Anda di halaman 1dari 22

RESPONSI

SEORANG WANITA USIA 26 TAHUN, G3P1A1


USIA KEHAMILAN 37+2 MINGGU
DENGAN KPD 11 JAM, BDP

DISUSUN OLEH:

Yudith Amelia Damayanti (G99220208)


Veronika (N0111026)
Cindy Claudia Saleh (N0111027)

PEMBIMBING:
dr. Syah Rini Wisdayanti, Sp.OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI
Responsi yang berjudul:
SEORANG WANITA USIA 26 TAHUN, G3P1A1
USIA KEHAMILAN 37+2 MINGGU
DENGAN KPD 11 JAM, BDP

Oleh

Yudith Amelia Damayanti G992202083


Finda Ika G99

Periode: 1 Agustus – 25 September 2022

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari


Bagian Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi
RSUD Dr. Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
yang bertandatangan di bawah ini:

Surakarta, 2022
Staf Pembimbing

dr. Syah Rini Wisdayanti, Sp.OG, M.Kes


BAB I
PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput


ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada
atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau
KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (pPROM).
Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena
prevalensinya cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm
terjadi pada sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm dan pPROM terjadi pada
terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari
kehamilan kembar. PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari
semua kelahiran prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun
1981.
Jumlah kasus pPROM melebihi preeklamsia dan diabetes gestasional
dan kelahiran prematur iatrogenik lainnya. Selain itu, kematian dan
morbiditas neonatal lebih tinggi pada kelompok pPROM daripada subkelas
lain dari kelahiran prematur. Namun, pPROM adalah kasus pada kehamilan
yang sering diabaikan dan kurang dipelajari. Meskipun perbaikan luar biasa
dalam perawatan prenatal selama tiga dekade terakhir, tingkat pPROM dan
kelahiran prematur berikutnya telah memburuk (Menon dan Richardson,
2017).
BAB II
STATUS PASIEN

VK RSUD dr. R Soetijono Blora, 20 Agustus 2022


A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. L

RM : 0044XXXX

Usia : 26 Thn

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Blora

Status : Menikah 2x (2011-2021 cerai hidup, 2022-sekarang)

Paritas : G3P1A1

HPMT : 2 Desember 2021

HPL : 18 September 2022

UK : 37 + 2 minggu

BB : 45 kg

BBH : 49 kg

TB : 146 cm

IMT : 21,11 (normoweight)

2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan adanya rembes cairan jernih sejak 11 jam SMRS

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien wanita G3P1A1 usia 26 tahun merasa hamil 9 bulan datang
ke poli kandungan RSUD dr. R Soetijono Blora karena rembes cairan
jernih sejak 11 jam SMRS (pukul 2.30 pagi). Kenceng-kenceng teratur
belum dirasakan. Gerakan janin aktif dirasakan, keluar lendir darah (-),
demam (-), mual muntah (-), nyeri BAK (-), anyang-anyangan (-).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Trauma : disangkal
b. Riwayat Hipertensi : disangkal
c. Riwayat DM : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat asma : (+) diakui terkontrol
g. Riwayat mondok : (+) diakui pada tahun 2018 post kuretase
h. Riwayat operasi : (+) kuretase pada tahun 2018
i. Riwayat tumor/keganasan : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat Hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat penyakit jantung : disangkal
d. Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat asma : (+) diakui pada nenek pasien
f. Riwayat tumor/keganasan : disangkal

6. Riwayat ANC
Kontrol rutin di bidan, USG 2x selama kehamilan dengan Sp.OG

7. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Lama menstruasi : 5-7 hari
Siklus menstruasi : Teratur, 28 hari
Ganti pembalut : 3-4x sehari
Nyeri saat haid : disangkal
Menopause : Belum
HPMT : 2 Desember 2021
HPL : 18 September 2022

8. Riwayat Perkawinan
Menikah 2x

Tahun menikah :
I. 2011 – 2021 cerai hidup
II. 2022 – sekarang

Umur saat menikah: 16 dan 26 tahun

9. Riwayat Keluarga Berencana (KB)


KB suntik per 3 bulan

10. Riwayat Nutrisi


Pasien makan teratur 3x sehari dengan nasi, sayur, dan lauk yang
bervariasi. Nafsu makan pasien bertambah sejak kehamilan.

11. Riwayat Kebiasaan


Pasien jarang berolahraga. Tidak ada riwayat penggunaan alkohol, rokok,
maupun obat-obatan terlarang.

12. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagai karyawan swasta dan
berobat menggunakan BPJS Kelas I.
B. PEMERIKSAAN FISIK (3/5/2022)
1. Keadaan Umum dan Vital Sign
KU Baik
Kesadaran Compos mentis
TD 109/77 mmHg
Nadi 96 x/menit
Suhu 37,1 C
RR 20 x/menit
Saturasi 98%

2. Kepala hingga Pulmo

Kepala Bentuk mesocephal


Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung Nafas cuping hidung (-/-), epistaksis (-/-)
Telinga Sekret (-/-)
Mulut Mukosa bibir basah (+), sianosis (-)
Leher Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax Simetris (+), retraksi (-)
Cor Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultas : SI-SII reguler, bising jantung (-)
i
Pulmo Inspeksi : Pengembangan dada simetris (+)
Palpasi : Fremitus teraba simetris (+/+)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultas : Suara nafas vesikuler (+/+),
i RBH (-/-), RBK (-/-)

3. Abdomen dan Genital

Abdomen Genital
Supel VU tenang
Nyeri tekan (-) Dinding vagina dbn
BU Portio livid
Teraba janin tunggal OUE tertutup
intrauterine Pembukaan (-)
Presentasi kepala Air ketuban (+)
Punggung kanan Kulit ketuban (-)
TFU 29 cm STLD (-)
DJJ 135 x/menit
His (-)

4. Ekstremitas
Palmar eritema (-/-), capillary refill time < 2 detik
akral hangat oedem ulkus

+ - -
+ - -

+ - -
+ - -

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonography (USG) (20/8/2022)
Kehamilan intrauterine, janin tunggal hidup
DJJ : -
Presentasi : -
BPD : 9,25 cm
FL: 6,85 cm
TBJ : 2437 gr
Umur: 38 minggu 2 hari
Insersi plasenta : -
Cairan amnion : 2,4 cm
2. Cardiotocography (CTG) (20/8/2022)
Baseline : 135 x/menit
Variabilitas: 5-25
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Fetal movement: (+)
Kontraksi : (+)
Kesimpulan: CST kategori I
3. Laboratorium (20/8/2022)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 13 g/dL 11,7-15,5

Hematokrit 39,6 % 35-47

Trombosit 246 10^3/ul 150-440

Leukosit 9,53 10^3/ul 3,6-11,0

Granulosit 56,6 % 50-70

Limfosit 36 % 25-40

Monosit 5,7 % 2-8

Eosinofil 1,4 % 2-4

Basofil 0,30 % 0-1

Golongan Darah O

Kimia Klinik

Glukosa Sewaktu 80 mg/dL 74-106


Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Urine

Makroskopis

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Agak Jernih


Keruh

Kimia urin

Glukosa 5,7 % 2-8

Bilirubin 1,4 % 2-4

Benda keton 0,3 % 0-1

Berat jenis 1,025 1,005-1,030

Darah Negatif Negatif

pH/reaksi 6,5 % 2-8

Kimia urin

Protein Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Leukosit Negatif Negatif

Asam Askorbat Negatif Negatif

Sedimen Urin

Leukosit 3-5 /LPB <5

Eritrosit 0-1 /LPB <5

Epitel sel 1-2 /LPK Epitel pipih


Silinder Negatif Negatif

Granuler Negatif Negatif

Bakteri 0 /LPB <2

D. DIAGNOSIS
G3P1A1 UK 37+2 minggu dengan KPD 11 jam, BDP

E. PLANNING DAN TATALAKSANA


1. Medikamentosa
a. Induksi Oxytocin 5 iu 8 tpm dinaikkan bertahap
b. Inj Ampicillin 1 gr/8 jam
2. Non medikamentosa
a. Manajemen aktif terminasi kehamilan
b. Observasi 10

F. PROGNOSIS
Maternal : bonam
Janin : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

KETUBAN PECAH DINI


A. DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau
setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau
KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM)
(PNPK, 2016).

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Tidak ada penyebab tunggal untuk KPD, tetapi sejumlah etiologi KPD
adalah:
1. Melemahnya membran secara fisiologis yang dikombinasikan dengan
tekanan yang disebabkan oleh kontraksi uterus
2. Penurunan kandungan kolagen pada membran
3. Infeksi atau inflamasi intramniotik
Sedangkan faktor resiko untuk KPD adalah :
1. Sosioekonomi rendah
2. Perokok
3. Riwayat infeksi menular seksual
4. Riwayat persalinan prematur
5. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
6. Riwayat perdarahan pervaginam
7. Riwayat distensi uterus
8. Prosedur amniosentesis
9. Infeksi atau inflamasi koriodesidua
10. Penurunan jumlah kolagen dari membrane amnion (PNPK, 2016;
Maryuni, 2017)
C. INSIDENSI
KPD preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di
Amerika Serikat. PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua
kelahiran prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981
(PNPK, 2016).

D. KLASIFIKASI
KPD diklasifikasikan menjadi KPD sangat preterm, preterm, dan aterm.
1. KPD Sangat Preterm, didefinisikan sebagai pecah ketuban saat usia
kehamilan ibu antara 24 - 34 minggu.
2. KPD Preterm (Preterm Premature Rupture of Membranes), yaitu
pecahnya ketuban saat usia kehamilan ibu antara 34 - 37 minggu.
3. KPD Aterm (Premature Rupture of Membranes), yaitu pecahnya
ketuban saat usia kehamilan ibu ≥ 37 minggu.
Seluruh klasifikasi butuh dibuktikan dengan vaginal pooling, tes nitrazin
dan tes fern atau IGFBP-1 positif (PNPK, 2016).

E. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluhkan adanya cairan ketuban / air kawah
yang keluar dari jalan lahir terus menerus. Dapat disertai dengan tanda-
tanda infeksi, seperti demam, air ketuban berwarna keruh dan berbau.
Disertai juga adanya tanda persalinan, antara lain adanya kontraksi dan
lendir darah.
2. Pemeriksaan Fisik
- Inspekulo: memeriksa adanya cairan ketuban di vagina, dikonfirmasi
kembali dengan tes nitrazin.
- Vaginal toucher: memeriksa adanya cairan ketuban di vagina, menilai
tanda-tanda persalinan dan mengevaluasi kemajuan persalinan, yaitu
menilai pembukaan dan pendataran serviks, penurunan kepala, kulit
ketuban, air ketuban dan adanya sarung lendir darah. Dapat dilakukan
juga tes nitrazin.
Dalam memastikan cairan amnion, dapat digunakan hal-hal sebagai
berikut:
- Bau = bau khas cairan ketuban.
- Pemeriksaan spekulum vagina = adanya pooling cairan ketuban di
vagina atau adanya cairan merembes keluar dari serviks.
- Tes nitrazin = kertas lakmus merah akan berubah menjadi biru.
- Tes ferning = gambaran pakis terlihat di mikroskop ketika mengamati
sekret servikovaginal yang mengering.
- USG = menilai volume cairan amnion.

F. TATALAKSANA
Prinsip utama penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah mencegah
mortalitas dan morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat
karena infeksi atau akibat kelahiran preterm <37 minggu. Penatalaksanaan
pasien dengan ketuban pecah dini ditentukan oleh usia kehamilan. Umumnya,
pasien dengan KPD prematur harus dirawat di rumah sakit dengan penilaian
berkala untuk infeksi, solusio plasenta, kompresi tali pusat, kesejahteraan
janin, dan persalinan. Evaluasi USG berkala harus dilakukan untuk memantau
pertumbuhan janin serta pemantauan denyut jantung janin secara berkala.
Tanda-tanda vital harus dipantau dan peningkatan suhu ibu harus
meningkatkan kecurigaan adanya infeksi intrauterin. Pemantauan serial
leukosit dan penanda inflamasi belum terbukti berguna dalam mendiagnosis
infeksi karena ditemukan tidak spesifik jika tidak ada bukti klinis infeksi.
Pemberian kortikosteroid juga akan menyebabkan leukositosis sementara
(Dayal dan Hong, 2022).
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu
manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan
dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan
klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah
tatalaksana yang dilakukan pada KPD berdasarkan masing-masing kelompok
usia kehamilan.
a. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu
Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm
didapatkan bahwa morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia
dan takipnea transien lebih besar apabila ibu melahirkan pada usia
tersebut dibanding pada kelompok usia lahir 36 minggu. Morbiditas
mayor seperti sindroma distress pernapasan dan perdarahan
intraventrikular tidak secara signifikan berbeda. Pada saat ini, penelitian
menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan adalah pilihan yang
lebih baik pada Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34 minggu. Pada
usia kehamilan antara 30-34 minggu, persalinan lebih baik daripada
mempertahankan kehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis
secara signifikan. Tetapi tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan
morbiditas neonatus. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa
persalinan lebih baik dibanding mempertahankan kehamilan.
b. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 minggu
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan
akan meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada
perbedaan signifikan terhadap kejadian respiratory distress syndrome.
Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan
kehamilan lebih buruk dibanding melakukan persalinan.
Antibiotik profilaksis disarankan pada kejadian KPD preterm.
Dibuktikan dengan 22 uji meliputi lebih dari 6000 wanita yang mengalami
KPD preterm, yang telah dilakukan meta-analisis. Terdapat penurunan
signifikan dari korioamnionitis. Pemberian eritromisin atau penisilin adalah
pilihan terbaik. Pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan digunakan bila
KPD memanjang (> 24 jam).
Berikut ini merupakan tatalaksana pada manajemen aktif
1. Jika usia kehamilan <37 minggu, sudah inpartu (pembukaan serviks 4
cm) tidak ada tanda infeksi = lanjutkan persalinan.
2. Jika usia kehamilan <37 minggu + infeksi = beri antibiotik dan terminasi
kehamilan
3. Kehamilan ≥ 37 minggu dalam persalinan = lanjut
persalinan.
4. Kehamilan ≥ 37 minggu belum dalam persalinan =
dilakukan induksi persalinan dengan penilaian
bishop score.
○ Bishop score ≥ 5 = induksi dengan oksitosin 10 IU
dalam 1000 cc RL.
○ Bishop score < 5 = berikan cervikal ripening dengan misoprostol 25
mcg pervaginam 2x pemberian dilanjutkan dengan oksitosin 10 IU
dalam 1000 cc RL. Dapat pula diberikan misoprostol 25 mcg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali bila gagal dengan seksio
caesaria,
5. Bila ada tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi, dan terminasi
kehamilan. Bila belum dalam persalinan:
○ Skor pelvik < 5 = lakukan pematangan servik kemudian induksi. Jika
tidak berhasil diakhiri persalinan dengan SC.
○ Skor pelvik ≥ 5 = induksi persalinan, partus
pervaginam. Bila dalam persalinan: lakukan
stimulasi. Bila terdapat perburukan pada janin /
gagal lakukan SC.

G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Ibu
Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi intrauterin.
Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis, maupun korioamnionitis
yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian, didapatkan 6,8% ibu
hamil dengan KPD mengalami endomyometritis purpural, 1,2%
mengalami sepsis, namun tidak ada yang meninggal dunia.
Diketahui bahwa yang mengalami sepsis pada penelitian ini mendapatkan
terapi antibiotik spektrum luas, dan sembuh tanpa sekuele. Sehingga angka
mortalitas belum diketahui secara pasti. 40,9% pasien yang melahirkan
setelah mengalami KPD harus dikuret untuk mengeluarkan sisa plasenta,,
4% perlu mendapatkan transfusi darah karena kehilangan darah secara
signifikan. Tidak ada kasus terlapor mengenai kematian ibu ataupun
morbiditas dalam waktu lama.
2. Komplikasi janin
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah persalinan lebih
awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput amnion
sampai persalinan secara umum bersifat proporsional secara terbalik
dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah
studi besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95% pasien akan
mengalami persalinan dalam 1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis
terhadap studi yang mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu,
dengan sebanyak 22 persen memiliki periode laten 4 minggu. Bila KPD
terjadi sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele
seperti malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing
enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan sindrom
distress pernapasan
BAB IV
ANALISIS MASALAH

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban


yang tidak diikuti terjadinya persalinan. KPD dapat disebabkan oleh melemahnya
membran secara fisiologis yang dikombinasikan dengan tekanan yang disebabkan
oleh kontraksi uterus, penurunan kandungan kolagen pada membran, infeksi atau
inflamasi intramniotik.

Sedangkan faktor resiko penyakit ini adalah kondisi sosioekonomi rendah,


perokok, riwayat infeksi menular seksual, riwayat persalinan prematur, riwayat
ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, riwayat perdarahan pervaginam,
riwayat distensi uterus, prosedur amniosentesis, infeksi atau inflamasi
koriodesidua, penurunan jumlah kolagen dari membran amnion. Pada pasien ini
tidak didapatkan adanya faktor risiko yang telah disebutkan.

Terdapat 3 klasifikasi KPD sesuai usia gestasi, yakni


sangat preterm (UK 24-<34 minggu), preterm (34-<37
minggu), dan aterm (≥37 minggu). Pada pasien ini mengalami
KPD aterm dengan UK 37 minggu.

KPD dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang biasa dikeluhkan pasien KPD adalah
adanya cairan ketuban/air kawah yang keluar terus menerus di jalan lahir,
keluhan tanda-tanda infeksi seperti demam serta air ketuban keruh dan berbau,
dan adanya tanda-tanda persalinan seperti kontraksi dan lendir darah. Pasien pada
kasus ini mengeluhkan keluar rembes berwarna bening, dan tidak berbau. Keluhan
disertai kenceng-kenceng disangkal. Keluhan demam disangkal. Keluhan pasien
mengarah kepada KPD tanpa infeksi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 109/77 mmHg.


Pemeriksaan leopold didapatkan janin hidup, intrauterine, presentasi kepala,
belum masuk panggul, punggung kanan, dengan TFU 29 cm setara 2480 gram,
DJJ 135 x/menit. Taksiran berat janin dihitung menggunakan rumus Johnson-
Toshack yang dengan penilaian kepala belum melewati pintu atas panggul. Pada
pemeriksaan dalam genitalia pasien atau pemeriksaan vaginal touche,
menunjukkan vulva dan uretra tenang. dinding vagina teraba lunak, tidak ada
pembukaan, STLD (-).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah USG, CTG,
dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan USG, nilai Amnion Fluid
Normal (AFI) normal adalah 8,1-24 cm. Pada kasus ini, didapatkan AFI 2,41 yang
menunjukkan kondisi oligohidramnion karena ketuban pecah dini. Pada
pemeriksaan CTG didapatkan CST kategori 1 menunjukkan normal. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan untuk menunjang arah diagnosis dan didapatkan.
Didapatkan temuan Hb, hematokrit, trombosit dan lainnya dalam batas normal.

Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat, yaitu pada UK 37 minggu


dilakukan induksi oksitosin 5 IU yang dinaikkan bertahap, pemberian antibiotik,
dilakukan observasi, dan terminasi kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dayal S, Hong PL. Premature Rupture Of Membranes. [Updated 2022 Jul 18].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/

2. Grgić G, Fatusić Z, Bogdanović G. Stimulacija plućne maturacije ploda


deksametazonom kod ocekivanog prijevremenog porodaja [Stimulation of
fetal lung maturation with dexamethasone in unexpected premature labor].
Med Arh. 2003;57(5-6):291-4. Bosnian. PMID: 15022581.

3. Maryuni, Kurniasih D. Risk factors of premature rupture of membrane.


Kesmas: National Public Health Journal. 2017; 11 (3): 133-137.
(doi:10.21109/kesmas.v113.1153).
4. Menon R, Richardson LS. Preterm prelabor rupture of the membranes: A
disease of the fetal membranes. Semin Perinatol. 2017 Nov;41(7):409-419.
doi: 10.1053/j.semperi.2017.07.012. Epub 2017 Aug 12. PMID: 28807394;
PMCID: PMC5659934.

5. Olarinoye AO, Olaomo NO, Adesina KT, Ezeoke GG, Aboyeji AP.
Comparative diagnosis of premature rupture of membrane by nitrazine test,
urea, and creatinine estimation. Int J Health Sci (Qassim). 2021 Nov-
Dec;15(6):16-22. PMID: 34912184; PMCID: PMC8589831.

6. Prawirohardjo, S. (2017). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

7. Rustam. 2005. Sinopsis Obsetri Fisiolog Jilid 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai