Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

CASE BASED DISCUSSION (CBD)

Di susun oleh:

Xena Pramesti Mahardika (015.06.0005)

Pembimbing :

dr. Ida Bagus Yuda Andika, Sp.OG

Kepanitraan Klinik Bagian Obgyn

RSUD Kota Mataram

Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Fakultas Kedokteran

2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya laporan ujian CBD dapat kami selesaikan dengan sabagaimana
mestinya.

Di dalam laporan ini kami memaparkan hasil penelitian pustaka yang telah
kami laksanakan yakni berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi serta
metode pembelajaran berbasis pada masalah yang merupakan salah satu metode
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan serta bantuan hingga terselesaikannya laporan ini, kami
mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali
semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan materi journal
reading ini. Oleh karena itu kamu mengharapkan adanya kritik dan saran tang
membangun sehingga dapat membantu kami untuk dapat lebih baik lagi kedepannya.

Mataram, 26 Mei 2022

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya
tanda – tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada
primipara atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013). Hal ini dapat terjadi pada
kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada
kehamilan preterm yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu (Sujiyantini, 2009).
Ketuban pecah dini merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban
pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan
dengan penyulit yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan
maternal maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin,
sehingga hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia (Soewarto,
2010).

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. GM

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin

Suku/Bangsa : WNI

Agama : Islam

Pekerjaan :-

Alamat : Kuripan

No. Rekam Medis : 346180

Tanggal kunjungan : 25-05-2022

2.2. Anamnesa (Autoanamnesis)


 Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan keluar cairan dari jalan lahir
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien hamil anak ke-2 dengan usia kehamilan 27 minggu datang ke
RSUD Kota Mataram pada tanggal 24 Mei 2022, pasien datang dengan
keluhan mengeluarkan cairan bening dari jalan lahir sejak jam 11 siang,
sehingga pasien merasa khawatir dengan kandungannya. Keluhan lain seperti
mulas (-), nyeri tengkuk (-), demam (-), sessak nafas (-), batuk (-), pilek (-).
 Riwayat Haid
Menarche usia 17 tahun, siklus 30 hari, teratur, lama menstruasi ± 7 hari,
mengganti pembalut 3-4 kali dalam sehari.
- HPHT : 11-11-2021
- HPL :-
 Riwayat Pernikahan
Pasien menikah sebanyak 1 kali, usia saat menikah berusia 28 tahun dan usia
pernikahan 4 tahun.

 Riwayat Obstetri
I. 2019/abortus
II. 2022/
 Riwayat Kontrasepsi
-
 Riwayat penyakit dahulu
o Riwayat hipertensi : disangkal
o Riwayat diabetes mellitus : disangkal
o Riwayat infeksi saluran kemih :+
o Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat penyakit keluarga
o Riwayat hipertensi : ayah (+)
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat sosial
o Merokok (-)
o Alkohol (-)
 Riwayat alergi
 Disangkal
2.3. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran/GCS : E4V5M6 (Composmentis)
 Tanda Vital
Tekanan Darah : 109/72 mmHg
Respiration Rate : 21 x/menit
Denyut Nadi : 81 x/menit
Suhu Aksila : 36,90C
SpO2 : 100%
 Status Generalis
Kepala : normochepali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : dalam batas normal
Toraks :
 Pulmo
Inspeksi : bentuk normal, simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan (-/-), fremitus vocal normal simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vaskuler di seluruh lapang paru, wheezing (-), rhonki (-)
 Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : terjadi pelebaran batas jantung.
Auskultasi: S1 (+), S2 (+) tunggal, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : striage gravidarum (-) luka bekas operasi (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh regio abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-)
 Ekstremitas : edema (-)

 Status Obstetri
Abdomen
Inspeksi : perut tampak membesar dan luka bekas operasi (-)
Palpasi :
- Leopold I : teraba bulat lunak kesan bokong, TFU 18 cm
- Leopold II : teraba panjang membujur di sisi kanan kesan punggung
dan teraba bagian kecil-kecil di sisi kiri kesan ekstremitas
- Leopold III : teraba bulat keras kesan kepala
- Leopod IV : kepala belum masuk PAP
- DJJ : (+) 155 x/menit.
- HIS : (-)
- TBJ : 930 gram
Vagina
Inspeksi : vulva/vagina normal.
2.1 Pemeriksaan Penunjang :
a. Rapid Test
 Non reaktif
b. USG
 Masih terdengar denyut jantung janin dan ditemukan usia kehamilan 25-
26 minggu
 Cairan ketuban kesan berkurang
c. Rontgent Thoraks
 Thoraks dalam keadaan normal.

d. Laboratorium
Pemeriksaan tanggal 24 Mei 2022
PEMERIKSAAN HASIL UNIT NILAI
RUJUKAN
RBC 3.93 X106/uL 4.00 – 5.40
HGB 11.4 g/dL 11.7 – 15.5
PLT 252 x103/uL 150 – 450

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
KOAGULASI
PT
Pasien (PT) 9.3 L detik 9.9 - 11.6
Kontrol (PT) 11.5 detik
APTT
Pasien (APTT) 23.3 detik 23.9 – 39.8
Kontrol (APTT) 25.1 detik
KIMIA DARAH
Glukosa Sewaktu 76 mg/dl 80 – 120
SEROLOGI
Anti HIV
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
penyaring
HbsAg
HBsAg (CMIA) 1370.660 S/CO < 1.00

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
SEROLOGI
Antibody SARS-CoV-2
Antibody SARS-CoV-2
IgM Anti SARS-CoV-2 Non Reaktif Non Reaktif
IgG Anti SARS-CoV-2 Non Reaktif Non Reaktif
Interpretasi Non Reaktif

2.2 Diagnosis Kerja


 G2P0A1H0 gr 28-28 minggu Ketuban Pecah Dini <12 jam
2.3 Penatalaksanaan
 Grojok RL 1 plash
 Injeksi Cefoperazone 1 gr IV/12 jam
 Injeksi dexamethasone 5 mg/6 jam IM
 Hystolan 1 tab
 Paracetamol 500 mg tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput
ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28
minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya.
(Sastrawinata, dkk, 2004).
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan.
Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten
atau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag
Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam
setelah ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah
pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).
3.2 Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa
keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan
dengan obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis (Khumaira,
2012).
Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih rendah secara
bermakna dibandingan yang diharapkan pada usia. gestasi tersebut. Penyebab
oligohidramnion adalah absorpsi atau kehilangan cairan yang meningkat ketuban
pecah dini menyebabkan 50 % kasus oligohidramnion, penurunan produksi
cairan amnion yakni kelainan ginjal kongenital akan menurunkan keluaran ginjal
janin obstruksi pintu keluar kandung kemih atau uretra akan menurunkan
keluaran urin dengan cara sama (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Sebab
oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik,
sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini.
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba, 2007)
yaitu sebagai berikut:
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak: sungsang atau lintang
d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
e. Kehamilan ganda
f. Pendular abdomen (perut gantung)

Penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian
KPD mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37
minggu, pembesaran uterus normal dan letak janin preskep.
3.3 Gambaran klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna
pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Rukiyah dan Yulianti, 2010).
3.4 Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah
tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada
amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan
retikuler atau trofoblas (Mamede dkk, 2012). Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertantu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
mengalami kelemahan. Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah. Pada daerah di sekitar pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai
suatu zona “restriced zone of exteme altered morphologi (ZAM)” (Rangaswamy,
2012).
Penelitian oleh Malak dan Bell pada tahun 1994 menemukan adanya sebuah
area yang disebut dengan “high morphological change” pada selaput ketuban di
daerah sekitar serviks. Daerah ini merupakan 2 – 10% dari keseluruhan
permukaan selaput ketuban. Bell dan kawan-kawan kemudian lebih lanjut
menemukan bahwa area ini ditandai dengan adanya penigkatan MMP-9,
peningkatan apoptosis trofoblas, perbedaan ketebalan membran, dan peningkatan
myofibroblas (Rangaswany dkk, 2012).
Penelitian oleh (Rangaswamy dkk, 2012), mendukung konsep paracervical
weak zone tersebut, menemukan bahwa selaput ketuban di daerah paraservikal
akan pecah dengan hanya diperlukan 20 -50% dari kekuatan yang dibutuhkan
untuk robekan di area selaput ketuban lainnya. Berbagai penelitian mendukung
konsep adanya perbedaan zona selaput ketuban, khususnya zona di sekitar
serviks yang secara signifikan lebih lemah dibandingkan dengan zona lainnya
seiring dengan terjadinya perubahan pada susunan biokimia dan histologi.
Paracervical weak zone ini telah muncul sebelum terjadinya pecah selaput
ketuban dan berperan sebagai initial breakpoint (Rangaswamy dkk, 2012).
Penelitian lain oleh (Reti dkk, 2007), menunjukan bahwa selaput ketuban di
daerah supraservikal menunjukan penigkatan aktivitas dari petanda protein
apoptosis yaitu cleaved-caspase-3, cleaved-caspase-9, dan penurunan Bcl-2.
Didapatkan hasil laju apoptosis ditemukan lebih tinggi pada amnion dari pasien
dengan ketuban pecah dini dibandingkan pasien tanpa ketuban pecah dini, dan
laju apopsis ditemukan paling tinggi pada daerah sekitar serviks dibandingkan
daerah fundus (Reti dkk, 2007).
Apoptosis yang terjadi pada mekanisme terjadinya KPD dapat melalui jalur
intrinsik maupun ektrinsik, dan keduanya dapat menginduksi aktivasi dari
caspase. Jalur intrinsik dari apoptosis merupakan jalur yang dominan berperan
pada apoptosis selaput ketuban pada kehamilan aterm. Pada penelitian ini
dibuktikan bahwa terdapat perbedaan kadar yang signifikan pada Bcl-2, cleaved
caspase-3, cleaved caspase-9 pada daerah supraservikal, di mana protein-protein
tersebut merupakan protein yang berperan pada jalur intrinsik. Fas dan ligannya,
Fas-L yang menginisiasi apopsis jalur ekstrinsik juga ditemukan pada seluruh
sampel selaput ketuban tetapi ekspresinya tidak berbeda bermakna antara daerah
supraservikal dengan distal. Diduga jalur ekstrinsik tidak berperan banyak pada
remodeling selaput ketuban (Reti dkk, 2007).
Degradasi dari jaringan kolagen matriks ektraselular dimediasi ole enzim
matriks metalloproteinase (MMP). Degradasi kolagen oleh MMP ini dihambat
oleh tissue inhibitor matrixmetyalloproteinase (TIMP). Pada saat menjelang
persalinan, terjadi ketidakseimbangan dalam interaksi antara matrix MMP dan
TIMP, penigkatan aktivitas kolagenase dan protease, penigkatan tekanan
intrauterin (Weiss, 2007).
3.5 Diagnosis

Untuk mendiagnosis ketuban pecah dini, dokter akan melakukan tanya jawab
mengenai kondisi kehamilan pasien, gejala dan keluhan, serta riwayat kesehatan
pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada bagian
dalam leher rahim untuk memastikan pecahnya ketuban.

Bila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan tambahan berupa:

 Tes pH, untuk memeriksa tingkat keasaman cairan vagina, yang akan lebih tinggi
jika mengalami pecah ketuban (kondisi basa)
 USG kehamilan, untuk memeriksa kondisi rahim dan janin, serta melihat jumlah
air ketuban yang masih tersisa
3.6 Penatalaksanaan
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan,
evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan
inpartu terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara
konservatif dan aktif, pada penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit
(Prawirohardjo, 2009). Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan
dibawah 26 minggu karena mempertahankannya memerlukan waktu lama.
Apabila sudah mencapai berat 2000 gram dapat dipertimbangkan untuk
diinduksi. Apabila terjadi kegagalan dalam induksi makan akan disetai infeksi
yang diikuti histerektomi. Pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan akan
menambah reseptor pematangan paru, menambah pematangan paru janin.
Pemberian batametason 12 mg dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan,
maksimum dosis 24 mg, dan masa kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison
dapat diulang apabila setelah satu minggu janin belum lahir. Pemberian tokolitik
untuk mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan apabila sudah dapat
dipastikan tidak terjadi infeksi korioamninitis. Meghindari sepsis dengan
pemberian antibiotik profilaksis (Manuaba, 20008).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau preterm
dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Apabila janin hidup
serta terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi
dari badannya, bila mungkin dengan posisi sujud. Dorong kepala janin keatas
degan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva
dibungkus kain hangat yang dilapisi plastik. Apabila terdapat demam atau
dikhawatirkan terjadinya infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6
jam, makan berikan antibiotik penisilin prokain 1,2 juta UI intramuskular dan
ampisislin 1 g peroral. Pada kehamilan kurang 32 minggu dilakukan tindakan
konservatif, yaitu tidah baring, diberikan sedatif berupa fenobarbital 3 x 30 mg.
Berikan antibiotik selama 5 hari dan glukokortikosteroid, seperti deksametason 3
x 5 mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri
kehamilan. Pada kehamilan 33-35 miggu, lakukan terapi konservatif selama 24
jam kemudian induksi persalinan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada
his maka pimpin meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi
persalinan. Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan kurang dari
5 cm atau ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari 5 cm (Sukarni,
2013). Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37 minggu
induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea. Dapat diberikan
misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali (Khafidoh,
2014).
3.7 Komplikasi
Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti, 2017) yaitu:
a. Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi
intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry
labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan
operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
b. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu
prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah
pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan
intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko
cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/
penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps
uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral
palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan
oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru,
deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas
dan mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016).
BAB IV

KESIMPULAN
ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput
ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28
minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD.
Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrawinata, Dkk. 2004. Obstetri Patologi edisi Kedua. Jakarta : EGC

Khumaira, Marsha. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans
Info Medika

Prawirohardjo, Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Manuaba, IGB. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai