LAPORAN KASUS
Pembimbing :
dr. Wijayanti, M. Ked. Klin, Sp.OG
Disusun Oleh :
Nuril Maulidah Sofyana 22710012
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS LAPORAN KASUS
Disusun Oleh :
Nuril Maulidah Sofyana 22710012
MENGETAHUI PEMBIMBING
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULi
LEMBAR PENGESAHANii
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISIv
DAFTAR GAMBARvii
DAFTAR TABELviii
1.2. ANAMNESIS1
1.6. PLANNING10
2.1. Preeklampsia13
2.1.1 Klasifikasi13
2.1.2 Epidemiologi14
2.1.3.1 Usia15
2.1.3.2 Paritas15
2.1.3.3 Obesitas16
2.1.4 Patofisiologi17
2.1.5.1 Gejala19
2.1.5.2 Skrinning19
2.1.5.3 Pemantauan20
2.1.6 Tatalaksana21
2.1.7 Komplikasi22
2.7.1 Maternal22
2.7.2 Fetus23
DAFTAR PUSTAKA26
DAFTAR GAMBAR
1.1. IDENTITAS
Nama : Ny. DW
Tanggal Lahir : 30-05-1993
Usia : 30 Tahun
Alamat : Mojokerto
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tgl MRS : 08 November 2023
Tgl KRS : 10 November 2023
1.2. ANAMNESA
1.2.1. Keluhan Utama
Tekanan darah tinggi.
1.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS. Dr Wahidin Sudiro Husodo poli kandungan untuk
Hepatitis disangkal
Asma disangkal
Hepatitis disangkal
Menarche : 13 tahun
HPHT : 17–02-2023
HPL : 23-11-2023
Pernikahan 2 (2022).
Kehamilan I: 2017/ Aterm/ SC/ laki2/ 3500 gr/ usia 6 th saat ini
Kehamilan II: hamil ini
Aspilet 1x80 mg
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4-5-6
Vital Sign
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,4°C
Skala Nyeri :0
SpO2 : 98% RA
BB sebelum hamil : 77 kg
BB saat ini : 98 kg
TB : 153 cm
STATUS GENERALIS
Kepala/Leher
- Mulut : sianosis (-), mukosa mulut pucat (-), gusi berdarah (-)
- Leher :
Massa (-)
THORAX
Paru
- Inspeksi : Gerakan dada simetris ka/ki
- Palpasi : Fremitus raba simetris ka/ki
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis (-), jejas (-)
- Palpasi : pulsasi jantung (-), heave (-), thrill (-)
- Perkusi :
Kanan : ICS V Parasternal Dextra
Kiri : ICS VI Mid Clavicula Line Sinistra
Atas : ICS III Parasternal Dextra
- Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inpeksi : Tampak perut membesar (+) sesuai usia kehamilan,
striae gravidarum (+), bekas operasi (+)
- Auskultasi : BU (+) Normal
Ekstremitas
- AHKM (+/+)
- Edema (-/-) pada ekstremitas bawah.
Hematologi
Hitung Jenis
Interpretasi :
1.6 PLANNING
Tabel 1.4 Planning (08 November 2023)
PL.DIAGNOSA PL. TERAPI PL. TINDAKAN PL. MONITORING
S O A P
Pasien datang dari KU: Baik P2002 + post SC + Tx:
RR dengan kondisi IUD + PE + BSC +
Kesadaran : CM Obesitas grade II + Inf.RL: D5 14
sadar, nyeri luka tpm
post op (+) Vas: 3. GCS : 456 ISK
Drip oxytocin
Vital sign 2 amp dalam
TD: 100/50 500cc RL
mmHg Nadi: 82 Inj. Ketorolac
3x3o mg
x/menit RR: 20 x /
Paracetamol
menit Suhu: 36,8
3x 1gram PO
C VAS: 3
Mx:
A-/I-/C-/D-
Keluhan
Perdarahan 50cc
TTV
TFU 3 jari diatas
Kontraksi
symphysis uterus
Kontraksi uterus baik
Flux
Pemeriksaa bayi:
Lahir jam 08.42 dengan
BB 3200 gram – PB 50cm
– LK 35cm – AS 7-8 –
Anus (+)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia
2.1.1 Klasifikasi
Kondisi peningkatan tekanan darah tinggi saat kehamilan ada
beberapa klasifikasi. Indonesia menggunakan klasifikasi berdasarkan
berdasarkan Report of The National High Blood Pressure Education
Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun
2001 ialah:
1. Hipertensi gestasional, hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pasca
persalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi
tanpa proteinuria
2. Hipertensi kronis merupakan hipertensi kronik adalah hipertensi
yang timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi
yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu
dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
3. Preeklampsia merupakan kondisi peningkatan tekanan darah
tinggu saat usia kehamilan >20 minggu disertai dengan proteinuria
+1
4. Preeklampsia berat merupakan peningkatan tekanan darah tinggi
pada usia kehamilan >20 minggu disertai dengan proteinuria
massif (+3) dan adanya keterlibatan organ.
5. Impending eclampsia
6. Eclampsia, merupakan preeklampsia yang disertai dengan kejang
dan/atau koma, biasanya gejala awal akan timbul pusing, mata
berkunang serta nyeri perut.
7. Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia,
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
2.1.2 Epidemiologi
Preeklampsia merupakan salah satu sindrom yang dijumpai pada
ibu hamil >20 minggu terdiri dari peningkatan tekanan darah dan
proteinuria diserta dengan edema atau tanpa edema. Angka Kematian
Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat
dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development
Goals (MDGs). Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas
sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkah‐
langkah untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai
upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih belum mampu
mempercepat penurunan AKI seperti diharapkan. Hasil perhitungan
AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari 228
per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran
hidup). Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka membahas
mengenai sulitnya menghitung AKI dan sulitnya menginterpretasi data
AKI yang berbeda‐beda dan fluktuasinya kadang drastis. Angka
Kematian Ibu (AKI) menurut target Millenium Development Goals
(MDG’s) tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, untuk itu
diperlukan upaya yang maksimal dalam pencapaian target tersebut.
Kejadian kematian Ibu bersalin sebesar 49,5%, hamil 26,0% nifas
24%. Penyebab terjadinya angka kematian ibu di Indonesia adalah
perdarahan 60-70%, infeksi 10-20%, preeklampsia dan eklampsia 20-
30%1.
Preeklampsia menjadi penyumbang mortalitas dan morbiditas
maternal dan perinatal terbesar. Adapun insiden terjadinya
preeklampsia berkisar antara 2-10% dari kehamilan di berbagai negara,
dengan presentase yang lebih tinggi seringkali ditemukan pada negara
berkembang5. Di Indonesia sendiri, insiden terjadinya HDK, termasuk
preeklampsia di dalamnya, mencapai angka 3,4-8,5%. Selain itu, HDK
juga menjadi penyebab kematian ibu terbesar setelah komplikasi
puerperium dan perdarahan pascapersalinan, dengan presentase sebesar
32%10.
2.1.3.2 Paritas
Berdasarkan Bdolah et al, 44 wanita dengan nuliparitas
memiliki tingkat sirkulasi sFlt1 dan rasio sFlt1/PlGF yang lebih
tinggi dibandingkan wanita dengan multiparitas yang
menunjukkan adanya hubungan ketidakseimbangan faktor
angiogenik3. Pada kehamilan pertama terjadi pembentukan
pemblokiran antibodi terhadap situs antigenik plasenta yang
mungkin terganggu, sehingga meningkatkan risiko
preeklampsia8.
2.1.3.3 Obesitas
Sebuah teori menyebutkan bahwa antioksidan memiliki
peran untuk menghambat terjadinya preeklampsia. Wanita yang
obesitas memiliki konsentrasi antioksidan dalam darah yang
lebih rendah. Obesitas dapat memengaruhi fungsi dan perfusi
plasenta, melalui beberapa perubahan metabolik yang
berhubungan dengan obesitas seperti hiperlipidemia,
hiperinsulinemia, atau hyperleptinemia8.
2.1.3.4 Penyakit terdahulu
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes,
kemungkinan terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat.
Sedangkan untuk kasus hipertensi, Davies et al mengemukakan
bahwa prevalensi preeklampsia pada ibu dengan hipertensi
kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak menderita hipertensi
kronik.
McGowan et al membandingkan luaran pada 129 ibu
dengan hipertensi kronik yang tidak mengalami preeklampsia
superimpos dengan 26 ibu yang mengalami preeklampsia
superimpos. Data menunjukkan bahwa ibu yang mengalami
preeklampsia superimpos memiliki tingkat morbiditas perinatal,
bayi yang kecil untuk umur kehamilan tersebut, dan persalinan
sebelum umur kehamilan 32 minggu yang lebih tinggi.
Sedangkan untuk ibu yang sebelumnya didiagnosis dengan
sindrom antifosfolipid meningkatkan risiko terjadinya
preeklampsia secara signifikan4.
2.1.3.5 Jarak antar kehamilan
Hubungan antara risiko terjadinya preeklampsia dengan
interval kehamilan lebih signifikan dibandingkan dengan risiko
yang ditimbulkan dari 5 pergantian pasangan seksual. Risiko
pada kehamilan kedua atau ketiga secara langsung berhubungan
dengan waktu persalinan sebelumnya. Ketika intervalnya adalah
lebih dari sama dengan 10 tahun, maka risiko ibu tersebut
mengalami preeklampsia adalah sama dengan ibu yang belum
pernah melahirkan sebelumnya4.
2.1.3.6 Kehamilan ganda
Ketika seorang ibu mengandung lebih dari 1 janin dalam
kandungannya, maka risiko ibu tersebut mengalami
preeklampsia meningkat hampir 3 kali lipat. Satu buah
penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan 3 janin
berisiko mengalami preeklampsia 3 kali lipat lebih besar dari
pada ibu hamil dengan 2 janin4.
2.1.4 Patofisiologi
Banyak teori yang menjelaskan patofisiologi terjadinya
preeklampsia pada ibu hamil. Namun, teori yang berkembang saat ini
adalah mengenai preeklampsia sebagai 2-stages disease, yang berarti
bahwa mekanisme patofisiologi terjadinya preeklampsia dapat dibagi
menjadi dua tahapan. Pertama disebabkan oleh terjadinya proses
abnormalitas pada implantasi plasenta yang terjadi < 20 minggu usia
kehamilan, kemudian diikuti dengan tahapan kedua, yaitu dampak
implantasi yang buruk tersebut sehingga terjadi aktivasi sel endotel dan
inflamasi1,2.
1. Teori kelainan vascular
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjad
invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi arterialis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar
arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Hal ini memberi dampak penururnan tekanan darah, penurunan
resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah
uteroplasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan
perfusi jaringan juga meningkat sehingga dapat menjamin
pertumbuhan janin dengan baik. Pada hipertensi dalam kehamilan
tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis
dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya
arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, sehingga aliran
darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia
plasenta
2. Teori iskemi plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan (radikal bebas). Salah satu oksidan penting yang dihasilkan
plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,
khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal
ini akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak
selain dapat merusak membran sel, juga akan merusak nukleus dan
protein sel endotel. Jika sel endotel terpapar terhadap peroksida
lemak maka akan terjadi disfungsi endotel, yang akan berakibat:
- Gangguan metabolisme prostaglandin
- Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan suatu vasokonstriktor kuat. Pada hipertensi
kehamilan kadar tromboksan lebih tinggi sehingga terjadi
vasokontriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah
- Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu
endotelin
- Peningkatan faktor koagulasi
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada perempuan hamil normal, terdapat Human Leucocyte Antigen
Protein G (HLA-G) yang berfungsi melindungi trofoblas janin dari
lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu. Namun pada plasenta
hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.
Penurunan HLA-G akan menghambat invasi trofoblas ke dalam
desidua. Padahal invasi trofoblas penting agar jaringan desidua
lunak dan gembur sehingga memudahkan dilatasi arteri spiralis.
4. Teori genetic
Ada faktor keturunan dan familiar dengan model gen tunggal.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26
% anak perempuan akan mengalami preeklampsia pula dan 8%
anak menantu mengalami preeklampsia.
2.1.5.1 Gejala
- Gejala awal yang biasanya timbul pada preeklampsia
adalah sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada
preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat
lebih tinggi dari biasanya, edema dan proteinuria meningkat.
2.1.5.2 Skrinning
Tekanan darah ≥140/90 mmHg, sedangkan pada
preeklampsia berat maka tekanan darah ≥160/110 mmHg (disertai
dengan gangguan pada beberapa organ)
Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan
Disertai dengan proteinuria
Tekanan darah kembali normal < 12 minggu pasca
persalinan
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Maternal
Onset awal penyakit bisa menjadi lebih berat. Kejadian
dari beberapa komplikasi yang mengikuti, dapat terjadi
bersamaan, yang merupakan indikasi dari terminasi dalam usia
kehamilan berapa pun14.
Eclampsia, Eklamsia merupakan kejang grand mal, yang
merupakan akibat dari vasospasme serebrovaskular.
Kematian dapat disebabkan oleh keadaan hipoksia dan
komplikasi dari penyakit yang berat. Tatalaksana yang
diberikan Magnesium Sulfat, dan pengawasan terhadap
komplikasi lainnya.
Perdarahan serebrovaskular, Merupakan akibat dari
kegagalan autoregulasi aliran darah otak pada MAP (mean
arterial pressure) diatas 140 mmHg. Penanganan
hipertensi dapat mencegah komplikasi ini.
Masalah hati dan koagulasi, Sindrom HELLP meliputi
hemolisis, peningkatan enzim hati, dan penurunan jumlah
platelet. DIC (Disseminated intravascular coagulation),
kegagalan hepar, dan ruptur hepar juga dapat terjadi.
Wanita yang mengalami nyeri epigastrium yang berat,
tidak selalu menunjukkan gejala preeklamsia dan hal ini
dapat terjadi setelah melahirkan pada wanita normal.
Tatalaksana berupa suportif meliputi profilaksis
magnesium sulfat mencegah eklamsia.
Gagal ginjal, Gagal ginjal diidentifikasi dari pengawasan
balance cairan dan penghitungan kreatinin. Hemodialisis
diperlukam pada kasus yang berat.
Edema paru, Preeklamsia yang berat rentan mengalami
kelebihan cairan. Edema paru diatasi dengan oksigen dan
furosemid, bantuan ventilator dapat diberikan. ADRS
(adult respiratory distress syndrome) dapat terjadi dan
mengakibatkan kematian.
2.1.7.2 Fetus
Mortalitas dan morbiditas dari janin meningkat pada
preeklamsia sekitar 5% meninggal dalam kandungan dan
sampai 10% kelahiran premature. Pada usia kehamilan sebelum
34 minggu, masalah utama merupakan IUGR. Persalinan
premature sering dilakukan, meskipun persalinan premature
spontan sering terjadi. Pada keadaan cukup bulan, preeklmasia
kurang mempengaruhi pertumbuhan janin tetapi tetap berkaitan
dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Pada semua
kehamilan terdapat peningkatan dari risiko solusio plasenta14.
Gambar 2.2 komplikasi pree-eklampsia
komplikasi preekalampsia
BAB III
KESIMPULAN
penunjang pada pasien atas nama Ny. DW 30 tahun. Diagnosis dari pasien ini
Obesitas grade II + TBJ 2926 g. Pasien MRS dengan tekanan darah 150/100
pemasangan IUD (Copper T), pemulihan pasien pasca operasi sangat baik, ASI
lancar, ibu dan anak dalam keadaan sehat. Bayi lahir dengan jenis
kelamin laki-laki, A-S:7-8, BB: 3200 gr, PB: 50 cm, lingkar kepala: 35 cm,
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Tigor H.S., Yuhana D., Afrina J., Sukri. 2016. Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Poli Kia Rsu Anutapura Palu.
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 1, Januari: 1- 75
2. Sarwono P. 2014. Ilmu Kebidanan: Hipertensi Dalam Kehamilan. Jakarta.
Ed.4.pp: 530-535
3. Sarah D.A. 2015. Luaran Maternal Dan Perinatal Pada Ibu Hamil Dengan
Preeklamsia Berat. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. pp.2
4. Duckitt K,Harrington D. 2005. Risk Factors for Pre-eclamsia ar Antenatal
Booking :Systematic Review of Controlled Studies. BMJ. 2005;330(7491):565
5. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Hypertension in
Pregnancy: Establishing the Diagnosis of Preeclamsia and Eclamsia
6. Sutopo H dan Surya IGP. 2011. Characteristics of patients with hypertension in
pregnancy at Sanglah Hospital. Indones J Obstet Gynecol. July 2011; 35(3): 97-
99
7. Sudarman, Hermie M. M. Tendean, Freddy W. Wagey. 2021. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Terjadinya Preeklampsia. e-CliniC. 2021;9(1):68-80. DOI:
https://doi.org/10.35790/ecl.9.1.2021.31960
8. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatalaksana
Preeklamsia. 2016. PNPK. Jakarta
9. Hasliana Haslan dan Ichsan Trisutrisno. 2022. Impact of Preeclampsia Incidence
in Pregnancy on Intrauterine Fetal Growth. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada. Volume 11| Nomor 2. Doi: https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i2.810
10. Carson MP. 2018. Hypertension and Pregnancy. Medscape. Diakses melalui:
http://emedicine.medscape.com/article/261435.
11. Impey L, Child T. 2017 Obstetrics and Gynaecology : Hypertensive disorders in
pregnancy. Wiley Blackwell; 180
12. American College Obstetricians and Gynecologysts (ACOG), 2013, “Clasification
Hypertensive Disorders”, in : Hypertension in Pregnancy, p: 13-14.
13. Prawiharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka 2014 ;545-547
14. Impey, Lawrence. Obstetric and Gynaecology: Hipertensive disorder in
pregnancy.UK: Wiley-Blackwel. Ed 4. 2012.pp 173-175.