Anda di halaman 1dari 34

Case Report Session

TINEA KORPORIS

OLEH:
RIRI AGSARI

PEMBIMBING :
Dr. dr. H. Aisyah Elliyanti, Sp. KN
DEFINISI

Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada


jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti kuku,
rambut, dan stratum korneum pada epidermis.

Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit


yang tidak berambut (glabrous skin) kecuali telapak
tangan, telapak kaki, kemaluan dan lipat paha.
ETIOLOGI

Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang


disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu:
Epidermophyton,
Mycrosporum dan
Trycophyton.
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
Manifestasi Klinis

Terdapat pada kulit yang tidak berambut


Lesi biasanya berbatas tegas,
Polimorf
memiliki pola ringworm atau polisiklik,
Tepi lesi lebih aktif dengan central healing
Skuama
Tinea korporis yang menahun, tanda-tanda aktif menjadi
hilang dan selanjutnya hanya meninggalkan daerah
hiperpigmentasi saja.
Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat
dan kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
KOH
TATALAKSANA
Penatalaksanaan Non-Medikamentosa meliputi
Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal merupakan pilihan utama.
Efektivitas obat topikal dipengaruhi oleh mekanisme
kerja,viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi
obat tersebut. Selain obat-obat klasik, obatobat
derivate imidazole dan alilamin dapat digunakan
untuk mengatasi masalah tinea korporis ini.
Efektivitas obat yang termasuk golongan imidaol
kurang lebih sama. Pemberian obat dianjurkan
selama 3-4 minggu atau sampai hasil kultur
negative. Selanjutnya dianjurkan juga untuk
meneruskan pengobatan selama 7-10 hari setelah
penyembuhan klinis dan mikologis dengan maksud
mengurangi kekambuhan
Pengobatan Sistemik
Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan
pertama. Dosis untuk anak-anak 15-20
mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000
mg/hari
Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea
korporis yang resisten terhadap griseofulvin
atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200
mg/hari selama 3 minggu.
Obat-obat yang relative baru seperti
itrakonazol serta terbinafin dikatakan cukup
memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.
IDENTITAS
Nama : Ny. F
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Pegawai Usaha Sanjai
Alamat : Jl. Bahari No.23 A, Ulak
Karang Selatan
No.MR : 020365
Latar Belakang Sosial-Ekonomi-
Demografi-Lingkungan Keluarga
Status Perkawinan: Menikah
Jumlah Saudara : 7 orang
Status Ekonomi Keluarga: mampu,
penghasilan Rp.
3.000.000,-/bulan
KB : Tidak ada
Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 5 orang : pasien, suami
dan 3 orang anak.
Latar Belakang Sosial-Ekonomi-
Demografi-Lingkungan Keluarga
Kondisi Rumah :
Rumah permanen, pekarangan cukup luas
Listrik ada
Sumber air: air sumur
Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
Sampah di buang ke tempat pembuangan
sampah, berjarak 500 meter dari rumah.
Kesan : higine dan sanitasi baik
Aspek Psikologis di
keluarga
Pasien tinggal bersama suami dan 3
orang anaknya
Hubungan dengan keluarga cukup
baik
ANAMNESA
Keluarga
Pasien tidak pernah menderita bercak
kemerahan yang gatal
Riwayat Diabetes Melitus tidak ada.

Keluhan Utama
Bercak kemerahan pada punggung yang
bertambah gatal sejak 2 minggu yang
lalu.
ANAMNESA
Riwayat Penyakit Sekarang
Bercak kemerahan yang terasa gatal pada punggung
sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya gatal kemerahan
kira-kira seukuran koin, kemudian semakin melebar
serta dirasakan makin gatal. Bagian pinggir bercak
lebih merah dibandingkan dengan bagian tengah.
Gatal dirasakan terutama saat berkeringat. Panas dan
perih pada lesi tidak ada.
Bercak kemerahan gatal yang semakin lama melebar
ke arah luar di bagian tubuh lain tidak ada.
Tidak terdapat kelainan pada kuku dan rambut seperti
rambut rontok ataupun kuku yang sering patah
ANAMNESA
Pasien mengaku jarang mengganti pakaian jika
berkeringat saat bekerja sehingga kondisi tubuh
sering lembab.
Pasien sering menggunakan pakaian yang tidak
menyerap keringat.
Riwayat penggunaan bra yang ketat dan tidak
menyerap keringat ada.
Pasien berkebun dan menanam bunga di depan
rumahnya. Saat bekerja sering kontak dengan tanah
karena tidak menggunakan sarung tangan dan sepatu
boot. Setelah berkebun pasien tidak pernah mencuci
tangan dengan sabun, hanya membilas dengan air.
ANAMNESA
Tidak memiliki riwayat kontak dengan
binatang peliharaan seperti anjing dan
kucing yang bulunya rontok dan
mempunyai penyakit kulit.
Riwayat konsumsi obat-obatan pereda nyeri
dan jamu tidak ada.
Pasien mengeluhkan dirumah terasa panas
dan pasien sering berkeringat terutama
pada siang dan malam hari.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
ANAMNESA
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami
keadaan seperti ini sebelumnya.
Riwayat Diabetes Melitus tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 84x/ menit
Nafas : 24x/menit
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 370C
BB : 60 kg
TB : 150 cm
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit: teraba hangat, turgor baik
Mata : tidak cekung, air mata ada,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor,diameter 2mm, reflek cahaya +/+
Mulut : lidah dan mulut sedikit kering
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : tonsil T1-T1, tidak hiperemis,
faring tidak hiperemis
Leher : kelenjer getah bening tidak membesar
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
Paru :
Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan baik statis maupun
dinamis, retraksi tidak ada
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
batas jantung kanan : LSD
batas jantung atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen :
Inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), hepar
dan lien
tidak teraba, turgor normal.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Punggung : status dermatologikus
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik,
reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-
PEMERIKSAAN FISIK
Status Dermatlogikus :
Lokasi : Punggung
Distribusi : Terlokalisir, unilateral
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Polisiklik
Batas : Tegas
Ukuran : Plakat
Efloresensi : Plak eritema dengan pinggir meninggi
dan papul-papul eritem, bagian tepi aktif dan
bagian tengah menyembuh, terdapat skuama
kasar di bagian tengah.
Pemeriksaan Anjuran
Kerokan Kulit dengan KOH 20%

Diagnosis Kerja
Tinea korposris

Diagnosis Banding
Dermatitis numularis
Dermatitis seboroik
Ptiriasis rosea
Psoriasis
PREFENTIF
Limfadenitis mengacu terhadap limfodenopati yang
disebabkan proses peradangan.
Etiologi dari limfadenitis antara lain oleh karena
infeksi, Gangguan Immunologi atau kekacauan
jaringan ikat yang dapat menyebabkan limfadenitis,
Penyakit utama pada jaringan limfoid atau jarinagn
reticuloendothelial, gangguan yang tidak dapat
diduga, dan obat-obatan
Manifestasi klinis dari limfadenitis terkadang
asimptomatik, atau dapat pula menimbulkan nyeri
lokal dan nyeri tekan serta eritema pada permukaan
kulit di sekitar lokasi peradangan

Penatalaksanaan limfadenitis TB secara umum dibagi


menjadi dua bagian, yakni secara farmakologis dan non
farmakologis.
Menganjurkan
PREFENTIF
KURATIF
Sistemik
Griseofulvin tab 1 x 500 mg
CTM 3 x 4 mg
Topikal
Ketokonazole cream 2 % (oleskan tipis
dua kali sehari sesudah mandi)
REHABILITATIF
Kontrol teratur ke puskesmas karena
pengobatan memerlukan waktu yang
lama.
Menjaga kebersihan diri.
Mengkonsumsi makanan yang
bergizi.
DAFTAR PUSTAKA
Wolff, Klaus, Ricahrd Allen Johnson, dan Dick Suurmond.
Fitzpatricks, Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology, 5th Edition. USA. The McGraw-Hill
Companies. 2007.
Djuanda, Adhi, Mokhtar Hamzah, dan Siti Aisyah. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI Edisi Ke enam. Mikosis
halaman 92-95. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010.
Buxton, K. Paul. ABC of Dermatology. 4th Edition. Fungal
Infection Page 101-105. London. BMJ Publishing Group
Ltd. 2003.
Hunter, J.A.A, J.A. Savin, and M.V. Dahl. Clinical
Dermatology 3th Edition. Fungal Infection, Page 210-219.
USA. Blackwell Science. 2002.
Arndt, A. Kenneth, and Jeffrey T.S Hsu. Manual Of
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai