Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

HERPES ZOSTER THORACALIS DEXTRA

Oleh:
dr. Tsanya Fuady

Pembimbing:
dr. Dewi Ayu Murniati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS PAGESANGAN
DINAS KESEHATAN KOTA MATARAM
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan petunjuk dari-Nya penyusunan tugas laporan kasus dengan
judul “Herpes Zoster” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas
dalam proses program internsip dokter Indonesia di stase Puskesmas Pagesangan.
Selain itu, saya berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi profesi
kedokteran, serta dapat meningkatkan dan memperluas pemahaman mengenai
penyakit herpes zoster.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karenya, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan bantuan dan melimpahkan petunjuk-Nya
kepada kita semua.

Mataram, 6 Januari 2023

P
enulis
BAB I
PENDAHULUAN
Herpes zoster (HZ) atau shingles adalah penyakit infeksi kulit yang
menyerang system saraf manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella
zoster dimana virus ini mengakibatkan dua penyakit berbeda, yaitu varicella
(cacar air) dan herpes zoster. Untuk itulah penyakit ini disebut sebagai reaktivasi
infeksi virus varisella zoster didalam neuron ganglion ke jaringan saraf dan kulit
sesuai dengan dermatom yang terkena.1,2,3
Penyebab reaktivasi tidak sepenuhnya dimengerti tetapi di perkirakan
terjadi pada kondisi gangguan imunitas selular. Kejadian HZ meningkat secara
dramatis seiring dengan bertambahnya usia. Kira-kira 30% populasi (1 dari 3
orang) akan mengalami HZ selama masa hidupnya, bahkan pada usia 85 tahun, 50
% (1 dari 2 orang) akan mengalami HZ. Insidens HZ pada anak-anak 0.74 per
1000 orang per tahun. Insidens ini meningkat menjadi 2,5 per 1000 orang di usia
20-50 tahun 7 per 1000 orang di usia lebih dari 60 tahun dan mencapai 10 per
1000 orang per tahun di usia 80 tahun.4

BAB II

LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien

Nama : FA
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Gubuk mamben, Sekarbela, Mataram
Tanggal kunjungan : 24 Agustus 2022
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama :
Bintik berair disertai nyeri panas pada dada sebelah kanan sampai ke
punggung.
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Pagesangan dengan keluhan


bintik berair pada dada sebelah kanan sampai ke punggung. Keluhan ini
dirasakan sudah sejak ± 5 hari yang lalu. Awalnya hanya tampak sedikit,
cairan jernih dan disertai kemerahan pada kulit. Kemudian bintik berair
tersebut semakin lama semakin banyak, cairan keruh dan menyebar
disekelilingnya. Pasien juga mengeluh nyeri dan panas di daerah dada kanan
sampai ke punggung. Sebelum muncul lesi pasien mengalami demam. Pasien
juga mengeluh sedikit gatal pada daerah lesi.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit
cacar air dialami pasien pada saat anak-anak. Riwayat penyakit yang lain
disangkal oleh pasien.

2.2.4 Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah berobat.

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang memiliki keluhan serupa di keluarga pasien, riwayat
penyakit kulit (-), riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat
penyakit asma (-). Riwayat penyakit hati (-), riwayat penyakit paru seperti
tuberculosis (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat penyait ginjal (-).

2.2.6 Riwayat Pribadi


Pasien merupakan seorang karyawan swasta. Pasien menyangkal
merokok, meminum alkohol, dan narkoba. Sekarang pasien tinggal bersama
orang tuanya. Tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan
tertentu pada pasien.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan tanggal 24 Agustus 2022
 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Heart Rate : 70 x/menit, isi dan tegangan cukup, teratur
- Pernapasan : 18 x/menit tipe thorakoabdominal
- Suhu : 36.6 oC
- SpO2 : Tde

Antropometri
- TB : 160 cm
- BB : 75 kg
- IMT : 29,29 kg/m2

Status lokalis

Kepala
Inspeksi normocephali, massa (-), persebaran rambut merata dan berwarna hitam, edema
(-)
Palpasi Massa (-), nyeri tekan (-)

Wajah dan Leher


Wajah Simetris (+)

Mata Inspeksi Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-)
Telinga Inspeksi Bentuk normal, deformitas
Hidun Inspeksi Simetris, deformitas (-), napas cuping hidung (-), perdarahan (-), deviasi
g septum (-)

Mulut Inspeksi Sianosis sentral (-)


Leher Inspeksi Massa (-), eritema (-)
Palpasi Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks
Inspeksi Pergerakan dinding dada simetris (+/+)
Retraksi (-/-)
Palpasi Tidak dievaluasi
Perkusi Tidak dievaluasi
Auskultasi Cor: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi Distensi (-)
Palpasi Tidak dievaluasi
Perkusi Tidak dievaluasi
Auskultasi Bising usus (+)

Ekstremitas superior Ekstremitas inferior


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Akral Hangat Hangat Hangat Hangat
Deformitas (-) (-) (-) (-)
Edema (-) (-) (-) (-)
Sianosis (-) (-) (-) (-)
CRT (< 2 dtk) (< 2dtk) (<2 dtk) (<2 dtk)

 Status dermatologis

Regio : Thoracalis dextra


Lesi :
Vesikel bergerombol multiple disertai krusta dengan dasar eritem pada dada
kanan sampai punggung setinggi thoracal 4-6.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
 Tidak dilakukan

2.5 Diagnosis
- Herpes zoster thoracalis dextra (T4-T6)

2.6 Planning
 Terapi
- Medikamentosa
Asiklovir 5x800 mg (7 Hari)
Paracetamol 3x500 mg (kalau perlu)
Krim asiklovir 5%
 Planning of Monitoring
- Keluhan
- Perkembangan lesi dan tanda-tanda infeksi
- Pengobatan
 Planning of Education
- Menjelaskan mengenai penyakit pasien (penyebab dan kondisi saat ini)
- Menjelaskan pengobatan yang akan diberikan
- Menjelaskan hal yang harus dihindari (gesekan kulit yang mengakibatkan
pecahnya vesikel dan kontrak dengan orang lain)
- Menjelaskan komplikasi dan prognosis penyakit

2.7 Prognosis
Ad vitam bonam
Ad functionam bonam
Ad sanactionam bonam
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien pada kasus ini adalah seorang laki-laki yang berusia 24 tahun dengan keluhan
bintik berair disertai nyeri dan panas pada dada kanan sampai ke punggung. Pada pasien dengan
bintik berair disertai nyeri panas unilateral sesuai dermatome, diagnosis herpes zoster atau
shingles harus dipertimbangkan. Herpes zoster (HZ) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella zoster (VZV) yang laten endogen di ganglion sensoris
radiks dorsalis setelah infeksi primer. 1 Infeksi VZV primer juga dikenal dengan cacar, biasanya
terjadi pada masa kanak-kanak, namun infeksi VZV berlanjut menginfeksi individu seumur
hidup, virus kemudian berkembang di ganglion sensoris radiks dorsalis. 6 Karakteristik penyakit
ini ditandai dengan adanya ruam vesikuler unilateral yang berkelompok dengan nyeri yang
radikuler sekitar dermatome.5
Penyakit ini dapat muncul pada setiap kelompok usia, namun jarang terjadi pada anak-
anak. Kejadian HZ meningkat secara dramatis seiring dengan bertambahnya usia. Penyebab
reaktivasi VVZ belum diketahui dengan pasti, tetapi di perkirakan terjadi pada kondisi gangguan
imunitas selular, stress emosional, keganasan, trauma lokal, manipulasi bedah pada tulang
belakang. Apabila imunitas seluler yang spesifik terhadap VVZ ini menurun hingga di bawah
level kritis tertentu, sistem imun tidak akan mampu lagi menahan
reaktivasi virus sehingga kemudian menimbulkan gejala klinis .7,8 Pada kasus ini pasien meyangkal
adanya penyakit lain. Namun, sebelum keluhan muncul pasien mengaku kurang istirahat dimana dalam
sehari pasien hanya tidur sekitar ….. jam karena
Virus varicella zoster dari lesi kulit dan mukosa akan menuju ke ganglion sensoris radiks
dorsalis. Virus membentuk infeksi laten yang menetap sepanjang hidup di ganglia dan suatu saat
dapat mengalami reaktivasi. Kondisi reaktivasi menyebabkan virus bereplikasi dan menyebabkan
peradangan ganglion sensoris. Virus menyebar ke sumsum tulang belakang dan
batang otak, dari saraf sensoris menuju kulit dan menimbulkan erupsi vesikuler
yang khas. Daerah dengan lesi varisela terbanyak, diperkirakan merupakan area
dengan virus terbanyak yang mengalami keadaan laten sehingga area tersebut
berisiko menjadi lesi herpes zoster.9
Pasien mengeluh bintik berair pada dada sebelah kanan sampai ke punggung. Keluhan ini
dirasakan sudah sejak ± 5 hari yang lalu. Awalnya hanya tampak sedikit, cairan jernih dan
disertai kemerahan pada kulit. Kemudian bintik berair tersebut semakin lama semakin banyak,
cairan keruh dan menyebar disekelilingnya. Pasien juga mengeluh nyeri dan panas di daerah
dada dan punggung. Sebelum muncul lesi pasien mengalami demam. Pasien juga mengeluh
sedikit gatal pada daerah lesi. Tanda dan gejala yang dialami pasien sesuai dengan tanda dan
gejala dari herpes zoster, yaitu pada kepustakaan disebutkan, penderita biasanya mengeluh
berupa bintik berair yang diawali lesi makulopapular eritematosa yang menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar kulit eritematosa dan edema. Vesikel berisi cairan jernih, kemudian
menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta. Gejala prodromal berupa nyeri dan parestesi di
dermatom yang terkait biasanya mendahului erupsi kulit dan bervariasi mulai dari rasa gatal,
parestesi, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi, hingga rasa ditusuk-tusuk. Dapat pula disertai
dengan gejala konstitusi seperti malaise, sefalgia, dan flu like symptoms yang akan menghilang
setelah erupsi kulit muncul. 1,2,13
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan pada daerah thoracalis dextra, lesi berupa
vesikel bergerombol multiple disertai krusta dengan dasar eritem pada dada kanan sampai
punggung setinggi thoracal 4-6. Menurut kepustakaan lokasi herpes zoster unilateral dan bersifat
dermatomal sesuai tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelianan motoric,
tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinkan hal tersebut.10

Penegakan diagnosis pada umumnya dilakukan secara klinis, dapat diperkuat dengan
pemeriksaan PCR dan Tzank test pada fase erupsi vesikel (tidak spesifik) menunjukkan gambaran
multinucleated giant cells. 1 Namun pada pasien di kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan PCR dan
Tzank test, dikarenakan keterbatasan sarana. Menurut kepustakaan disebutkan bahwa
pemeriksaan PCR merupakan tes yang paling sensitif dan spesifik dengan sensitifitas berkisar
97-100%. Pemeriksaan ini membutuhkan setidaknya satu hari untuk mendapatkan hasilnya.
Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar vesikel dan
apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat. Tes ini dapat menemukan
asam nukleat dari virus varicella zoster. 11

Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah asiklovir 800 mg setiap 4 jam peroral
selama 7 hari, parasetamol tablet 500 mg setiap 8 jam peroral (kalau perlu), krim asiklovir 5%
setiap 12 jam topikal dan KIE (komunikasi, edukasi, informasi). Tujuan terapi herpes zoster
adalah untuk mempercepat proses penyembuhan, membatasi tingkat keparahan dan durasi lesi

1
kulit, mengurangi nyeri akut maupun kronis, serta meminimalkan komplikasi yang mungkin
muncul. Penyakit herpes zoster merupakan self-limiting dan umumnya penyembuhannya
sempurna.12
Penatalaksanaan herpes zoster adalah terapi antiviral asiklovir tablet 800
mg, 5 kali sehari peroral selama 7 hari, atau valasiklovir tablet 1 gram, 3 kali
sehari peroral selama 7 hari, atau famsiklovir tablet 500 mg, 3 kali sehari peroral
selama 7 hari. Valasiklovir dan famsiklovir memiliki efikasi yang lebih tinggi jika
dibandingkan asiklovir sebagai terapi herpes zoster. Terapi antivirus bertujuan
untuk mengurangi durasi viral-shedding, pembentukan lesi baru, keparahan nyeri
dan mempercepat penyembuhan. Efektivitas terapi antivirus masih belum dibuktikan jika
diberikan lebih dari 72 jam setelah lesi muncul. 1 Apabila masih
terjadi pembentukan vesikel baru walaupun lebih dari 72 jam pertama, terapi
asiklovir sebaiknya tetap diberikan. Terapi diberikan selama 7-10 hari atau dapat
diteruskan hingga semua lesi sembuh, semua vesikel sudah menjadi krusta, dan
tidak ada pembentukan lesi baru.1,12,13,14
Terapi tambahan pada herpes zoster meliputi analgesik dan terapi topikal.
Analgesik diperlukan untuk menurunkan tingkat keparahan nyeri. Analgesik lini
pertama berupa Parasetamol 500-1000 mg tiap 4-6 jam (maksimal 4 gram/hari)
untuk mengatasi nyeri akut ringan (skala nyeri 1-3). Efek analgesik dicapai pada
dosis 600-1000 mg per kali pemberian. Golongan opioid (oxycodone) dan
antikonvulsan (gabapentin dosis tunggal 900 mg) diberikan bila nyeri akut sedang-berat. Terapi
topikal merupakan terapi penunjang pada herpes zoster, yang bergantung pada stadium penyakit.
Pada lesi vesikel diberikan bedak, dan pada lesi erosi dapat diberikan antibiotik topikal sebagai
terapi terhadap infeksi sekunder.12,14,15
Pada kasus ini pasien juga diberikan KIE tentang perjalanan penyakit herpes zoster,
menghindari gesekan kulit yang mengakibatkan pecahnya vesikel, mencegah kontak dengan
orang lain, tetap mandi, istrirahat cukup dan mengkonsumsi nutrisi cukup. Menurut kepustakaan
herpes zoster dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi HZ secara umum (tidak bergantung
pada area reaktivasi VVZ) yaitu post herpetic neuralgia (PHN) dan superinfeksi bakteri.1,13
Kasus ini memiliki prognosis bonam, pasien berusia < 50 tahun dan tidak memiliki
riwayat imunokompromais. Menurut kepustakaan pasien usia lanjut dan imunokompromais

2
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk resolusi. Dalam studi kohort
retrospektif, pasien herpes zoster yang dirawat di rumah sakit memiliki mortalitas
3% dengan berbagai penyebab. Tingkat rekurensi herpes zoster dalam 8 tahun sebesar 6,2%.
Prognosis herpes zoster pada usia <50 tahun adalah bonam. Sedangkan pada pasien usia >50 tahun
dan imunokompromais: Ad vitam bonam, Ad functionam dubia ad bonam dan Ad sanactionam
dubia ad bonam.1

3
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 24 tahun dengan keluhan bintik berair
disertai nyeri dan panas pada dada sebelah kanan sampai ke punggung. Dari pemeriksaan fisik
normal, dan pemeriksaan dermatologi didapatkan pada vesikel bergerombol multiple disertai
krusta dengan dasar eritem dada kanan sampai punggung setinggi thoracal 4-6. Pasien
didiagnosa herpes zoster thoracalis dextra. Pasien saat ini sudah diberikan tatalaksana antivirus
oral, analgetic antipiretik dan obat topical.

4
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialsi Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. 2017. PERDOSKI.
2. Marra F, Parhar K, Huang B, Vadlamudi N. Risk Factors for Herpes Zoster Infection: A
Meta-Analysis. Open Forum Infect Dis. 2020
3. Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
4. Erdina, Hanny, Hans L, Nurjannah, Sjaiful, Syamsuridjal. Buku Panduan Herpes Zoster
di Indonesia 2014. Badan Penerbit FK-UI. 2014.
5. World Health Organization. Varicella and herpes zoster vaccines : WHO Position paper
June 2014
6. Jannah MM, Yulisna. Herpes Zoster Dermatome Nervus C6-C7 pada Penderita TB-
MDR. FK-Universitas Lampung. 2020
7. Dumasari R. Varicella dan Herpes Zoster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK Sumatera Utara. 2008.
8. Handoko. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. edisi I2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2005
9. Irawan, I. Herpes Zooster Thorakalis Dextra. Universitas Udayana. 2016
10. Herpes zoster. Epidemiology, Clinical Features. Article. Volume 5: Number 5
11. Suputra G, Darmada I, Rusyati L. Herpes Zoster. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
12. Schmader KE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012.
p.2392-2400

5
13. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di Fasilitas
Kesehatan Pelayanan Primer. Jakarta : PB IDI; 2017
14. Wehrhahn, M.C., Herpes Zoster: Epidemiology, Clinical Features,
Treatment and Prevention. Available at: www.australianprescriber.com.
Aust Prescr 2012; 35: 143-7
15. Sterling, J.C. Virus Infections. In: Burns, T., Breathnach, S., Cox, N.,
Griffiths, C. Editors. Rook’s textbook of dermatology, 8th edition. United
Kingdom: Willey-Blackwell Ltd; 2010. p. 3314-36

Anda mungkin juga menyukai