Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

Pityriasis Versicolor
Pembimbing :
dr. Dwi Nurwulan Pravitasari Sp.KK FINASDV

Oleh :
Kanuyasa Widyatama
201910401011050

SMF KULIT DAN KELAMIN


RS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
BAB I
Tinjauan Pustaka
Definisi
 Pityriasis  “Pitiryon” = dedak gandum
 Versicolor  “Versare” = perubahan warna
 Pityriasis Versicolor = Tinea Versicolor
 Pityriasis Versicolor (PV) merupakan infeksi
kulit superfisial kronik, disebabkan oleh ragi
genus Malassezia
Etiologi

Malassezia spp. Merupakan normal flora yang


bersifat lipofilik

Faktor Endogen :
Usia, Jenis kelamin, Imunitas dan Genetik

Faktor Eksogen :
Cuaca, Pakaian, Aktivitas, Hygiene
Epidemiologi

• Kelainan pigmen yang umum di dunia, baik di daerah


tropis maupun iklim sedang (Ravindranath, 2016)
• Di Indonesia, diperkirakan 50% dari total populasi
menderita penyakit ini (Febriyanti et al, 2018)
• Insidens Pityriasis Versicolor di berbagai rumah sakit
pendidikan di Indonesia berkisar antara 8,8%-38,2%
(Widyawati et al, 2017)
Patofisiologi

• Sel ragi dikonversi oleh bentuk miselium karena faktor


predisposisi tertentu
• Mendapat makanan dari asam lemak bebas dan Trigliserida
Konversi dan keratin epidermis

• Lipoperoksidase  Asam dikarboksilat dan azelaic


Lesi
• Asam dikarboksilat dan azelaic Dopa Tyrosinase 
Hipopigmentasi

• Efek Sitotoksik melanosit  dischromia dalam varietas


hipokromik
Efek Sitotoksik
Manifestasi Klinis

EFLORESENSI
• makula berbatas tegas
• hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan kadang eritematosa
• terdiri atas berbagai ukuran,
• berskuama halus (pitiriasiformis)

Warna
• Ditempat yang tertutup cenderung berwarna merah muda atau coklat
• Ditempat yang terbuka cenderung berwarna keputihan

Predileksi
• di badan, bahu, dan dada, punggung sesuai dengan distribusi kelenjar
sebaceous.
• segmen proksimal lengan, paha dan leher
• wajah, pada dahi, pipi, regio intrasiliar, preauricular, perioral dan
nasolabial pada bayi
Diagnosis
Diagnosis Banding

 Pityriasis rosea  Herald patch


 Vitiligo  Akromia pada tahap awal
 Psoriasis  Auspitz sign
 Eritrasma  Wood's Lamp
 Dermatofitosis  Central healing
 Hipopigmentasi pasca inflamasi  riwayat bercak inflamasi, tidak terdapat skuama
 Confluent and Reticulated Papillomatosis (CRP)  hiperpigmentasi plak akantosis seperti anyaman, sebagian besar
di badan  Plak lebih tebal dari PV
 Pityriasis Alba  pemeriksaan KOH
Terapi

Terapi
TOPICAL SISTEMIK NON
Spesifik : Clotrimazol 1%, ketokonazol 200 mg/hari MEDIKAMENTOSA
ketoconazole 2%, selama 10 hari Modifikasi Faktor eksternal
econazole, isoconazole,
miconazole dll. Atau Daerah Tropis  Pakai baju
itrakonazol 200 mg/hari daya serap tinggi
Non-Spesifik : Selenium
sulfida 2,5% selama 5-7 hari Personal Hygiene
Prognosis

• jika pengobatan dilakukan secara tekun dan konsisten


Prognosis Baik • factor predisposisi dapat dihindari.

• bertahan sampai beberapa bulan setelah jamur negatif


Repigmentasi • skuama pada PV mencegah repigmentasi

• Hindari factor predisposisi


Relaps • Profilaksis (Pencegahan)
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

 Nama :Tn. H
 Usia : 35 tahun
Insert or Drag and Drop your Image
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Pekerja Proyek
Anamnesis
Keluhan Utama: bercak putih

Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Dahulu


 Lokasi: bercak putih di Leher  Tidak pernah muncul di tempat lain
 Kualitas: Menetap dan Bertahan  Tidak ada riwayat penyakit
 Kuantitas: Tidak bertambah banyak diabetes mellitus
 Waktu: sejak 2 minggu yang lalu  Tidak mengonsumsi obat obatan
 Gejala lain yang menyertai: disertai gatal rutin
 Faktor memperberat: bercak putih  Alergi obat dan makanan: -
disertai gatal yang muncul setelah bercak
dan dirasakan memberat saat berkeringat
 Telah diberi Salep 88 tetapi tidak
membaik dan terasa panas
Anamnesis

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Penyakit Sosial

Keluarga tidak mengalami riwayat  Mandi 2 kali sehari, 1x dipagi hari


penyakit yang sama dan 1x di malam hari. Terkadang 1x
mandi saat pagi
 Ketika bekerja memakai baju
berlapis dan celana ketat.
 Baju yang dipakai dari pagi - malam
 Pemakaian kosmetik: -
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
 Kondisi umum : Cukup
 Kesadaran : Composmentis
 GCS : E4 V5 M6
Status Lokalis
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi: et regio coli, didapatkan
multiple makula hipopigmentasi
berbatas tegas bentuk dan
berbatas jelas yang saling
tumpeng tindih (Confluent)
disertai skuama putih halus
 Palpasi: pemeriksaan sensoris
dalam batas normal, tidak ada
perbesaran saraf
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Wood’s Pemeriksaan
Lamp mikroskopis KOH
 Tampak efloresensi berwarna
 gambaran Hifa pendek dan sel ragi bulat/oval
kuning keemasan (spaghetti and meatballs)
Clue and Cue Problem List
 Tn. H, 35 tahun
 et regio coli, Multiple makula hipopigmentasi berbatas tegas  Pityriasis Versicolor
bentuk dan berbatas jelas yang Confluent disertai skuama
putih halus
 Pruritus memberat saat berkeringat
 Terkadang mandi 1x sehari
 Memakai pakaian yang berlapis dan menggunakan celana
ketat. Dan selama bekerja tidak mengganti baju ketika
berkeringat
 Wood’s Lamp: kuning keemasan
 Mikroskopis KOH : Spaghetti and meatball
 Sensoris normal
 Perbesaran saraf (-)
Diagnosis Banding

Morbus
Hansen Tipe Pityriasis Alba
Pausibasilar
Planning Diagnosis

 Lepromin test
Planning Terapi

Terapi Medikamentosa
 Topikal: Ketoconazole cream 2%
diaplikasikan tiap 24 jam setiap
hari selama 14 hari
 Sistemik: Itrakonazole 1x200 mg
setiap hari selama 7 Hari
Planning Terapi
Terapi Non Medikamentosa
 Meningkatkan personal hygiene (mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju
untuk kerja setiap hari)
 Memakai pakaian mudah menyerap keringat
 Jangan menggunakan pakaian yang berlapis atau terlalu ketat untuk
mengurangi kelembapan
 Konsumsi dan aplikasikan obat yang telah diberikan dengan rutin
 Konsultasi kembali jika keluhan memberat
Monitoring

 Keluhan pasien
 Kepatuhan meminum obat
 Efloresensi
 Wood’s Lamp
 Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH
Edukasi
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini bukan penyakit
menular, melainkan ketidakseimbangan jamur normal yang biasa
ada di kulit
2. Faktor risiko yang dapat mencetuskan terjadinya penyakit ini perlu
dicegah, antara lain perbaikan personal hygiene.
3. Perubahan pigmen mungkin memakan waktu berminggu-minggu
hingga berbulan-bulan untuk membersihkannya, sehingga perlu
dijelaskan jika bakteriologis
4. Kekambuhan penyakit sering terjadi. Oleh karena itu, tindakan
pencegahan harus diambil dengan tetap menghindari faktor pencetus
Prognosis

 Dubia Et bonam
 Secara umum baik, tetapi dapat rekuren jika faktor predisposisi tidak dapat dihilangkan
BAB III
Pembahasan
Pembahasan
TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN

Anamnesis : • Gambaran hipopigmentasi diawali dengan


• Bercak putih di leher perubahan struktur Malassezia menjadi bentuk
• Pruritus memberat saat miselium pada stratum korneum (FKUI)
berkeringat • Predileksi bercak ditemukan di daerah tertutup
• Terkadang mandi 1x sehari pakaian maupun banyak keringat. (FKUI)
• Memakai pakaian yang • Keluhan gatal akan semakin dirasakan dengan
berlapis dan menggunakan celana adanya faktor risiko seperti cuaca panas, lembap,
ketat. aktivitas tinggi, personal hygiene yang buruk(meera
et al, 2017)
Pembahasan
TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik • Gambaran hipopigmentasi diawali dengan perubahan struktur
• et regio coli, didapatkan multiple makula Malassezia menjadi bentuk miselium pada stratum korneum
hipopigmentasi berbatas tegas bentuk dan disebabkan oleh berbagai faktor risiko baik eksogen maupun
berbatas jelas yang saling tumpeng tindih endogen. Miselia akan menghasilkan asam dikarboksilat dan
(Confluent) disertai skuama putih halus asam azelaic, yang bertindak dengan menghambat dopa
tyrosinase. Tironase merupakan enzim yang dapat
mengaktifkan tirosin untuk membentuk melanin.

Pemeriksaan penunjang • pemeriksaan Wood’s Lamp akan ditemukan lesi berwarna kuning
• Wood’s Lamp : kuning keemasan keemasan sebagai akibat metabolit asam dikarboksilat. (FKUI,2016).
• pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit dengan KOH 10%, hasilnya
• Mikroskopis KOH 10% : spaghetti and ditemukan gambaran hifa pendek dengan sel ragi bulat/oval (spaghetti
meatballs and meatballs) (FKUI,2016).
Pembahasan
TINJAUAN KASUS PEMBAHASAN

Diagnosis : Pityriasis Versicolor • Diagnosis Pityriasis Versicolor dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan didukung oleh pemeriksaan penunjang. (Angel et
al, 2019)
Diagnosis Banding : • Kriteria MH didasarkan oleh penemuan minimal 1 dari tanda anestesi
• Morbus Hansen tipe PB pada lesi, perbesaran saraf, BTA (+) pada pemeriksaan bakterioskopis
• Pityriasis Alba (Djuanda, 2017)
• Pityriasis Alba dibedakan dengan PV melalui pemeriksaan KOH, dimana
tidak ditemukan jamur (Givler, 2020)

Terapi • Ketoconazole, adalah antijamur spektrum luas pertama yang digunakan


• Topikal: Ketoconazole cream 2% dalam pengobatan mikosis superfisial dan sistemik. (Gupta, 2015).
diaplikasikan tiap 24 jam setiap hari • itrakonazole sistemik yang merupakan obat golongan triazole fungistatik
selama 14 hari spektrum luas, yang secara sintetis diturunkan dari ketoconazole melalui
perpanjangan rantai samping hidrofobiknya, (Fitzpatrick, 2019)
• Sistemik: Itrakonazole 1x200 mg Setiap • Itrakonazole dipilih karna tingkat hepatotoksisitasnya yang lebih rendah
hari selama 7 Hari dibandingkan ketoconazole (Rock’s Dermatology)
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai