Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

PENYAKIT MENULAR
TINEA KORPORIS
Oleh:
Nindya Adeline
2011730156
Dokter Pembimbing:
dr. Mamik Setiyawati
dr. Kristina Makarti
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran dan Komunitas 1
Puskesmas Langensari 1
2015

IDENTITAS

Nama
: Ny. I
Umur
: 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Sindang Galih 2/5
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Bercocok tanam
Tanggal Kunjungan ke Puskesmas
Tanggal Kunjungan ke Rumah

: 27 November 2015
: 01 Desember 2015

ANAMNESIS
KELUHAN
UTAMA

Pasien mengatakan gatal di daerah perut dan ketiak kiri


sejak 1 minggu yang lalu.

RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien datang ke BP Umum Puskesmas Langensari 1 dan
mengeluh gatal di perut dan ketiak kiri sejak 1 minggu yang
lalu. Gatal dirasakan muncul tiba-tiba, kemudian gejala gatal
bertambah berat saat pasien berkeringat, kadang gatal juga
disertai rasa panas. Karena dirasakan sangat gatal, pasien jadi
sering tidak dapat menahan diri untuk menggaruki area tubuh
yang gatal tersebut. Pada awalnya di sekitar perut dan ketiak
kiri pasien muncul bercak-bercak merah kecil, kemudian
semakin lama bercak tersebut semakin meluas, terutama
bercak yang terletak di perut. Di sekeliling area bercak tersebut

RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
Os belum pernah mengalami hal yang seperti ini sebelumnya
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan asma disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA

Anak pasien (laki-laki, 9 tahun) juga sedang mengalami


gatal-gatal di kaki.
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan asma disangkal.

RIWAYAT
PENGOBATAN
Tidak sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.

RIWAYAT ALERGI
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat,
makanan dan debu.

RIWAYAT
PSIKOSOSIAL
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal.
Pasien sehari-hari bercocok tanam dan sesekali pergi ke
sawah.
Pasien jarang berolahraga namun terbiasa jalan kaki bila
mengantar anak sekolah atau berbelanja ke pasar (pasalnya
jarak dari rumah pasien untuk mencapai jalan yang dilewati
kendaraan umum saja sudah cukup jauh).
Untuk makanan pasien biasa mengonsumsi sayuran dan
buah-buahan, untuk daging ayam, sapi dan ikan jarang.
Pasien tidak memelihara binatang di rumahnya.

PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
Tampak sakit ringan
KESADARAN
Compos mentis
TANDA VITAL

Suhu
: 36.5oC suhu Axilla
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Tekanan Darah: 110/70 mmHg

BB
TB

: 52 kg
: 150 cm

STATUS
GENERALIS
Kepala
: Normocephal, rambut bersih, tidak mudah
dicabut
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut
: Mukosa bibir lembab
Gigi
: Tidak caries
Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar
tiroid (-)
Dada
: Pergerakan dinding dada simetris
Paru-paru: Bunyi vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
: Bunyi jantung I & II regular murni, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : BU (+), pembesaran (-), nyeri tekan abdomen (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-), CRT 2 detik

Status Dermatologi
Lokasi
: Abdomen dan aksilaris sinistra
Effloresensi : terdapat 7 makula eritema di abdomen dan 2
makula
eritema di aksilaris sinistra dengan bentuk bulat,
berbatas
tegas, bagian tepi tampak multipel papul dan tampak
healing
center.

RESUME
Pasien datang ke BP Umum Puskesmas Langensari 1 dan
mengeluh gatal di perut dan ketiak kiri sejak 1 minggu yang
lalu. Gatal dirasakan muncul tiba-tiba, bertambah berat saat
berkeringat, kadang juga disertai rasa panas. Karena sangat
gatal, pasien jadi sering menggaruki area tubuh yang gatal.
Pada awalnya di sekitar perut dan ketiak kiri pasien muncul
bercak-bercak merah kecil, kemudian semakin lama bercak
tersebut semakin meluas. Di sekeliling area bercak tersebut
juga terdapat bintil-bintil kecil yang mengelilingi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien
normal.
Pada pemeriksaan status dermatologi, didapatkan 7
makula eritema di abdomen dan 2 makula eritema di aksilaris
sinistra dengan bentuk bulat, berbatas tegas, bagian tepi
tampak multipel papul dan tampak healing center.

ASSESMENT

Tinea Korporis
Ptiriasis Rosea
Psoriasis
Dermatitis

TERAPI

Griseofulvin 2x250 mg tab


CTM 2x1 tab
Mikonazole salep

KUNJUNGAN RUMAH
Hari,

Tanggal
Selasa,
01/12/2015

Gatal

sudah Pemeriksaan
fisik
tampak
berkurang, area
baik
dan
yang
digaruk normal.
mulai
menghitam.

Status
Dermatologi:
terdapat 7
makula eritema
di
abdomen
dan 2 makula
eritema
di
aksilaris sinistra
dengan bentuk
bulat, berbatas
tegas,
bagian
tepi
tampak
multipel papul,
dan
tampak
healing center.

Tinea
korporis.

Lanjutkan terapi,
bila ada keluhan
segera datang ke
puskesmas.

DEFINISI
Tinea korporis adalah infeksi dermatofita
superfisial yang ditandai oleh baik lesi inflamasi
maupun non inflamasi pada glabrous skin (kulit yang
tidak berambut) seperti muka, leher, badan, lengan,
tungkai dan gluteal.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensinya antara pria dan wanita sama.
Dapat mengenai semua orang dari semua
tingkatan usia, tetapi prevalensinya lebih tinggi
pada preadolescen.
Tinea korporis yang berasal dari binatang
umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak.
Secara geografi lebih sering terjadi pada daerah
tropis daripada subtropis.

ETIOLOGI
Tricophyton rubrum
Tricophyton tonsuran
Microsporum canis

PATOFISIOLOGI
Jamur

Kolonisasi hifa di
dalam jar.
Keratin yang
mati

Enzim
keratoliti
k

Difusi ke
dalam
jaringan

Merusak
keratinosit

Bag. Tepi aktif


berkembang
dan central
healing

Skuama

Proses
proliferasi
sel
epidermis
meningkat

Berkembang
dalam masa
inkubas 1-3
minggu

Ringwor
m

GEJALA KLINIS
Gatal
Lesi berbatas tegas
Pada tepi lesi tampak tanda radang lebih aktif,
bagian tengah cenderung menyembuh
Lesi dapat berdekatan dan meluas
Lesi eritematosa
Bisa skuama, krusta, vesikel, papul

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Beberapa kasus membutuhkan pemeriksaan
dengan lampu wood yang mengeluarkan sinar UV
dengan gelombang 3650 yang jika didekatkan
pada lesi akan timbul warna kehijauan.
Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 1020% memperlihatkan elemen jamur berupa hifa
panjang atau spora jamur terlihat hifa diantara
Penyakit Jamur
material
keratin. Effloresensi
Tinea kapitis

Hijau, biru kehijauan

Pitiriasis versikolor
Bukan Penyakit

Kuning keemasan
Effloresensi

Jamur
Eritasma

Merah bata

Obat tetrasiklin

Kuning

DIAGNOSIS BANDING
Ptiriasis rosea
Psoriasis
Dermatitis

PENATALAKSANAAN
Terapi Topikal
Topikal azol
Econazol 1 %
Ketoconazol 2 %
Clotrinazol 1%
Miconazol 2%
Allilmin
Aftifine 1 %
Butenafin 1%
Terbinafin 1%
Sikloklopirosolamin 2
%
Kortikosteroid topikal

Terapi Sistemik

Griseofulvin
Ketokonazol
Flukonazol
Itrakonazol
Amfosterin B

PENCEGAHAN
Mengurangi kelembapan dari tubuh penderita
dengan menghindari pakaian yang panas (karet,
nylon) dan ketat
Memperbaiki ventilasi rumah
Menghindari keringat berlebih
Mengeringkan handuk setiap kali habis digunakan
Menghindari sumber penularan, yaitu binatang
seperti kuda, sapi, kucing, anjing atau kontak
dengan penderita lain
Menghilangkan fokal infeksi di tempat lain,
misalnya di kuku atau kaki
Meningkatkan hygiene dan memperbaiki makanan
Faktor-faktor predisposisi lain seperti diabetes
melitus, kelainan endokrin yang lain, leukimia

PROGNOSIS
Untuk tinea korporis yang bersifat lokal,
prognosisnya akan baik dengan tingkat kesembuhan
70-100% setelah pengobatan dengan azol topikal
atau allilamin atau dengan menggunakan anti jamur
sistemik.

DAFTAR PUSTAKA
Patel S, Meixner JA, Smith MB, McGinnis MR. 2006. Superficial Mycoses and Dermatophytes. In :
Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical Dermatology. China: Elsenvier inc. p.185-92.
Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. 2004. Fungal Disease with Cutaneus Involvement. In :
Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks: Dermatology in
General Medicine. 6th ed. New York: Mc graw hill. p:1908-2001.
Sobera JO, Elewski BE. 2003. Fungal Disease. In : Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini RP, editors.
Dermatology. Spain: Elsevier Science. p.1174-83.
Djuanda, Adhi. Dkk. 2004. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.Rushing ME. Tinea corporis. Online journal. 2006 June 29; available from;
http://www.emedicine.com/asp/tinea corporis/article/page type=Article.htmL
Wirya Duarsa. Dkk. 2010. Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin. Denpasar:
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Budimulja, U. Sunoto. Dan Tjokronegoro. Arjatmo. 2008. Penyakit Jamur. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Arndt KA, Bowers KE. 2002. Manual of Dermatology Therapeutics with Essential of Diagnostic.
6th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Willkins.
Nugroho SA. 2004. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Dermatomikosis Superfisialis. In :
Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis
Superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI. p.99-106.
Kuswadji, Widaty KS. 2004. Obat Anti Jamur. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL,
Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
p.108-16.
Sularsito, Sri Adi. Dkk. 2006. Dermatologi Praktis. Jakarta: Perkumpulan Ahli Dermatologi dan
Venereologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai