Anda di halaman 1dari 22

Kehamilan Preterm dengan Ketuban Pecah Dini

Oleh:
Derrel Victor Barahama
18014101042
Masa KKM: 11 November 2019 – 19 Januari 2020

Supervisor Pembimbing
Dr. dr. Joice M. M. Sondakh, SpOG (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban


sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah
usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of
membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau
preterm premature rupture of membranes (PPROM).
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden PROM
(premature rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. 1
Kejadian KPD pada kehamilan aterm adalah sebesar 8-10 % dan 30-40 % dari
kasus KPD merupakan kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh
kehamilan.2 PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran
prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981.3
Insiden KPD di Indonesia berkisar 4,5%-6% dari seluruh kehamilan,
sedangkan di luar negeri insiden KPD antara 6%-12%. Insiden kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) di beberapa Rumah Sakit di Indonesia cukup bervariasi yakni
diantaranya: di RS Sardjito sebesar 5,3%, RS Hasan Sadikin sebesar 5,05%, RS
Cipto Mangunkusumo sebesar 11,22%, RS Pringadi sebesar 2,27% dan RS
Kariadi yaitu sebesar 5,10%, sedangkan di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado,
insiden KPD adalah sebanyak 1,54% dari seluruh kehamilan.4,5
PPROM dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dengan
vaginal toucher dan inspekulo, serta pemeriksaan penunjang (laboratorium, USG
dan tes lakmus) dan sebagai manajemen tatalaksana pada PPROM yaitu
mengkonfirmasi cairan ketuban, USG untuk memastikan usia kehamilan dan
jumlah cairan amnion, konfirmasi ada tidaknya infeksi, serta menajemen
ekspektatif maupun aktif, baik dengan menunda proses persalinan, pemberian
antibiotik sebagai profilaksis, kortikosteroid untuk pematangan paru janin,
maupun terapi lain sesuai indikasi yang ditemukan pada pasien.6,7
Berikut ini akan dilaporkan kasus kehamilan preterm pada perempuan 31
tahun dengan KPD 1 hari yang dirawat di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : Ny. LRI
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Menikah 1 kali, Usia Perkawinan 12 tahun
Alamat : Buha Ling. V
MRS tanggal : 12 November 2019
No. Rekam medik : 70.76.05

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Keluar air dari jalan lahir (+) ±1 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut ingin melahirkan dirasakan jarang-jarang, pelepasan lendir
campur darah (-), pergerakan janin (+), nyeri kepala (-), nyeri ulu hati (-),
pandangan kabur (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, ginjal, DM, dan paru disangkal. BAK dan
BAB normal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit jantung, ginjal, DM, dan paru disangkal.
5. Riwayat Pribadi Sosial
Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
6. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat Haid
Menarche usia 15 tahun dengan siklus teratur, lamanya haid 4-5 hari,
ganti pembalut 3 kali sehari
HPHT tanggal 27 Maret 2019
b. Riwayat Kehamilan Sebelumnya
P1: 2007/ Perempuan/ Seksio Sesarea (SC) atas indikasi KPD/ 2500
gr/ Preterm/ RSUP Prof. dr. R. D. Kandou/ Sehat
A1: 2012/ Dikuret/ RS. Tentara Teling
c. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Suntik 3 bulan, spiral, pil (terakhir tahun 2015)
d. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, Usia Perkawinan 12 tahun
e. Antenatal Care
Pasien 4 kali memeriksakan kehamilan di Puskesmas
Pasien 1 kali memeriksakan kehamilan di Rumah Sakit
Pasien 1 kali mendapatkan suntikan TT
f. Riwayat Penyakit Ginekologi
Tidak ada

C. Pemeriksaan fisik

1. Status Pasien
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu badan : 36,5⁰C
Berat badan : 54 kg
Tinggi badan : 154 cm
IMT : 22,5 kg/m2
2. Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Turgor : Kembali cepat
3. Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),
Cekung (-/-)
Hidung : Sekret (-), Hiperemis (-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Mukosa mulut dan bibir biasa
Tenggorokan : Tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
4. Thoraks
Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
5. Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
6. Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2’’
7. Status Obstetri
a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Fluksus (-), fluor (-), vulva tidak ada
kelainan (TAK)
Palpasi :
 Leopold I : TFU 24 cm, teraba bulat, lunak dan tidak
melenting
 Leopold II : Teraba bagian rata, keras seperti papan
(kiri), teraba bagian kecil-kecil (kanan)
 Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
His :-
Auskultasi (DJJ) : 135 - 140 Dpm
b. Pemeriksaan dalam
Inspekulo : Fluksus (-), fluor (+), vagina TAK, portio
tampak Livide, erosi (-), OUE tertutup
Lakmus test (+)
Vaginal Touche : Tidak dilakukan
Rektal Touche : Tidak dilakukan
c. Pemeriksaan penunjang
USG : Kesan hamil 32 - 33 minggu, Fetal Movement (+), Fetal
Heart Movement (+), plasenta implantasi di corpus anterior gr. II,
janin intrauterine tunggal hidup, letak kepala.
Tafsiran Berat Janin : 2015 gram
EKG : Irama sinus rhytm, HR
80x/m, axis normal.
Hasil Pemeriksaan Cardiotocography :

Laboratorium (12/11/2019, pukul 17:39 WITA)

Hematologi

Leukosit : 14.4 10^3/uL

Eritrosit : 4.72 10^6/uL

Hemoglobin : 12.1 g/dL

Hematokrit : 38.3 %

Trombosit : 226.000/uL

MCH : 31.9 pg

MCHC : 34.6 g/dL


MCV : 92.4 fL

Hemostasis

PT

@ Detik

Pasien : 12.5 detik

Kontrol : 13.8 detik

@ INR

Pasien : 0,84 detik

Kontrol : 1.02 detik

APPT

Pasien : 29.9 detik

Kontrol : 35.6 detik

D. Resume masuk

Pasien dirujuk dari RS Pancaran Kasih Manado ke RSUP Prof. dr. R. D.


Kandou Manado tanggal 12 November 2019 pukul 14.30 dengan keluhan
keluar air dari jalan lahir ±1 hari SMRS, nyeri perut ingin melahirkan
dirasakan jarang-jarang. Pasien masih merasakan pergerakan bayi. HPHT
tanggal 27 Maret 2019. Pada pemeriksaan fisik ditemukan status generalis
dalam batas normal. Status obstetrik, Inspeksi: fluksus (-) dan fluor (-),
palpasi: TFU 24 cm, tampak bulat, lunak dan tidak melenting, kanan: teraba
bagian kecil-kecil, kiri: teraba bagian rata, keras seperti papan, dibawah
teraba bulat, keras dan melenting serta belum memasuki pintu atas panggul.
Pada pemeriksaan inspekulo ditemukan fluor (+), portio tampak livide dan
OUE tertutup. Pada pemeriksaan USG didapatkan kesan hamil 32 - 33
minggu, Fetal Movement (+), Fetal Heart Movement (+), plasenta implantasi
di corpus anterior gr. II, janin intrauterine tunggal hidup, letak kepala. Pada
pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium menunjukkan leukositosis (14.4
10^3/uL).
E. Diagnosa

G3P1A1 31 tahun hamil 32-33 minggu belum impartu + KPD 1 hari + bekas
SC
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala

F. Sikap

1. Rawat konservatif, injeksi dexamethasone ke III (jam 19.00), dosis ke IV

(jam 07.00 tgl. 13/11/19)

2. Cek DL, PT, APTT

3. EKG, USG, NST

4. Cross match (persediaan darah)

5. Informed consent keluarga

6. Observasi vital sign, His, DJJ

7. Lapor DPJP

Advis: Injeksi dexamethasone 4x, rencana SCTP


G. Follow up

12 November 2019 (IRDO)


S Keluar air dari jalan lahir ±1 hari SMRS
Nyeri perut bawah hilang timbul (-)
Pergerakan janin (+) dirasakan
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis
TD: 110/70; N: 80x/m; R: 18x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Abdomen: TFU 24 cm, His (-), Djj 135 - 140 Dpm
Inspeksi: Fluksus (-), fluor (-), vulva TAK
Inspekulo: Fluksus (-), fluor (-), vagina TAK
Portio tampak livide, erosi (-), OUE tertutup, lakmus test (+)
A G3P1A1 31 tahun hamil 32-33 minggu belum impartu + KPD 1 hari + bekas
SC
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala
P - Rawat konservatif, injeksi dexamethasone ke III (jam 19.00), dosis ke IV
(jam 07.00 tgl. 13/11/19)
- Cek DL, PT, APTT, EKG, USG, NST
- Cross match (persediaan darah)
- Informed consent keluarga
- Observasi vital sign, His, DJJ
- Teapi injeksi; dexametason amp/8 jam i. v., ceftriaxone 1gr/12 jam i. v.
- RL 500ml/ 8 jam i. v.
- Lapor DPJP; Advis: Injeksi dexamethasone 4x, rencana terminasi (SCTP)

13 November 2019 (D Bawah)


S Keluar air dari jalan lahir
Nyeri perut bawah hilang timbul
Pergerakan janin (+)
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis
TD: 120/70; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Abdomen: TFU 24 cm, His (-), Djj 140 - 145 Dpm
A G3P1A1 31 tahun hamil 32-33 minggu belum impartu + KPD 1 hari + bekas
SC
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala
P - Rawat konservatif
- Terminasi kehamilan (jika dexametason telah selesai)
- Observasi vital sign, His, DJJ
- Terapi injeksi; dexametason amp/8 jam i. v., ceftriaxone 1gr/12 jam i. v.
- Nifedipin 10mg/8 jam p.o.
- RL 500ml/ 8 jam i. v.

14 November 2019 (D Bawah) 07:00


S Keluar air dari jalan lahir
Nyeri perut bawah hilang timbul
Pergerakan janin (+)
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis
TD: 120/80; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Abdomen: TFU 24 cm, His (-), Djj 140 - 145 Dpm
A G3P1A1 31 tahun hamil 32-33 minggu belum impartu + KPD 2 hari + bekas
SC
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala + oligohidramion
P - Observasi vital sign, His, DJJ
- NST pagi ini, jika jelek rencana terminasi
- Terapi injeksi; ceftriaxone 1gr/12 jam i. v.
- RL : D5% = 2 : 2 (28 tpm)

Hasil NST:

Kesan: Prolonged decelerarion

14 November 2019 (D Bawah) 17:50


S Keluar air dari jalan lahir
Nyeri perut bawah hilang timbul
Pergerakan janin (+)
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis
TD: 120/80; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Abdomen: TFU 24 cm, His (-), Djj 140 - 145 Dpm
A G3P1A1 31 tahun hamil 32-33 minggu belum impartu + KPD 2 hari + bekas
SC
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala + oligohidramion + gawat janin
P - SCTP
- Observasi vital sign, His, DJJ
- Terapi injeksi; ceftriaxone 1gr/12 jam i. v.
- RL: D5% = 2 : 2 (28 tpm)
- Pasang kateter
H. Laporan operasi

Diagnosis Prabedah : G3P1A1 31 tahun hamil 32-33 minggu belum


impartu + gawat janin + KPD 2 hari + bekas SC
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala +
oligohidramion + gawat janin
Diagnosis Pascabedah : P2A1 31 tahun post SCTP a. i. Gawat janin +
KPD 2 hari + bekas SC + oligohidramnion + lahir
bayi perempuan/SCTP/BBL 2000gr/PBL 41
cm/Apgar Score 4-5-7
Tindakan Pembedahan : Low segmen caesarean section

Uraian Pembedahan :

Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dilakukan tidakan


disinfeksi pada daerah abdomen dan sekitarnya. Abdomen ditutup dengan
doek steril kecuali lapang pandang operasi. Dalam keadaan spinal anastesi
dilakukan insisi pfenensteil. Diperdalam lapis demi lapis sampai fascia.
Fascia dijepit 2 kocher digunting kecil lalu diperlebar ke kiri dan ke kanan.
Tampak otot, otot disisihkan secara tumpul ke lateral. Peritoneum dijepit 2
pinset, diangkat setelah yakin tidak ada jaringan usus dibawahnya, digunting
kecil lalu diperlebar ke atas dan bawah. Haag abdomen dipasang, tampak
uterus gravidarum, identifikasi plika vesika uterina. Plika vesika uterina
dijepit dengan pinset, digunting kecil, lalu diperlebar ke kiri dan ke kanan.
Plika vesika uterina disisihkan kebawah dan dilindungi dengan haag
abdomen. Identifikasi SBR, lalu dilakukan insisi semilunar pada SBR, insisi
diperdalam dan menembus cavum uteri secara tumpul. Kemudian keluar
cairan ketuban sedikit berwarna mekonium. Identifikasi janin letak kepala.
Janin dilahirkan dengan meluxir kepala. Jam 18.50 lahir bayi
perempuan/SCTP/BBL 2000 gr/PBL 41 cm/Apgar Score 4-5-7. Sementara
jalan napas dibersihkan dengan penghisap lendir, tali pusat dijepit dengan
umbilical klem dan klem lalu digunting diantara kedua klem tersebut. Bayi
lalu diserahkan kepada sejawat neonati untuk perawatan. Selanjutnya,
identifikasi plasenta implantasi di fundus, plasenta dilahirkan dengan tarikan
ringan pada tali pusat. Tepi luka SBR dijepit dengan klem, cavum uteri
dibersihkan dari selaput dan bekuan darah. Tepi luka SBR dijahit 2 lapis
secara jelujur dengan chromic catgut 2/0 tapper. Dilakukan reperitonealisasi
plika vesika uterina. Kontrol perdarahan, eksplorasi lanjut, peritoneum dijahit
jelujur dengan chromic catgut 2/0 tapper. Otot dijahit simpul dengan chromic
catgut 2/0 tapper. Fascia dijahit jelujur dengan safil 1 tapper. Lemak dijahit
simpul dengan plain catgut 2/0 tapper. Kulit dijahit subkutikuler dengan
chromic catgut 2/0 cutting. Luka operasi ditutup dengan kassa steril. Operasi
Selesai.

15 November 2019 (Irina D bawah)


S Nyeri luka operasi, VAS: 2
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis; Skala nyeri: 3
TD: 110/70; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Thoraks: Laktasi +/+
Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat, luka operasi tertutup kassa, kontraksi
uterus baik
Luka post op : Rembesan (-), Perdarahan (-), tertutup verban
Vagina : Lochia rubra (+),
Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2”
A P2A1 31 tahun post SCTP a.i Gawat janin + KPD 2 hari + bekas SC (H-1) +
oligohidramnion
lahir bayi perempuan/SCTP/BBL 2000gr/PBL 41 cm/Apgar Score 4-5-7
P - ASI on demand
- Diet TKTP
- Konseling KB
- Terapi oral; Sulfas ferosus
- Terapi injeksi; metronidazole 500mg/12 jam i. v., ceftriaxone 1gr/12 jam i.
v.
- Kaltrofen 2 supp/24 jam
- Rawat luka
- Mobilisasi bertahap
- Observasi TNRS, kontraksi, perdarahan
- Aff infus 1x24 jam
- Aff kateter 1x24 jam
16 November 2019 (Irina D bawah)
S Nyeri luka operasi, VAS: 2
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis; Skala nyeri: 3
TD: 110/70; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat, luka operasi tertutup kassa, kontraksi
uterus baik
A P2A1 31 tahun post SCTP a.i Gawat janin + KPD 2 hari + bekas SC (H-2) +
oligohidramnion
lahir bayi perempuan/SCTP/BBL 2000gr/PBL 41 cm/Apgar Score 4-5-7
P - Diet TKTP
- Konseling KB
- Terapi oral; Sulfas ferosus 1x200 mg, Cefadroxil 3x500 mg, Metronidazole
3x500 mg, Asam mefenamat 3x500 mg
- Rawat luka
- Mobilisasi bertahap
- Observasi TNRS, kontraksi, perdarahan

17 November 2019 (Irina D bawah)


S Nyeri luka operasi berkurang
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis; Skala nyeri: 2
TD: 110/70; N: 82x/m; R: 20x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat, luka operasi tertutup kassa, kontraksi
uterus baik
A P2A1 31 tahun post SCTP a.i Gawat janin + KPD 2 hari + bekas SC (H-3) +
oligohidramnion
lahir bayi perempuan/SCTP/BBL 2000gr/PBL 41 cm/Apgar Score 4-5-7

P - Diet TKTP
- Terapi oral; Sulfas ferosus 1x200 mg, Cefadroxil 3x500 mg, Metronidazole
3x500 mg, Asam mefenamat 3x500 mg
- Rawat luka
- Mobilisasi bertahap
- Observasi TNRS, kontraksi, perdarahan
18 November 2019 (Irina D bawah)
S Nyeri luka operasi berkurang
O KU: Cukup; Kes: Compos Mentis; Skala nyeri: 2
TD: 110/70; N: 80x/m; R: 20x/m; S: 36,50C
Mata: Conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
Abdomen: TFU 3 jari dibawah pusat, luka operasi tertutup kassa, kontraksi
uterus baik
A P2A1 31 tahun post SCTP a.i Gawat janin + KPD 2 hari + bekas SC (H-4)+
oligohidramnion
lahir bayi perempuan/SCTP/BBL 2000gr/PBL 41 cm/Apgar Score 4-5-7

P Pasien di rawat jalan, obat pulang:


- Cefadroxil 3x500 mg p. o.
- Metronidazole 3x500 mg p. o.
- Asam Mefenamat 1x500 mg p. o.
- Sulfas ferosus 1x200 mg p. o.
- Kontrol Poliklinik Obsgyn
BAB III

PEMBAHASAN

A. Diagnosis
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau
setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau
KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).1 Pada
kasus, pasien merupakan rujukan dari RS Pancaran Kasih Manado dengan
keluhan keluar air dari jalan lahir ±1 hari SMRS, nyeri perut ingin melahirkan
dirasakan jarang-jarang. Pemeriksaan USG didapatkan kesan hamil 32 - 33
minggu dan hasil Lakmus test (+).
Pada kasus, pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik
pemeriksaan tanda vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien
belum didapatkan adanya tanda-tanda infeksi. Suhu pasien normal yaitu 36,5 o
C. Denyut nadinya juga dalam batas normal, yaitu 80 kali per menit. Tekanan
darah pasien juga dalam batas normal yaitu 110/70mmHg. Berdasarkan teori,
pemeriksaan fisik pada kasus KPD ini penting untuk menentukan ada
tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Hal ini terkait dengan penatalaksanaan
KPD selanjutnya karena sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD
preterm akan mengalami infeksi yang berpotensi berat dengan komplikasi
yang dapat terjadi pada pasien KPD biasanya berupa endomyometritis,
maupun korioamnionitis yang berujung sepsis.6 Pada kasus tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh melewati batas normal, denyut nadi dalam batas
normal, pemeriksaan fisik lainnya juga ditemukan normal, namun terjadi
peningkatan leukosit yaitu 14.4 10^3/uL. Hal ini menunjukan adanya proses
inflamasi atau infeksi.

Faktor Risiko
Berbagai faktor risiko berhubungan dengan KPD, khususnya pada
kehamilan preterm. Pasien dengan perdarahan jalan lahir pada usia kehamilan
6-13 minggu ditemukan berhubungan dengan preterm labor, baik itu
perdarahan ringan maupun perdarahan masiv. Pasien dengan riwayat
merokok, penambahan berat badan selama masa kehamilan yang tidak
adekuat, pasien dengan gangguan psikis seperti depresi dan gangguan
kecemasan dan pasien dengan interval antara kehamilan <18 bulan dan >59
bulan, beresiko untuk terjadinya persalinan prematur. Selain itu, pasien
dengan riwayat persalinan prematur juga beresiko. Hal tersebut berkontribusi
dalam kejadian KPD pada pasien. Tampaknya tidak ada etiologi tunggal yang
menyebabkan KPD. Infeksi atau inflamasi koriodesidua juga dapat
menyebabkan KPD preterm. Riwayat KPD sebelumnya merupakan salah satu
factor resiko terjadinya KPD. Penurunan jumlah kolagen dari membran
amnion juga diduga merupakan faktor predisposisi KPD preterm.7, 8
Pada kasus, pasien memiliki riwayat persalinan prematur dan pasien juga
memilki riwayat KPD preterm (pada tahun 2007). Pasien juga memiliki
interval kehamilan >59 bulan.

B. Penatalaksanaan
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen
aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan
pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi
untuk lebih aktif mengintervensi persalinan. Pada pasien dengan KPD
memanjang (>24 jam) maka perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik
intravena (IV), yaitu Benzilpenisilin 1,2 gr IV/4 jam atau Klindamisin 600
mg IV/8 jam jika pasien sensitive penisilin. Pemberian kortikosteroid
antenatal dapat menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS),
perdarahan intraventrikkular dan mungkin dapat menurunkan kematian
neonatus. Kortikosteroid yang direkomendasikan pada kasus KPD adalah
Betamethasone 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2 dosis, jika Betamethasone
tidak tersedia, gunakan Deksamethason 6 mg IM setiap 12 jam.6
Pada kasus, dilakukan perawatan konservatif/ekspektatif dengan terapi
Deksametason 1 amp IV/8 jam sebanyak 4 kali dan Ceftriaxone 1gr IV/12
jam. Menurut teori, pemberian deksametason pada pasien diharapkan dapat
berperan pada pematangan paru dan menurunkan resiko insiden RDS, dengan
dosis 6 mg setiap 12 jam selama 2 hari.9 Setelah dilakukan operasi SCTP,
pasien diberikan Metronidazole 500mg/12 jam IV sebagai tambahan
antibiotik empirik dengan terapi Ceftriaxone 1gr IV/12 jam IV tetap
dilanjutkan. Berbeda dengan kasus, menurut Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Ketuban Pecah Dini 2016 (PNPK KPD 2016) antibiotik pada
pasien dengan KPD yang memanjang disarankan untuk menggunakan
Benzilpenisilin 1,2 gram IV/4 jam, atau Klindamisin 600 mg IV/8 jam jika
pasien sensitif penisilin.6 Sedangkan pada pasien dengan KPD preterm
dengan infeksi/inflamasi intra-amnion ditemukan bahwa pemberian
ceftriaxone, chlarithromycin dan metronidazole memiliki tingkat
keberhasilan eradikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan regimen yang
terdiri dari ampisilin dan/atau sefalosporin.10
Pada hari ke-3 perawatan (14 November 2019) dilakukan terminasi
kehamilan lewat operasi caesarea dengan diagnosis G3P1A1 31 tahun hamil
32-33 minggu belum impartu dengan KPD 2 hari dengan bekas SC, Janin
intrauterine tunggal hidup letak kepala dengan oligohidramion. Pada jam
18.50 lahir bayi perempuan dengan berat badan lahir (BBL) 2000gr Panjang
badan lahir (PBL) 41 cm dengan Apgar Score 4-5-7. Menurut teori, Pada usia
kehamilan antara 30-34 minggu, persalinan lebih baik daripada
mempertahankan kehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis
secara signifikan. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa persalinan
lebih baik dibanding mempertahankan kehamilan.6
Setelah terminasi kehamilan, pasien di rawat di rumah sakit selama 4 hari
di rumah sakit, kemudian pasien rawat jalan pada tanggal 18 November 2019.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

G3P1A1 31 tahun hamil 32-33 minggu belum impartu + KPD 1 hari +


bekas SC
Janin intrauterine tunggal hidup letak kepala
Telah dirawat secara ekspektatif selama 3 hari dan dilakukan tindakan
terminasi kehamilan (SCTP) pada hari ke-3 perawatan. Sesudah terminasi,
pasien dirawat selama 4 hari di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado.
Keadaan ibu dan bayi baik. Pasien rawat jalan pada hari ke-4 pasca
operasi.

B. Saran

1. Pasien disarankan segera kembali ke rumah sakit bila terdapat


perdarahan pervaginam, gejala infeksi saluran kemih, luka operasi
basah, bengkak, nyeri dengan intensitas terus bertambah.
2. Pasien juga disarankan untuk kembali ke poliklinik kandungan setelah
perawatan dari rumah sakit untuk pemeriksaan dan penanganan
lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Levels and Trend Maternal Mortality Rate. Geneva; 2014


7(13):125-126
2. Manuaba, IBG. Ketuban Pecah Dini (KPD). Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC; 2001. Hal: 229-
232.
3. American College of Obstetrics and Gynecology. ACOG Practice
Bulletin No.80: Premature rupture of membranes. Clinical management
guidelines for obstetrician-gynecologists. Obstet Gynecol; 2007
Apr;109(4):1007-19.
4. Sudarto S, Tunut T. Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu
Hamil dengan Infeksi Menular Seksual. Jurnal Vokasi Kesehatan. 2016
Jul 31;2(2):126-31.
5. Lowing JG, Lengkong R, Mewengkang M. Gambaran Ketuban Pecah
Dini Di Rsup Prof Dr. Rd Kandou Manado. e-CliniC. 2015;3(3).
6. Perkumpulan Obsetri dan Ginekologi Indonesia. Himpunan Kedokteran
Feto Maternal. Pedoman nasional pelayanan kedokteran ketuban pecah
dini. Jakarta; 2016.
7. Cunningham FG, Kenneth JL, Steven LB, Jodi SD, Barbara LH, et al.
Williams Obsetrics. 25th Ed. New York: McGraw-Hill Education; 2018.
8. Medina TM, Hill DA. Preterm Premature Rupture of Membranes:
Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2006 Feb
15;73(4):659-664.
9. Ayu RNP, Sari RDP. Peran kortikosteroid dalam pematangan paru
intrauterin. Jurnal Majority. 2017 Jul 1;6(3):142-7.
10. Lee JH, Romero R, Kim SM, Chaemsaithong P, Yoon BH. A new
antibiotic regimen treats and prevents intra-amniotic
inflammation/infection in patients with preterm PROM. The Journal of
Maternal-Fetal & Neonatal Medicine. 2016 Sep 1;29(17):2727-37.

Anda mungkin juga menyukai