Oleh:
Derrel Victor Barahama
18014101042
Masa KKM: 11 November 2019 – 19 Januari 2020
Supervisor Pembimbing
Dr. dr. Joice M. M. Sondakh, SpOG (K)
MANADO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Ny. LRI
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah 1 kali, Usia Perkawinan 12 tahun
Alamat : Buha Ling. V
MRS tanggal : 12 November 2019
No. Rekam medik : 70.76.05
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Keluar air dari jalan lahir (+) ±1 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut ingin melahirkan dirasakan jarang-jarang, pelepasan lendir
campur darah (-), pergerakan janin (+), nyeri kepala (-), nyeri ulu hati (-),
pandangan kabur (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, ginjal, DM, dan paru disangkal. BAK dan
BAB normal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit jantung, ginjal, DM, dan paru disangkal.
5. Riwayat Pribadi Sosial
Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
6. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat Haid
Menarche usia 15 tahun dengan siklus teratur, lamanya haid 4-5 hari,
ganti pembalut 3 kali sehari
HPHT tanggal 27 Maret 2019
b. Riwayat Kehamilan Sebelumnya
P1: 2007/ Perempuan/ Seksio Sesarea (SC) atas indikasi KPD/ 2500
gr/ Preterm/ RSUP Prof. dr. R. D. Kandou/ Sehat
A1: 2012/ Dikuret/ RS. Tentara Teling
c. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Suntik 3 bulan, spiral, pil (terakhir tahun 2015)
d. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, Usia Perkawinan 12 tahun
e. Antenatal Care
Pasien 4 kali memeriksakan kehamilan di Puskesmas
Pasien 1 kali memeriksakan kehamilan di Rumah Sakit
Pasien 1 kali mendapatkan suntikan TT
f. Riwayat Penyakit Ginekologi
Tidak ada
C. Pemeriksaan fisik
1. Status Pasien
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu badan : 36,5⁰C
Berat badan : 54 kg
Tinggi badan : 154 cm
IMT : 22,5 kg/m2
2. Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Turgor : Kembali cepat
3. Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),
Cekung (-/-)
Hidung : Sekret (-), Hiperemis (-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Mukosa mulut dan bibir biasa
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
4. Thoraks
Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
5. Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
6. Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2’’
7. Status Obstetri
a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Fluksus (-), fluor (-), vulva tidak ada
kelainan (TAK)
Palpasi :
Leopold I : TFU 24 cm, teraba bulat, lunak dan tidak
melenting
Leopold II : Teraba bagian rata, keras seperti papan
(kiri), teraba bagian kecil-kecil (kanan)
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
His :-
Auskultasi (DJJ) : 135 - 140 Dpm
b. Pemeriksaan dalam
Inspekulo : Fluksus (-), fluor (+), vagina TAK, portio
tampak Livide, erosi (-), OUE tertutup
Lakmus test (+)
Vaginal Touche : Tidak dilakukan
Rektal Touche : Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan penunjang
USG : Kesan hamil 32 - 33 minggu, Fetal Movement (+), Fetal
Heart Movement (+), plasenta implantasi di corpus anterior gr. II,
janin intrauterine tunggal hidup, letak kepala.
Tafsiran Berat Janin : 2015 gram
EKG : Irama sinus rhytm, HR
80x/m, axis normal.
Hasil Pemeriksaan Cardiotocography :
Hematologi
Hematokrit : 38.3 %
Trombosit : 226.000/uL
MCH : 31.9 pg
Hemostasis
PT
@ Detik
@ INR
APPT
D. Resume masuk
G3P1A1 31 tahun hamil 32-33 minggu belum impartu + KPD 1 hari + bekas
SC
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala
F. Sikap
7. Lapor DPJP
Hasil NST:
Uraian Pembedahan :
P - Diet TKTP
- Terapi oral; Sulfas ferosus 1x200 mg, Cefadroxil 3x500 mg, Metronidazole
3x500 mg, Asam mefenamat 3x500 mg
- Rawat luka
- Mobilisasi bertahap
- Observasi TNRS, kontraksi, perdarahan
18 November 2019 (Irina D bawah)
S Nyeri luka operasi berkurang
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis; Skala nyeri: 2
TD: 110/70; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Abdomen: TFU 3 jari dibawah pusat, luka operasi tertutup kassa, kontraksi
uterus baik
A P2A1 31 tahun post SCTP a.i Gawat janin + KPD 2 hari + bekas SC (H-4)+
oligohidramnion
lahir bayi perempuan/SCTP/BBL 2000gr/PBL 41 cm/Apgar Score 4-5-7
PEMBAHASAN
A. Diagnosis
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau
setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau
KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).1 Pada
kasus, pasien merupakan rujukan dari RS Pancaran Kasih Manado dengan
keluhan keluar air dari jalan lahir ±1 hari SMRS, nyeri perut ingin melahirkan
dirasakan jarang-jarang. Pemeriksaan USG didapatkan kesan hamil 32 - 33
minggu dan hasil Lakmus test (+).
Pada kasus, pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik
pemeriksaan tanda vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien
belum didapatkan adanya tanda-tanda infeksi. Suhu pasien normal yaitu 36,5 o
C. Denyut nadinya juga dalam batas normal, yaitu 80 kali per menit. Tekanan
darah pasien juga dalam batas normal yaitu 110/70mmHg. Berdasarkan teori,
pemeriksaan fisik pada kasus KPD ini penting untuk menentukan ada
tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Hal ini terkait dengan penatalaksanaan
KPD selanjutnya karena sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD
preterm akan mengalami infeksi yang berpotensi berat dengan komplikasi
yang dapat terjadi pada pasien KPD biasanya berupa endomyometritis,
maupun korioamnionitis yang berujung sepsis.6 Pada kasus tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh melewati batas normal, denyut nadi dalam batas
normal, pemeriksaan fisik lainnya juga ditemukan normal, namun terjadi
peningkatan leukosit yaitu 14.4 10^3/uL. Hal ini menunjukan adanya proses
inflamasi atau infeksi.
Faktor Risiko
Berbagai faktor risiko berhubungan dengan KPD, khususnya pada
kehamilan preterm. Pasien dengan perdarahan jalan lahir pada usia kehamilan
6-13 minggu ditemukan berhubungan dengan preterm labor, baik itu
perdarahan ringan maupun perdarahan masiv. Pasien dengan riwayat
merokok, penambahan berat badan selama masa kehamilan yang tidak
adekuat, pasien dengan gangguan psikis seperti depresi dan gangguan
kecemasan dan pasien dengan interval antara kehamilan <18 bulan dan >59
bulan, beresiko untuk terjadinya persalinan prematur. Selain itu, pasien
dengan riwayat persalinan prematur juga beresiko. Hal tersebut berkontribusi
dalam kejadian KPD pada pasien. Tampaknya tidak ada etiologi tunggal yang
menyebabkan KPD. Infeksi atau inflamasi koriodesidua juga dapat
menyebabkan KPD preterm. Riwayat KPD sebelumnya merupakan salah satu
factor resiko terjadinya KPD. Penurunan jumlah kolagen dari membran
amnion juga diduga merupakan faktor predisposisi KPD preterm.7, 8
Pada kasus, pasien memiliki riwayat persalinan prematur dan pasien juga
memilki riwayat KPD preterm (pada tahun 2007). Pasien juga memiliki
interval kehamilan >59 bulan.
B. Penatalaksanaan
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen
aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan
pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi
untuk lebih aktif mengintervensi persalinan. Pada pasien dengan KPD
memanjang (>24 jam) maka perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik
intravena (IV), yaitu Benzilpenisilin 1,2 gr IV/4 jam atau Klindamisin 600
mg IV/8 jam jika pasien sensitive penisilin. Pemberian kortikosteroid
antenatal dapat menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS),
perdarahan intraventrikkular dan mungkin dapat menurunkan kematian
neonatus. Kortikosteroid yang direkomendasikan pada kasus KPD adalah
Betamethasone 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2 dosis, jika Betamethasone
tidak tersedia, gunakan Deksamethason 6 mg IM setiap 12 jam.6
Pada kasus, dilakukan perawatan konservatif/ekspektatif dengan terapi
Deksametason 1 amp IV/8 jam sebanyak 4 kali dan Ceftriaxone 1gr IV/12
jam. Menurut teori, pemberian deksametason pada pasien diharapkan dapat
berperan pada pematangan paru dan menurunkan resiko insiden RDS, dengan
dosis 6 mg setiap 12 jam selama 2 hari.9 Setelah dilakukan operasi SCTP,
pasien diberikan Metronidazole 500mg/12 jam IV sebagai tambahan
antibiotik empirik dengan terapi Ceftriaxone 1gr IV/12 jam IV tetap
dilanjutkan. Berbeda dengan kasus, menurut Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Ketuban Pecah Dini 2016 (PNPK KPD 2016) antibiotik pada
pasien dengan KPD yang memanjang disarankan untuk menggunakan
Benzilpenisilin 1,2 gram IV/4 jam, atau Klindamisin 600 mg IV/8 jam jika
pasien sensitif penisilin.6 Sedangkan pada pasien dengan KPD preterm
dengan infeksi/inflamasi intra-amnion ditemukan bahwa pemberian
ceftriaxone, chlarithromycin dan metronidazole memiliki tingkat
keberhasilan eradikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan regimen yang
terdiri dari ampisilin dan/atau sefalosporin.10
Pada hari ke-3 perawatan (14 November 2019) dilakukan terminasi
kehamilan lewat operasi caesarea dengan diagnosis G3P1A1 31 tahun hamil
32-33 minggu belum impartu dengan KPD 2 hari dengan bekas SC, Janin
intrauterine tunggal hidup letak kepala dengan oligohidramion. Pada jam
18.50 lahir bayi perempuan dengan berat badan lahir (BBL) 2000gr Panjang
badan lahir (PBL) 41 cm dengan Apgar Score 4-5-7. Menurut teori, Pada usia
kehamilan antara 30-34 minggu, persalinan lebih baik daripada
mempertahankan kehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis
secara signifikan. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa persalinan
lebih baik dibanding mempertahankan kehamilan.6
Setelah terminasi kehamilan, pasien di rawat di rumah sakit selama 4 hari
di rumah sakit, kemudian pasien rawat jalan pada tanggal 18 November 2019.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran