawat, dan mengalihkan kasus tidak gawat darurat ke
fasilitas kesehatan yang sesuai.
Dalam rangka meningkatkan performa pelayanan di UGD, revitalisasi
peran dan fungsi triase harus dilakukan. Untuk itu, perkembangan sistem
triase rumah sakit diberbagai negara perlu diketahui, sehingga dapat dijadikan

1
bahan pertimbangan apakah sistim triase modern tersebut relevan diterapkan
di Indonesia (Budiaji, 2016).
Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam
rangka menentukan pasien mana yang berisiko meninggal, berisiko
mengalami kecacatan, atau berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila
tidak mendapatkan penanganan medis segera, dan pasien mana yang dapat
dengan aman menunggu. Berdasarkan definisi ini, proses triase diharapkan
mampu menentukan kondisi pasien yang memang gawat darurat, dan kondisi
yang berisiko gawat darurat.
Untuk membantu mengambil keputusan, dikembangkan suatu sistim
penilaian kondisi medis dan klasifikasi keparahan dan kesegeraan pelayanan
berdasarkan keputusan yang diambil dalam proses triase. Penilaian kondisi
medis triase tidak hanya melibatkan komponen topangan hidup dasar yaitu
jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation) atau
disebut juga ABC approach, tapi juga melibatkan berbagai keluhan pasien dan
tanda-tanda fisik. Penilaian kondisi ini disebut dengan penilaian berdasarkan
kumpulan tanda dan gejala (syndromic approach). Contoh sindrom yang lazim
dijumpai di unit gawat darurat adalah nyeri perut, nyeri dada, sesak nafas, dan
penurunan kesadaran (Wilson, 2017).
Triase konvensional yang dikembangkan di medan perang dan medan
bencana menetapkan sistim pengambilan keputusan berdasarkan keadaan
hidup dasar yaitu ABC approach dan fokus pada kasus-kasus trauma. Setelah
kriteria triase ditentukan, maka tingkat kegawatan dibagi dengan istilah warna,
yaitu warna merah, warna kuning, warna hijau dan warna hitam. Penyebutan
warna ini kemudian diikuti dengan pengembangan ruang penanganan medis
menjadi zona merah, zona kuning, dan zona hijau. Triase bencana bertujuan
untuk mengerahkan segala daya upaya yang ada untuk korban-korban yang
masih mungkin diselamatkan sebanyak mungkin (Wilson, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik membahas tentang
Konsep Triage dan Model Model Triage Bencana.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep triage?
2. Bagaimana model triage bencana?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mengetahui konsep triase dan model triage bencana
2. Tujuan Khusus:
a. Memahami konsep tirage.
b. Memahami model triage bencana.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Triage
1. Definisi
Farrohknia (2019) menyatakan bahwa triase merupakan
suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara
yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua klien yang memerlukan pertolongan dan
penetapan prioritas penanganannya. Pusponegoro (2018)
mengartikan triase merupakan turunan dari bahasa perancis trier
dan bahasa inggris triage yang artinya dalam bahasa Indonesia
adalah sortir.
2. Prinsip Triage
Wilson, 2017 membagi triage dalam prioritas yaitu penentuan atau
penyeleksian penanganan sesuai dengan kategori ancaman jiwa
berdasarkan 1) ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan
menit; 2) dapat mati dalam hitungan jam; 3) trauma ringan; 4) sudah
meninggal. Penilaian korban pada sistim triage dapat dilakukan dengan
menilai tanda vital dan kondisi umum korban, kebutuhan medis,
kemungkinan bertahan hidup, bantuan yang memungkinkan,
memprioritaskan penanganan definitive dan tag warna. Prinsip triage
adalah time saving is life saving (waktu keselamatan adalah keselamatan
hidup), the right patient to the right place at the right time with right care
provider.
3. Klasifikasi dan Penentuan Triage
Anderson, 2018 menyatakan bahwa pengambilan keputusan pada
triase berdasarkan pada keluhan utama, riwayat medis dan data objektif
yang mencakup keadaan umum klien serta hasil pengkajian fisik, tumbuh
kembang dan psikososial selain pada faktor-faktor yang mempengaruhi
akses pelayanan kesehatan serta alur klien lewat sistim pelayanan

4
kedaruratan.
Twomey (2017) menyatakan bahwa hal-hal yang harus
dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang
atau meningkat keparahannya sehingga dibutuhkan sebuah prioritas untuk
memberikan sebuah tindakan. Prioritas merupakan penentuan tentang
penanganan dan pemindahan yang didahulukan dengan mengacu pada
kategori ancaman jiwa yang timbul
4. Metode Triage
Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang
telah dikembangkan atas pemikiran bahwa triage harus “akurat”,
“cepat”, dan “universal”. Metode tersebut menggunakan 4 macam
observasi yaitu, “bisa berjalan”, “bernafas”, “sirkulasi darah”, dan
“tingkat kesadaran” untuk menentukan tindakan dan penting sekali
bagi seluruh anggota medis untuk mampu melakukan triage dengan
metode ini (Zailani, 2019).
5. Proses Triage
Proses Triase adalah perawat mengumpulkan data dan keterangan
sesuai dengan kategori keparahan klien baik secara objektif maupun
subjektif sehingga dapat dilakukan penentuan prioritas kegawatan
selanjutnya mendokumentasikan dan melakukan intervensi ketika
ditemukan kondisi yang mengancam jiwa dan terjadi gangguan sistim
pernafasan atau sirkulasi maka perawat harus segera melakukan intervensi
kepada klien dengan segera membawa ke ruang resusitasi dengan wakti
yang dibutuhkan adalah 2-5 menit (Oman, 2018) meliputi :
a. Pengkajian triase secara subyektif
Data subjektif dapat diambil dari keluhan utama, onset dan gejala yang
terkait dengan yang dirasakan dan dikeluhkan, faktor pencetus,
mekanisme cidera dan penggunaan obat-obatan sebelumnya dan
riwayat alergi
b. Pengkajian triase secara obyektif
Pengkajian dapat dilakukan dengan memeriksa tanda-tanda vital secara
inspeksi, palpasi, perkusi dan sirkulasi. Data objektif triage

5
mempunyai 4 dimensi yaitu kepatenan jalan nafas, pernafasan yang
efektif, kesadaran dan kecacatan (pemerikaan neurologis singkat)
c. Pemilahan berdasarkan kegawatan
Proses menilai dan memilah dengan memprioritskan klien untuk
mendapatkan intervensi berdasarkan kegawatan klien merupakan
faktor penting dalam perawatan triage karena perawat perawat harus
mengambil keputusan secara akurat dengan informasi yang terbatas
dan tidak jelas dalam waktu yang minimal
d. Melakukan dokumentasi
Dokumentasi triage merupakan proses pencatatan yang singkat, jelas
dan padat terhadap segala sesuatu yang diketahui dan dilakukan oleh
perawat triage yang bertujuan sebagai pendukung keputusan, alat
komunikasi dan aspek medikolegal baik secara manual atau
komputerisasi
e. Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam penerapan triage mulai dari pengkajian
subjektif, pengkajian objektif, pemilahan berdaarkan kegawatan
sampai dengan pendokumentasian adalah 2-5 menit.

B. Model Triage Bencana


1. Definisi Triage Bencana
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban
yang membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan
mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life-saving surgery) (Depkes RI, 2017).
2. Prinsip Triage Bencana
a. Triase umumnya dilakukan untuk seluruh korban
b. Waktu untuk triase per orang tidak lebih dari 30 detik
c. Melaksanakan prioritas sesuai kategori tingkat kedaruratannya
d. Pemasangan kartu triase (kode identifikasi korban) sesuai urutan
ataupun kategori prioritasnya
e. Triase dilakukan secara berulang-ulang (Zailani et al, 2019).

6
3. Metode Triage Bencana
a. Single Triage
Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu, seperti
misalnya instalasi atau Unit gawat Darurat sehari-hari. Atau pada MCI
(mass casualty incident/ bencana dimana fase akut telah terlewati
(setelah 5-10 hari).
b. Simple Triage
Pada keadaan bencana massal (MCI) awal-awal, dimana sarana
transportasi belum ada, atau ada tapi terbatas, dan terutama
sekali,belum ada tim medis atau paramedis yang kompoten. Pemilahan
atau pemilihan pasien terutama ditujukan untuk prioritas transportasi
pasien yang kemudian tingkat keparahan penyakitnya. Biasanya,
digunakan triage tag/ kartu triase.
c. S.T.A.R.T. (Simple Triage And Rapid Treatment)
Prinsip dari START adalah START bertujuan untuk mengatasi
ancaman hidup yang utama, yaitu sumbatan jalan nafas dan eprdarahan
arteri yang hebat. Pengkajian diarahkan pada pemeriksaan: status
respirasi, sirkulasi (pengisian kapiler, dan status mental).
Kategori/ warna kode

Gambar 1.1 Gambar Kategori Triage Bencana


1) Warna hijau, yang merupakan “walking waunded”, korban cedera
yang masih bisa berjalan dengan para korban dari kategori yang lain
2) Warna merah (immediate) korban yang bernapas spontan hanya
setelah reposisi jalan napas dilakukan. Korban yang memiliki pola
napas lebh dari 30 kali per menit, atau dengan pengisian kapiler
7
yang lambat (lebih dari 2 detik). Korban memiliki pla napas kurang
dari 30 kali per menit, dengan pengisian kapiler yang normal
(kurang dari atau sama dengan 2 detik), tetapi tidak dapat mengikuti
perintah sederhana.
3) Warna kuning (delayed) para korban yang tidak cocok untuk
dikelompokkan ke dalam kategori immediate maupun kategori
ringan
4) Warna hitam (deceased/ unsalvageable) korban yang tidak bernapas
walaupun jalan napas sudah dibebaskan
d. Secondary Assesment to Victim Endpoint (SAVE)
Pada keadaan dimana terdapat korban dalam jumlah yang sangat
banyak, yang jauh melampaui kapasitas penolong, maka harus
dilakukan triase secara cepat dengan tujuan menyelamatkan banyak
korban sebanyak-banyaknya. Untuk itu, pada triase dengan metode
SAVE, korban dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Kelompok korban yang diperkirakan akan meninggal, apapun
tindakan yang akan diberikan
2) Kelompok korban yang diperkirakan akan mampu bertahan hidup,
apapun tindakan yang akan diberikan (termasuk tidak dilakukan
pertolongan)
3) Kelompok yang tidak termasuk dalam 2 kategori diatas, yang berarti
korban pada kelompok ini keselamatannya sangat tergantung pada
intervensi yang akan diberikan. Kelompok inilah yang harus
mendapat prioritas penanganan (Oman, 2018).
4. Jenis Triage Bencana
a. Triase di tempat
1) Dilakukan di " tempat korban ditemukan " atau pada tempat
penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama atau
Tenaga Medis Gawat Darurat.
2) Mencakup pemeriksaan, klasifilkasi, pemberian tanda dan
pemindahan korban ke pos medis lanjutan (Depkes RI, 2017).

8
b. Triase medik
1) Dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang
bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir
oleh dokter bedah)
2) Tujuan -* menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
korban (Depkes RI, 2017)
c. Triase evakuasi
1) Ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit
yang telah sia menerima korban bencana massal.
2) Jika pos medis lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban
dalam status " merah " akan berkurang, dan akan diperlukan
pengelompokkan korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan.
3) Tenaga medis di pos medis lanjutan berkonsultasi dengan Pos
Komando dan Rumah Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban
untuk membuat keputusan korban mana yang harus dipindahkan
terlebih dahulu, Rumah Sakit tujuan, jenis kendaraan dan
pengawalan yang akan dipergunakan (Depkes RI, 2017)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
. Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan
mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat. Metode triage bencana ada 4 yaitu Single Triage,
Simple Triage, Simple Triage And Rapid Treatment, dan Secondary
Assesment to Victim Endpoint.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, A. (2018). Triage in the emergency department-a qualitative study of


the factors which nurses consider when making decisions. Nursing in
Critical care, 136-145.
Arikunto. (2019). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Aksara.
Budiaji, W. (2016). Hubungan pengetahuan tentang triase dengan tingkat
kecemasan pasien label kuning di IGD RS. Dr. Moewardi surakarta. 1-12.
Iserson, K., & Moskop, J. (2017). Trage in medicine, Part I : Concept, History,
and Types. Annals of emergency Medicine, 275-281.
Oman, K. (2018). Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC..
Qureshi, N. (2019). Triage System : a review of a literature with reference to
Saudi Arabia. Eastern Mediterranian Health Journal, 690-698.
The World Ascociation of Disaster and Emergency Medicine. (2020).
International Disaster Nursing. New York: Cambridge University Press.
Wilson, W., Grande, C., & Hoyt, D. (2017). Trauma : Emergency Rescuccitation
Perioperative Anesthesia Surgical Management. New York: Informa
healthcare.

Anda mungkin juga menyukai