PSORIASIS VULGARIS
Penyusun:
Glorianna Christy
194122006
Pembimbing:
dr. Putri Rachma Safitri, Sp.DV
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SURABAYA
RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
TDE : Tidak dievaluasi
HLA: human-leukocyte-antigen
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. AU
No. RM. : 8129xx
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Raya Meduran, Roomo, Manyar, Gresik
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 06 Januari 2023
1.2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 06 Januari 2023 pukul 09.00 WIB di poli
kulit kelamin RSUD Ibnu Sina Gresik.
1.2.1 Keluhan Utama: Bercak kemerahan pada kaki kanan dan kiri.
1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan adanya bercak kemerahan pada kaki kanan dan kiri
sejak satu minggu yang lalu. Lokasi bercak dirasakan lebih muncul pada kaki kiri
dibandingkan kaki kanan. Pasien mengeluhkan gatal (+) sejak satu minggu yang lalu,
gatal dirasakan terus menerus selama beberapa menit pasien merasa sangat gatal pada
seluruh lesi. Pasien mengatakan nyeri (-), terasa panas (-), demam (-), dan bengkak(-).
Pasien sudah pernah mengalami ini sebelumnya. Pasien mengatakan saat ini sudah
menjaga makanan dan menghindari pencetus, namun keluhan tetap timbul.
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan
Satu tahun yang lalu pasien pernah mengalami bercak kemerahan serupa di seluruh
tubuh. Selanjutnya pasien melakukan pemeriksaan punch biopsy dan hasil biopsi
menunjukan adanya parakeratosis, achantosis, dan sponsiosis dengan adanya sel
radang mononuklear pada papilla dermis, sehingga pasien di diagnosis psoriasis
vulgaris. Pasien menerima terapi psoriasis berupa metotreksat, kortikosteroid topikal
yaitu krim mometasone 0,1%, asam folat, vitamin D, pelembab krim urea 10%, dan
obat antihistamin yaitu cetirizine. Setelah satu bulan pasien datang kontrol dan
mengatakan bahwa lesinya membaik. Selain psoriasis, pasien juga memiliki riwayat
penyakit chronic heart disease (CHD) dan hipertensi. Riwayat pengobatan: pasien
rutin kontrol setiap bulan untuk psoriasis dan hipertensi.
1.2.4 Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat alergi makanan (-)
1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat psoriasis, hipertensi, dan diabetes melitus dalam keluarga.
Gambar A dan B. Tampak plak dan papul eritema multiple berbatas tegas
dengan skuama. Gambar C. Karsvlek sign (+)
1.4 Diagnosis
Psoriasis Vulgaris
1.5 Tatalaksana
• Betametasone krim 0,1% 2 dd ue dioleskan pada bercak kemerahan.
• Urea 10% krim 2 dd ue dioleskan pada seluruh badan.
• Cetirizine 10 mg tab 1 dd 1 0-0-1
1.6 Edukasi
• Menjelaskan penyakit psoriasis yang diderita pasien merupakan penyakit
kronis yang dapat muncul berulang.
• Rutin menggunakan pelembab untuk menjaga kulit tidak kering, sehingga
tidak gatal.
Sering berulang
• Quo ad vitam : Bonam
• Quo ad functionam : Bonam
• Quo ad sanationam : Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronis residif dengan dasar genetik yang
kuat dan memiliki karakteristik adanya perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel
epidermis disertai dengan manifestasi vaskuler.¹ Proses inflamasi kronis pada psoriasis
disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara faktor genetik, lingkungan, dan
abnormalitas fungsi imun yang menyebabkan adanya aktivasi keratinosit dan sel imun
sehingga terjadi hiperproliferasi keratinosit.² Secara umum, lesi pada kulit psoriasis
berupa plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama tebal berwarna putih. Lokasi
predileksi psoriasis terletak pada siku, lutut, dada, punggung, atau kulit kepala (scalp).¹
2.2 Epidemiologi
Kasus psoriasis di dunia makin sering ditemukan. Tercatat 2% populasi dunia atau
setara dengan 125 juta penduduk mengalami psoriasis. Psoriasis menyebar diseluruh
dunia dengan prevalensi usia yang bervariasi di setiap wilayah.⁴ Prevalensi psoriasis
pada anak berkisar 0-2% di Taiwan dan Italia, sedangkan pada dewasa prevalensi
psoriasis berkisar 0,98%-8% di Amerika Serikat dan Norwegia.⁴ Prevalensi psoriasis
di Eropa sebanyak 3-7% populasi, di Amerika Serikat sebanyak 1-2% populasi, dan di
Jepang sebanyak 0,6% populasi. Insiden psoriasis pada orang kulit putih lebih tinggi
dibandingkan penduduk kulit berwarna. Dalam studi pada 25.000 orang dengan ras
berkulit hitam di Afrika dan suku Indian di Amerika tidak ditemukan satupun kasus
psoriasis. Jumlah pasien psoriasis di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan
prevalensi pasien psoriasis mencapai 2,5% dari populasi penduduk. Pada tahun 2007-
2011 dilaporkan terdapat 210 kasus psoriasis (1,4%) dari 14.681 pasien di RSUP Dr.
Kariadi Semarang.⁷ Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 2016-2018 tercatat
sebanyak 201 pasien psoriasis di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.⁶
Psoriasis dapat timbul pada semua usia, namun jarang terjadi pada anak dibawah
10 tahun.⁴ Pada beberapa kasus, mayoritas onset psoriasis muncul pertama kali pada
usia 15-40 tahun, dengan rata-rata usia 33 tahun.² Onset dini psoriasis menandakan
dejarat keparahan penyakit dan biasanya disertai dengan riwayat psoriasis pada
keluarga yang positif.⁵ Beberapa studi menemukan bahwa onset psoriasis meningkat
dua kali selama masa hidup pasien, dengan puncak pertama di usia antara 16-22 tahun
dan puncak kedua di usia 57-60 tahun. Tidak terdapat perbedaan insiden psoriasis
antara pria dan wanita.⁴
Meskipun psoriasis tidak memiliki angka morbiditas yang tinggi, gangguan
kosmetik pada kulit pasien psoriasis menyebabkan dampak negatif di masyarakat.
Salah satu dampak psoriasis adalah masalah psikologis. Dalam sebuah studi dari 127
pasien psoriasis, 9,7% diantaranya mengatakan rasa ingin mati dan 5,5% diantaranya
melaporkan uji coba bunuh diri. Tidak hanya itu, psoriasis juga menyebabkan
gangguan pada kehidupan sosial pasien. Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukan
98% pasien melaporkan gangguan emosional dan kehidupan sosial yang membuat
mereka menjauhkan diri dari lingkungan sosial. Pasien psoriasis cenderung
mengisolasi diri dan frustasi.⁸
2. Infeksi
Infeksi menahun di daerah hidung, telinga, tuberculosis paru, dermatomikosis,
arthritis, dan infeksi kronis lainnya dapat menimbulkan manifestasi psoriasis yang
berat. Salah satu studi menemukan bahwa tonsilitis yang disebabkan oleh
Streptoccocus B-hemolitikus memicu terjadinya psoriasis Gutata. Endotoksin pada
bakteri berperan sebagai superantigen yang dapat mengaktivasi sel limfosit T,
makrofag, sel Langerhans, dan keratinosit.²
3. Trauma
Pada kasus psoriasis aktif, lesi pada kulit dapat menyebar akibat adanya garukan
atau luka pembedahan. Hal ini sering dikenal sebagai salah satu karakteristik
psoriasis yaitu terjadinya fenomena Kobner.²
4. Hormonal
Psoriasis sering dipicu dengan adanya peningkatan atau penurunan hormon
seperti pada pasien psoriasis dengan kehamilan atau pada pasien hipoparatiroid
akibat adanya hipokalsium sekunder. Pasien diabetes melitus dengan terapi insulin
yang tidak terkontrol juga memicu terjadinya psoriasis.²
5. Lingkungan
Faktor cuaca dan iklim dapat berpengaruh dalam pencetus psoriasis. Beberapa
kasus mencatat bahwa kejadian psoriasis membaik di lingkungan dengan paparan
sinar matahari yang tinggi. Pada wilayah dengan empat musim, melaporkan
kejadian psoriasis yang membaik saat musim panas, dan memburuk saat masuk
musim dingin.²
6. Obat
Penggunaan obat-obatan pada pasien psoriasis perlu diperhatikan. Beberapa
golongan obat seperti anti-malaria, beta-bloker, IFN-a, dan lithium dapat
memburuk psoriasis. Pasien dengan perhentian steroid secara mendadak juga dapat
menimbulkan psoriasis.²
7. Alkohol dan Rokok
Studi epidemiologi menunjunkan bahwa konsumsi alkohol dan merokok pada
pasien psoriasis dapat memicu timbulnya gejala berat.² Perokok berat dengan
kebiasan merokok > 20 batang rokok perhari memiliki resiko dua kali lipat
mengalami psoriasis gejala berat.⁴
2.4 Patofisiologi
Perubahan morfologik dan kerusakan sel epidermis pada penderita psoriasis telah
banyak diketahui. Gambaran histopatologi kulit yang terkena psoriasis sering kali
menunjukkan akumulasi sel monosit dan limfosit di puncak papil dermis dan di
dalam stratum basalis. Sel-sel radang ini tampak lebih banyak, apabila lesi
bertambah hebat. Pembesaran dan pemanjangan papil dermis menyebabkan
epidermodermal bertambah luas dan menyebabkan lipatan di lapisan bawah stratum
spinosum tambah banyak. Proses ini juga menyebabkan masa pertumbuhan kulit
menjadi lebih cepat dan masa pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari normal,
dari 28 hari menjadi 3-4 hari. Stratum granulosum tidak terbentuk dan di dalam
stratum korneum terjadi parakeratosis. Dengan pemendekan interval proses
keratinisasi sel epidermis dan stratum basalis menjadi stratum korneum, proses
pematangan dan keratinisasi gagal mencapai proses yang sempurna.⁴
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai patogenesis psoriasis,
tetapi peranan autoimunitas dan genetik dapat merupakan akar yang dipakai dalam
prinsip terapi. Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, yang
melibatkan berbagai sitokin, kemokin maupun faktor pertumbuhan yang
mengakibatkan gangguan regulasi keratinosit, sel-sel radang, dan pembuluh darah,
sehingga lesi tampak menebal dan berskuama tebal berlapis. Aktivasi sel T dalam
pembuluh limfe terjadi setelah sel makrofag penangkap antigen (antigen prsenting
cell/ APC) melalui major histocompatibility complex (MHC) mempresentasikan
antigen tersangka dan diikat oleh sel T naif. Pengikatan sel T terhadap antigen
tersebut selain melalui reseptor sel T harus dilakukan pula oleh ligan dan reseptor
tambahan yang dikenal dengan konstimulasi. Setelah sel T teraktivasi sel ini
berproliferasi menjadi sel T efektor dan memori kemudian masuk dalam sirkulasi
sistemik dan bermigrasi ke kulit. Dalam peristiwa interaksi imunologi tersebut
rentetan mediator menentukan gambaran klinis antara lain: GMCSF (granulocyte
macrophagecolony stimulating factor), EGF, IL-1, IL-6, IL-8, IL- 12, IL-17, IL-23,
dan TNF-α. Akibat peristiwa banjirnya efek mediator terjadi perubahan fisiologis
kulit normal menjadi keratinosit akan berproliferasi lebih cepat, normal terjadi
dalam 311 jam, menjadi 36 jam dan produksi harian keratinosit 28 kali lebih banyak
dari pada epidermis normal. Pembuluh darah menjadi berdilatasi, berkelok-kelok,
angiogenesis dan hipermeabilitas vaskular diperankan oleh vascular endothelial
growth factor (VEGF) dan vaskular permeability factor (VPF) yang dikeluarkan
oleh keratinosit.⁴
Gambar 2.4.1 Patogenesis Psoriasis¹²
7. Psoriasis Arthritis
Arthritis dapat terjadi pada 5% pasien psoriasis. Salah satu tipe arthritis yang
terjadi adalah arthritis distal yang melibatkan sendi terminal interphalangeal dari jari
tangan dan kaki yang ditandai dengan adanya perubahan pada kuku. Tipe lain dapat
menyerupai arthritis rheumatoid yang mengenai sendi besar seperti sendi sakro-iliaka
dan tulang belakang. Pada pemeriksaan didapatkan tes faktor rheumatoid negatif dan
tidak ditemukan nodul. Beberapa penelitian mengkaitkan kejadian spondylitis dan
sakrolitis pada pasien psoriasis dengan faktor genetik HLA-B27.⁴
2.9 Prognosis
Psoriasis tidak menyebabkan kematian namun dapat menyebabkan permasalahan
psikis karena adanya gangguan kosmetik serta perjalanan penyakit yang bersifat kronis
dan residif. Pada psoriasis gutata akut ruam timbul cepat dan dapat menghilang secara
spontan dalam beberapa minggu. Psoriasis merupakan penyakit yang bersifat stabil
dan dapat remisi setelah beberapa bulan atau tahun.⁵
BAB III
PEMBAHASAN
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronis residif dengan dasar genetik yang
kuat dan memiliki karakteristik adanya perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel
epidermis disertai dengan manifestasi vaskuler.¹ Secara umum, lesi pada kulit psoriasis
berupa plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama tebal berwarna putih. Sejalan
dengan hal ini pada pasien ditemukan ruam sama yang terdapat pada tungkai kanan
dan kiri. Ruam yang ditemukan pada pasien berupa ruam plak dan papul eritema
multiple berbatas tegas dengan skuama tebal berwarna putih dan merah kecoklatan.
Menurut studi epidemiologi, psoriasis dapat timbul pada semua usia, namun jarang
terjadi pada anak dibawah 10 tahun.⁴ Hal ini sejalan dengan onset pertama pasien yang
mengeluhkan gejala pada usia 54 tahun. Dalam teori dikatakan bahwa terdapat dua
tipe psoriasis berdasarkan onset gejala psoriasis yaitu tipe 1 untuk onset dibawah 40
tahun, dan tipe 2 untuk onset diatas 40 tahun.⁴ Pasien dalam kasus ini termasuk dalam
psoriasis tipe 2 yang tidak memiliki karakteristik faktor genetik, dimana pada pasien
juga tidak ditemukan riwayat psoriasis dalam keluarga.
Dalam proses anamnesis, didapatkan bahwa pasien memiliki riwayat chronic heart
disease dengan hipertensi. Beberapa studi mengatakan bahwa psoriasis sebagai
kejadian inflamasi kronis dapat berdampak pada adanya kerusakan pembuluh darah
yang dapat memperparah kejadian hipertensi sehingga pasien perlu diedukasi untuk
rutin melakukan kontrol. Selain itu diperlukan pemilihan terapi yang tepat, karena
dalam beberapa jurnal menuliskan adanya keterkaitan penggunaan obat hipertensi
seperti golongan beta-blocker yang memiliki relasi dengan terjadinya inflamasi pada
psoriasis yang dapat memicu terjadinya psoriasis. Dalam kasus ini pasien juga perlu
diedukasi mengenai berbagai faktor pencetus psoriasis diantaranya adalah stress
psikis, infeksi, trauma (fenomena koebner), hormon, lingkungan, penggunaan obat,
alkohol dan merokok. Pasien perlu mengenali pemicu dan juga menghindarinya.
Manifestasi klinis dari pasien psoriasis adalah gatal dengan bercak kemerahan yang
disertai dengan skuama tebal berwarna putih. Terdapat tiga tanda khas yang bisa
ditemukan pada pasien psoriasis, yaitu fenomena tetesan lilin atau karsvlek sign,
fenomena koebner, dan auspitz sign. Selain dari ciri khas ruam pasien yang sesuai
dengan psoriasis, sejalan dengan teori diatas ditemukan pada pemeriksaan adanya
keluhan gatal yang berulang dan adanya karsvlek sign yang positif. Pasien pada
laporan ini mengalami psoriasis derajat ringan dengan BSA < 10% sehingga
tatalaksana yang diberikan tatalaksana berupa topikal dan edukasi. Kortikosteroid
topikal pada pasien diberikan menggunakan betamethasone 0,1 krim, disertai dengan
pemberian pelembab urea 10% dan obat antihistamin sistemik berupa cetirizine 10 mg
1 kali sehari saat gatal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7.
Badan Penerbit FK UI. Jakarta: 2015. TEMPLATE PERKULIAHAN BLOK.;13.
2. Weller RB, Hunter HJ, Mann MW. Clinical dermatology. John Wiley & Sons; 2014
Nov 19.
3. PPK Kulit Perdoski PDF [Internet]. Scribd. Scribd; [cited 2023Jan12]. Available
from: https://www.scribd.com/document/389871424/PPK-KULIT-PERDOSKI-pdf
4. Goldsmith L, Katz S, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine, Ed. McGraw Hill Medical. 2012;150(4):22.
5. Murlistyarini S, Prawitasari S, Setyowatie L, editors. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin. Universitas Brawijaya Press; 2018 Jan 31.
6. Hanani NK, Ervianti E, Rahniayu A. Clinical Profile of Psoriasis Vulgaris at
Soetomo General Hospital, Surabaya. Health Notions. 2020 Sep 30;4(9):282-9.
7. Krisnarto E, Novitasari A, Aulirahma DM. Faktor Prediktor Kualitas Hidup Pasien
Psoriasis: Studi Cross Sectional. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. 2016;5(1).
8. World Health Organization. Global Report on Psoriasis: World Health
Organization, 2016. Accessed February. 2020;13.
9. Why treat psoriasis? [Internet]. The National Psoriasis Foundation: National
Psoriasis Foundation. National Psoriasis Foundation; [cited 2023Jan16]. Available
from: https://www.psoriasis.org/why-treat/
10. Psoriasis [Internet]. Pathology Outlines - Psoriasis. [cited 2023Jan18]. Available
from: https://www.pathologyoutlines.com/topic/skinnontumorpsoriasis.html
11. Robert D Kelsch DMD. Geographic tongue [Internet]. Background,
Pathophysiology, Etiology. Medscape; 2020 [cited 2023Jan18]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1078465-overview
12. Psoriasis: Pathogenesis and clinical findings: Calgary guide [Internet]. The Calgary
Guide to Understanding Disease. 2016 [cited 2023Jan18]. Available from:
https://calgaryguide.ucalgary.ca/psoriasis-pathogenesis-and-clinical-findings/)