DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
dr. Syah Rini Wisdayanti, Sp.OG, M.Kes
Oleh
Surakarta, 2022
Staf Pembimbing
RM : 0044XXXX
Usia : 26 Thn
Alamat : Blora
Paritas : G3P1A1
UK : 37 + 2 minggu
BB : 45 kg
BBH : 49 kg
TB : 146 cm
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan adanya rembes cairan jernih sejak 11 jam SMRS
6. Riwayat ANC
Kontrol rutin di bidan, USG 2x selama kehamilan dengan Sp.OG
7. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Lama menstruasi : 5-7 hari
Siklus menstruasi : Teratur, 28 hari
Ganti pembalut : 3-4x sehari
Nyeri saat haid : disangkal
Menopause : Belum
HPMT : 2 Desember 2021
HPL : 18 September 2022
8. Riwayat Perkawinan
Menikah 2x
Tahun menikah :
I. 2011 – 2021 cerai hidup
II. 2022 – sekarang
Abdomen Genital
Supel VU tenang
Nyeri tekan (-) Dinding vagina dbn
BU Portio livid
Teraba janin tunggal OUE tertutup
intrauterine Pembukaan (-)
Presentasi kepala Air ketuban (+)
Punggung kanan Kulit ketuban (-)
TFU 29 cm STLD (-)
DJJ 135 x/menit
His (-)
4. Ekstremitas
Palmar eritema (-/-), capillary refill time < 2 detik
akral hangat oedem ulkus
+ - -
+ - -
+ - -
+ - -
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonography (USG) (20/8/2022)
Kehamilan intrauterine, janin tunggal hidup
DJJ : -
Presentasi : -
BPD : 9,25 cm
FL: 6,85 cm
TBJ : 2437 gr
Umur: 38 minggu 2 hari
Insersi plasenta : -
Cairan amnion : 2,4 cm
2. Cardiotocography (CTG) (20/8/2022)
Baseline : 135 x/menit
Variabilitas: 5-25
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Fetal movement: (+)
Kontraksi : (+)
Kesimpulan: CST kategori I
3. Laboratorium (20/8/2022)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Limfosit 36 % 25-40
Golongan Darah O
Kimia Klinik
Urine
Makroskopis
Kimia urin
Kimia urin
Sedimen Urin
D. DIAGNOSIS
G3P1A1 UK 37+2 minggu dengan KPD 11 jam, BDP
F. PROGNOSIS
Maternal : bonam
Janin : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
D. KLASIFIKASI
KPD diklasifikasikan menjadi KPD sangat preterm, preterm, dan aterm.
1. KPD Sangat Preterm, didefinisikan sebagai pecah ketuban saat usia
kehamilan ibu antara 24 - 34 minggu.
2. KPD Preterm (Preterm Premature Rupture of Membranes), yaitu
pecahnya ketuban saat usia kehamilan ibu antara 34 - 37 minggu.
3. KPD Aterm (Premature Rupture of Membranes), yaitu pecahnya
ketuban saat usia kehamilan ibu ≥ 37 minggu.
Seluruh klasifikasi butuh dibuktikan dengan vaginal pooling, tes nitrazin
dan tes fern atau IGFBP-1 positif (PNPK, 2016).
E. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluhkan adanya cairan ketuban / air kawah
yang keluar dari jalan lahir terus menerus. Dapat disertai dengan tanda-
tanda infeksi, seperti demam, air ketuban berwarna keruh dan berbau.
Disertai juga adanya tanda persalinan, antara lain adanya kontraksi dan
lendir darah.
2. Pemeriksaan Fisik
- Inspekulo: memeriksa adanya cairan ketuban di vagina, dikonfirmasi
kembali dengan tes nitrazin.
- Vaginal toucher: memeriksa adanya cairan ketuban di vagina, menilai
tanda-tanda persalinan dan mengevaluasi kemajuan persalinan, yaitu
menilai pembukaan dan pendataran serviks, penurunan kepala, kulit
ketuban, air ketuban dan adanya sarung lendir darah. Dapat dilakukan
juga tes nitrazin.
Dalam memastikan cairan amnion, dapat digunakan hal-hal sebagai
berikut:
- Bau = bau khas cairan ketuban.
- Pemeriksaan spekulum vagina = adanya pooling cairan ketuban di
vagina atau adanya cairan merembes keluar dari serviks.
- Tes nitrazin = kertas lakmus merah akan berubah menjadi biru.
- Tes ferning = gambaran pakis terlihat di mikroskop ketika mengamati
sekret servikovaginal yang mengering.
- USG = menilai volume cairan amnion.
F. TATALAKSANA
Prinsip utama penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah mencegah
mortalitas dan morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat
karena infeksi atau akibat kelahiran preterm <37 minggu. Penatalaksanaan
pasien dengan ketuban pecah dini ditentukan oleh usia kehamilan. Umumnya,
pasien dengan KPD prematur harus dirawat di rumah sakit dengan penilaian
berkala untuk infeksi, solusio plasenta, kompresi tali pusat, kesejahteraan
janin, dan persalinan. Evaluasi USG berkala harus dilakukan untuk memantau
pertumbuhan janin serta pemantauan denyut jantung janin secara berkala.
Tanda-tanda vital harus dipantau dan peningkatan suhu ibu harus
meningkatkan kecurigaan adanya infeksi intrauterin. Pemantauan serial
leukosit dan penanda inflamasi belum terbukti berguna dalam mendiagnosis
infeksi karena ditemukan tidak spesifik jika tidak ada bukti klinis infeksi.
Pemberian kortikosteroid juga akan menyebabkan leukositosis sementara
(Dayal dan Hong, 2022).
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu
manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan
dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan
klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah
tatalaksana yang dilakukan pada KPD berdasarkan masing-masing kelompok
usia kehamilan.
a. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu
Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm
didapatkan bahwa morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia
dan takipnea transien lebih besar apabila ibu melahirkan pada usia
tersebut dibanding pada kelompok usia lahir 36 minggu. Morbiditas
mayor seperti sindroma distress pernapasan dan perdarahan
intraventrikular tidak secara signifikan berbeda. Pada saat ini, penelitian
menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan adalah pilihan yang
lebih baik pada Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34 minggu. Pada
usia kehamilan antara 30-34 minggu, persalinan lebih baik daripada
mempertahankan kehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis
secara signifikan. Tetapi tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan
morbiditas neonatus. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa
persalinan lebih baik dibanding mempertahankan kehamilan.
b. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 minggu
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan
akan meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada
perbedaan signifikan terhadap kejadian respiratory distress syndrome.
Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan
kehamilan lebih buruk dibanding melakukan persalinan.
Antibiotik profilaksis disarankan pada kejadian KPD preterm.
Dibuktikan dengan 22 uji meliputi lebih dari 6000 wanita yang mengalami
KPD preterm, yang telah dilakukan meta-analisis. Terdapat penurunan
signifikan dari korioamnionitis. Pemberian eritromisin atau penisilin adalah
pilihan terbaik. Pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan digunakan bila
KPD memanjang (> 24 jam).
Berikut ini merupakan tatalaksana pada manajemen aktif
1. Jika usia kehamilan <37 minggu, sudah inpartu (pembukaan serviks 4
cm) tidak ada tanda infeksi = lanjutkan persalinan.
2. Jika usia kehamilan <37 minggu + infeksi = beri antibiotik dan terminasi
kehamilan
3. Kehamilan ≥ 37 minggu dalam persalinan = lanjut
persalinan.
4. Kehamilan ≥ 37 minggu belum dalam persalinan =
dilakukan induksi persalinan dengan penilaian
bishop score.
○ Bishop score ≥ 5 = induksi dengan oksitosin 10 IU
dalam 1000 cc RL.
○ Bishop score < 5 = berikan cervikal ripening dengan misoprostol 25
mcg pervaginam 2x pemberian dilanjutkan dengan oksitosin 10 IU
dalam 1000 cc RL. Dapat pula diberikan misoprostol 25 mcg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali bila gagal dengan seksio
caesaria,
5. Bila ada tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi, dan terminasi
kehamilan. Bila belum dalam persalinan:
○ Skor pelvik < 5 = lakukan pematangan servik kemudian induksi. Jika
tidak berhasil diakhiri persalinan dengan SC.
○ Skor pelvik ≥ 5 = induksi persalinan, partus
pervaginam. Bila dalam persalinan: lakukan
stimulasi. Bila terdapat perburukan pada janin /
gagal lakukan SC.
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Ibu
Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi intrauterin.
Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis, maupun korioamnionitis
yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian, didapatkan 6,8% ibu
hamil dengan KPD mengalami endomyometritis purpural, 1,2%
mengalami sepsis, namun tidak ada yang meninggal dunia.
Diketahui bahwa yang mengalami sepsis pada penelitian ini mendapatkan
terapi antibiotik spektrum luas, dan sembuh tanpa sekuele. Sehingga angka
mortalitas belum diketahui secara pasti. 40,9% pasien yang melahirkan
setelah mengalami KPD harus dikuret untuk mengeluarkan sisa plasenta,,
4% perlu mendapatkan transfusi darah karena kehilangan darah secara
signifikan. Tidak ada kasus terlapor mengenai kematian ibu ataupun
morbiditas dalam waktu lama.
2. Komplikasi janin
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah persalinan lebih
awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput amnion
sampai persalinan secara umum bersifat proporsional secara terbalik
dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah
studi besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95% pasien akan
mengalami persalinan dalam 1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis
terhadap studi yang mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu,
dengan sebanyak 22 persen memiliki periode laten 4 minggu. Bila KPD
terjadi sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele
seperti malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing
enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan sindrom
distress pernapasan
BAB IV
ANALISIS MASALAH
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah USG, CTG,
dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan USG, nilai Amnion Fluid
Normal (AFI) normal adalah 8,1-24 cm. Pada kasus ini, didapatkan AFI 2,41 yang
menunjukkan kondisi oligohidramnion karena ketuban pecah dini. Pada
pemeriksaan CTG didapatkan CST kategori 1 menunjukkan normal. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan untuk menunjang arah diagnosis dan didapatkan.
Didapatkan temuan Hb, hematokrit, trombosit dan lainnya dalam batas normal.
1. Dayal S, Hong PL. Premature Rupture Of Membranes. [Updated 2022 Jul 18].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/
5. Olarinoye AO, Olaomo NO, Adesina KT, Ezeoke GG, Aboyeji AP.
Comparative diagnosis of premature rupture of membrane by nitrazine test,
urea, and creatinine estimation. Int J Health Sci (Qassim). 2021 Nov-
Dec;15(6):16-22. PMID: 34912184; PMCID: PMC8589831.