Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan mengalami
kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan
tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam
kenyataanya aborsi secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara
berkembang lainnya dimana terdapat stigma dan pembatasan yang ketat
terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kali mencari bantuan untuk
aborsi melalui tenaga-tenaga nonmedis yang menggunakan cara-cara antara
lain dengan meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukan
pemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.
1
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di laur kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Angka kejadian
abortus sukar ditentukan karena banyak kasus abortus provokatus tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak
jelas umur kehamilannya hanya sedikit memberikan gejala atau tanda
sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sebagian besar kegagalan
kehamilan ini disebabkan oleh kegagalan gamet (misalnya sperma dan
disfungsi oosit).
2

Di Indonesia saat ini hukum tentang aborsi didasarkan pada hukum
kesehatan tahun 1992. Walaupun bahasa yang digunakan untuk aborsi
adalah samar-samar, secara umum hukum tersebut mengizinkan aborsi bila
perempuan yang akan melakukan aborsi mempunyai surat dokter yang
mengatakan bahwa kehamilannya membahayakan kehidupannya, surat dari
suami atau anggota keluarga yang mengijinkan penguguran kandungannya,
2

test laboratorium yang menyatakan perempuan tersebut positif dan
pernyataan yang menjamin bahwa setelah melakukan aborsi perempuan
tersebut akan menggunakan kontrasepsi.
1


1.2. Tujuan
1.2.1. Mengetahui prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang yang diperlukan dan penegakkan diagnosis obstetrik.
1.2.2. Mengetahui keadaan patologis persalinan yang didapatkan dalam kasus
ini, yaitu abortus inkomplit termasuk alur penegakkan diagnosis dan
penatalaksanaannya.
1.2.3. Mengkaji ketepatan penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan dalam
kasus ini.















3


BAB II
LAPORAN KASUS

A. Anamnesa Umum
Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Alamat : Jalan Sebulu RT 10
Suku : Timor
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
MRS : 29 November 2013
Diperiksa : 2 Desember 2012

B. Anamnesis Khusus
Keluhan utama:
Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluar darah dari jalan lahir sejak 8 jam sebelum masuk RS, bergumpal-
gumpal berwarna merah kecoklatan. Perdarahan yang terjadi menyebabkan
pasien mengganti pembalut sebanyak 4 kali. Pasien tidak ada merasa keluar
gumpalan berwarna keputihan. Selain itu, keluhan ini juga disertai perut bagian
kiri bawah. Pasien tidak ada minum obat obatan atau jamu. Riwayat di pijet ke
4

HPHT : 26-09-2013
Pemeriksaan :30-11-
2013
Usia kehamilan : 9-
10 minggu
Keluar darah
dan gumpala
merah
kecoklatan
jalan lahir
sejak 11 jam
sebelum MRS
riw. minum obat
atau jamu (-), riw.
dipijet (-), riwayat
hub. badan
terakhir dgn suami
1 bulan yg lalu
Masuk RS dan
didiagnosa AB
imminens dan
direncanakan
USG
dukun juga tidak ada. Riwayat berhubungan tubuh terakhir dengan suami yaitu
1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu: tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada

Riwayat Menstruasi :
Menarche usia 14 tahun
Lama menstruasi per siklus 7 hari dan tiap hari 2x ganti pembalut
HPHT : 26-09-2013
Usia kehamilan : 9-10 minggu

Riwayat Perkawinan :
Sekarang dalam status menikah, pernikahan yang ke-1
Lama pernikahan yang sekarang : 1 tahun
Usia pertama menikah : 18 tahun.

Riwayat Obstetri :
1. 2013/hamil ini

Riwayat Kontrasepsi : tidak ada
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT




5

D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis GCS 15 (E4M6V5)
Status Gizi
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 154 cm
Vital sign
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Kepala
Wajah tidak pucat
Tidak ada edema pada wajah

Mata
Sklera : Ikterik (-), kanan=kiri
Konjungtiva : anemis (+) kanan=kiri
Pupil : bulat isokor, kanan=kiri
Refleks cahaya : (+) kanan=kiri
Gerakan bola mata : Normal kanan=kiri
Hidung
Septum deviasi ()
Tanda radang ()
Epistaksis (-)

6

Telinga
Bentuk : Normal
Tidak ada cairan keluar
Pendengaran : Baik
Mulut
Kebersihan mulut baik
Bibir: tidak ada kelainan
Gusi dan gigi geligi tidak ada kelainan
Lidah : merah, candidiasis (-)
Tonsil : bengkak (-), hiperemi (-)
Pharynx : bengkak (-), hiperemi (-)
Leher
Pembesaran KGB (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax
Paru
Inspeksi :
bentuk simetris dan pergerakan simetris.
Retraksi otot pernapasan (-)
Pelebaran ICS (+)
Palpasi:
Pergerakan simetris
Fremitus vokal (+) kanan=kiri
Perkusi:
Sonor kanan=kiri
Auskultasi:
7

Suara napas vesikuler di semua lapang paru
Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak di ICS V MCL Sinistra
Palpasi : thrill (-), Ictus cordis teraba di ICS V MCL Sinistra
Perkusi : Batas jantung
Batas atas = ICS II, 3 jari sebelah kiri dari PSL sinistra
Batas jantung kiri = ICS V 1 jari lateral MCL sinistra
Batas jantung kanan = ICS II PSL dekstra
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, bising jantung (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi
flat, striae (-)
Palpasi
Soefl, Nyeri tekan epigastrium (-). Massa (-)
Hepar, lien dan ginjal dalam batas normal
Perkusi
Thympani, ascites (-), nyeri ketuk costovertebra (-).
Batas hepar: Batas atas-bawah hepar pada MCL dekstra : ICS VI -
ICS X, batas hepar 2 jari dibawah prosessus xypoideus
Auskultasi
Bising usus (+ ) kesan normal.
Ektremitas
Akral hangat
Edema -/-

8

Pemeriksaan Ginekologi
Tinggi fundus uteri tidak teraba
Pemeriksaan dalam : pembukaan kuncup, teraba jaringan.

E. Pemeriksaan Penunjang
DL Nilai
Hb 10,6 g/dL
Leukosit 10,400/uL
Trombosit 229.000/uL
Hematokrit 31%
BT 3
CT 9
GDS 85


Pemeriksaan USG
Kesimpulang : uterus anteflexi, gestational sac (-), fetal folk (-)
: complet abortus

F. Diagnosis:
G1P0A0 gravid 9-10 minggu + abortus komplet

H. Penatalaksanaan:
Pasien boleh pulang
Metergin tab 3x1
Asam mefenamat 3x500 mg
I. Prognosis
Vitam : Dubia ad bonam
Fungsionam : Dubia ad bonam
Tes Urine : PPT (+)
9

Follow Up Pasien di ruang Mawar
Tanggal 29 November 2013
05.44 Menerima pasien baru dari IGD, dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik :
GIP0A0 Gravid 9-10 minggu + suspek abortus imminens
06.00 Lapor dr Sp.OG, Advice :
Rencana Masuk rumah sakit
Rencana USG
07.00 Pindah ke ruang nifas
30 November 2013
08.00 Perdarahan (-)
TD : 100/70, N : 78x/menit, RR:18 x/menit, T : 36,1
Diagnosa : Abortus Imminens
Terapi : istirahat total , rencana USG hari senin
1 Desember 2013
08.00 Perdarahan (-)
TD : 100/70, N : 72x/menit, RR:18 x/menit, T : 36,2
Diagnosa : Abortus Imminens
Terapi : istirahat total , rencana USG hari senin
2 Desember 2013
08.00 Perdarahan (-)
TD : 90/60, N : 76x/menit, RR:18 x/menit, T : 36,2, anemis (-/-)
Diagnosa : Abortus Imminens
Terapi : istirahat total , rencana USG hari ini, IVFD RL 10 tpm
11.00 Hasil USG sudah keluar janin sudah tidak ada
Lapor ke dokter Sp.OG :
Pasien boleh pulang
Terapi metorgin tab 3x1
Asam mefenamat 3x500 mg







10

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di laur kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
3
II. EPIDEMIOLOGI
Insidensi dari aborsi bervariasi tergantung dari variabel yang digunakan
untuk menentukan status aborsi dari suatu kehamilan.
3
Menurut
penelitian yang dilakukan Aan Guttmacher Institute, angka kejadian
aborsi di Amerika Serikat adalah 1.287.000 kasus pada tahun 2003
dengan rasio 20.8 per 1000 kelahiran pada wanita usia produktif (15-49
tahun).
4
Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian menunjukkan angka
kejadian aborsi sebesar 2.000.000 kasus pada tahun 2000 dengan rasio
37 per 1000 kelahiran pada wanita usia produktif (15-49 tahun).
Penelitian ini dilakukan pada fasilitas kesehatan dari 6 wilayah. Dari
penelitian yang telah dilakukan, terbuktu sebagian besar perempuan
yang melakukan aborsi memiliki profil khusus yaitu mereka cendering
sudah menikah dan hampir dua pertiga sudah pernah duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas. Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa
hanya 38% dari perempuan pernah kawin yang pernah duduk di bangku
Sekolah Menengah. Selanjutnya ditemukan bahwa hampir setiap klien
yang melakukan aborsi berusia lebih dari 20 tahun (58% berusia lebih
dari 30 tahun). Dan hampir separuh dari perempuan-perempuan tersebut
sudah memiliki paling sedikit dua anak. Hampir sebagian besar dari
11

mereka yang melakukan praktek aborsi mengaku karena sudah tidak
ingin memiliki anak lagi.

III. Etiologi
Aborsi memiliki banyak faktor penyebab, tetapi beberapa studi
menunjukkan 60% disebabkan oleh kelainan kromosom.
5
Berikut
adalah penyebab yang umum didapatkan dalam kasus aborsi:
3

1. Faktor janin:
a. Aborsi aneuploidi
95% dari kelainan kromosom yang berkaitan dengan aborsi
disebabkan oleh kesalahan gametogenesis. Trisomi autosomal
paling sering ditemukan berkaitan dengan kelainan kromosom
pada aborsi pada trimester pertama. Sedangkan monosomy X
adalah kelainan kromosom tunggal spesifik yang paling sering
ditemukan
b. Aborsi eupliodi
Janin dengan kromosom normal cenderung untuk aborsi lebih
jauh di kemudian hari dibandingkan dengan aborsi aneuploidi.
Angka kejadian dari aborsi euploidi berkurang dramatis setelah
umur ibu lebih dari 35 tahun.

2. Faktor ibu:
a. Infeksi
Infeksi tidak umum menyebabkan aborsi. Studi yang dilakukan
Simpson dan teman-teman (1996) tidak menemukan bukti aborsi
akibat infeksi. Studi lain yang dilakukan Oakshet dan teman-
12

teman (2002) menunjukkan hubungan antara aborsi pada
trimester kedua dengan bakterial vaginosis
b. Hipotiroid
Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi.
Efek dari hipotiroid sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti
namun peningkatan autoantibodi terhadap tiroid berkaitan
dengan peningkatan angka kejadian dari aborsi.
c. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol meningkatakan angka
kejadian aborsi
d. Merokok
Kebiasaan merokok berkaitan dengan meningkatnya resiko dari
aborsi euploidi. Resiko ini meningkata sesuai dengan
peningkatan frekuensi dan dosis dari merokok itu sendiri.
e. Alkohol
Konsumsi alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan berkaitan
erat dengan peningkata angka kejadian aborsi
f. Kafein
Peningkatan resiko aborsi baru terjadi pada mereka yang
mengkonsumsi kafein lebih dari 500 mg per hari.
g. Defek uterus
Resiko aborsi meningkat pada sindrom Asherman
h. Servix inkompeten
Servix inkompeten adalah terjadinya dilatasi servix yang tidak
sakit pada trimester kedua. Kejadian tersebut bisa diikuti oleh
prolap dan penggembungan dari membran ke vagina sehingga
terjadi expulsi dari janin prematur.
13

IV. KLASIFIKASI
Secara umum aborsi dibagi menjadi:
6

1. Abortus Spontan:
a. Abortus yang mengancam (iminens)
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang
tidak disertai dengan dilatasi servix dan pengeluaran janin
b. Abortus insipiens
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang
disertai dengan dilatasi servix dan nyeri
c. Abortus inkomplit
Ditandai oleh pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum
uterus
d. Abortus komplit
8

Ditandai oleh pengeluaran seluruh hasil konsepsi
e. Abortus tertunda
Ditandai oleh kematian janin tanpa disertai pengeluaran hasil
konsepsi
f. Abortus Habitualis
Ditandai oleh abortus yang berlangsung selama 3 kali atau lebih
secara berurutan
g. Abortus Septik
8

Abortus yang disertai dengan infeksi pada uterus
2. Abortus yang diinduksi:
Aborsi yang dicetuskan karena pertimbangan medis atau secara
elektif.

V. PATOGENESIS
14

Walau sebagian besar kasus abortus spontan disebabkan oleh karena
kelainan kromosom, pada prakteknya banyak ditemukan anak lahir
dengan kelainan kromosom tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk memahami proses terjadinya abortus secara umum. Dalam
sebagian besar dari kasus aborsi, terdapat plasentasi yang tidak adekuat
sehingga menyebabkan kegagalan dari sel-sel trofoblast untuk masuk
dalam arteri spiralis. Kegagalan dari sel-sel trofoblast tersebut
mengakibatkan terjadinya peredarahan dari dari ibu ke anak yang
prematur. Masuknya darah ibu tersebut lama-kelamaan menyebabkan
terjadinya ekspulsi dari kantung kehamilan. Selain hal tersebut,
kegagalan sel-sel trofoblast di atas mengakibatkan peningkatan tekanan
oksigen di ruang intervili sehingga terjadi peningkatan stres dan
berkurangnya fungsi dari plasenta.
8

VI. GEJALA KLINIS
Gejala klinis pada abortus pada umumnya sama, antara lain:
7

a. Perdarahan atau bercak darah dari jalan lahir pada trimester pertama
b. Jumlah darah umumnya sedikit
c. Warna darah bervariasi dari kecoklatan hingga merah segar
d. Perdarahan bisa berlangsung hingga beberapa hari
e. Biasa didahului oleh mulas-mulas atau sakit pinggang
VII. DIAGNOSIS
a. Abortus iminens:
5

- Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa bercak-bercak
Bisa atau tidak disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
15

- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina,
portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
b. Abortus insipiens:
5

- Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa darah segar yang mengalir
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina,
portio terbuka, tidak ditemukan jaringan
c. Abortus inkomplit:
5

- Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Biasa berupa darah segar yang mengalir
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina,
portio terbuka, bisa ditemukan jaringan di jalan lahir
d. Abortus komplit:
5

- Anamnesis:
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
Darah biasa berupa bercak-bercak
Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
16

- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina,
portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
e. Abortus tertunda:
5

- Anamnesis:
Uterus yang berkembang lebih rendah dibandingkan usia
kehamilannya
Bisa tidak ditemukan perdarahan atau hanya bercak-bercak
Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
- Pemeriksaan Fisik:
Inspekulo: bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding
vagina, portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
f. Abortus septik:
5

- Anamnesis:
Ditemukan satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas
Riwayat sedang menggunakan IUD
Riwayat percobaan aborsi sendiri
- Pemeriksaan Fisik:
Demam > 38 C
Inspekulo: ditemukan salah satu tanda abortus seperti di atas
Pemeriksaan Penunjang:
5
- Serum -hCG
Serum -hCG > 2500 IU per mL disertai dengan USG
transvaginal merefleksikan 90% kehamilan intrauterine
Serum -hCG > 6500 IU per mL disertai dengan USG abdomen
merefleksikan 90% kehamilan intrauterine
- USG
17

Gerakan jantung janin harusnya sudah bisa dilihat sejak masa
gestasi 6-7 minggu


VIII. TATALAKSANA
Secara umum tatalaksana aborsi dibagi 2, yaitu:
9
a. Terapi medikasi
Terapi medikasi menggunakan mifepristone yang disusul dengan
penggunaan misoprostol atau mungkin hanya misoprostol saja.
Terapi medikasi ini digunakan pada aborsi dengan masa gestasi 4-9
minggu dan lebih dari 14 minggu. Terapi bedah cenderung
digunakan pada masa gestasi 9-14 minggu. Regimen lain seperti
methotrexate disusul dengan misroprostol juga sering digunakan.
Indikasi penggunaan terapi medikasi:
- Pilihan pasien
- Masa gestasi yang kecil
- Obesitas (BMI > 30) tanpa kelainan kardiovaskular
- Fibroma uterus
- Malformasi uterus
- Riwayat bedah sevik sebelumnya
Kontraindikasi terapi medikasi;
- Riwayat alergi mifepristone, misoprostol atau obat terapi
medikasi lainnya
- Mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang
- Gagal ginjal kronik
- Kelainan pembekuan darah
- IUD yang masih terpasang
18

- Infeksi daerah panggul yang berat
Rekomendasi WHO dan IPPF:
- Mifeprostone 200mg oral diikuti misprostol 800g 36-48 jam
setelahnya (oral, sublingual, bukal atau intravaginal) dalam satu
dosis atau dibagi menjadi dua dosis 400g yang diberikan selang
2 jam
Rekomendasi FDA Amerika Serikat:
- Hari pertama: Mifepristone 600mg per oral dalam satu kali
minum
- Hari kedua: Rh-imunoglobin 50g tidak lebih dari 48 jam
sesudah terjadinya tanda-tanda aborsi pada pasien dengan Rh
- Hari ketiga: bila proses aborsi belum selesai dan dikonfirmasi
dengan USG, berikan misoprostol 400g
- Hari keempat belas: cek kembali keadaan aborsi pasien dengan
USG atau serum -hCG. Serum -hCG seharusnya berada di
bawah 1.000IU/L setelah 2 minggu pemberian mifepristone. Bila
proses aborsi belum selesai, dilanjutkan dengan aspirasi vakum.
b. Terapi bedah
Indikasi terapi bedah:
- Pilihan pasien
- Sterilisasi
- Terdapat kontraindikasi pada pemakaian terapi medikasi
- Pasien tidak mampu datang untuk kontrol setelah terapi medikasi:
Pendekatan terapi bedah yang umum dilakukan yaitu:
1. Aspirasi Vakum
Aspirasi vakum adalah prosedur yang aman dan efektif dan
menjadi terapi pilihan sebelum teknik dilatasi dan kuretase.
19

Teknik ini bisa digunakan hingga masa gestasi 12 minggu dan
99,5% efektif. Komplikasi teknik ini lebih rendah dibandingkan
teknik dilatasi dan kuretase, dilatasi servik yang dibutuhkan
lebih kecil, harga yang lebih murah, tidak diperlukan anastesi
umum.
2. Dilatasi dan Kuretase
Teknik ini lebih berbahaya dan lebih sakit dibandingkan teknik
aspirasi vakum sehingga pemilihan teknik ini umumnya dibatasi
bila aspirasi dan terapi medikasi tidak bisa diberikan. Teknik ini
bisa digunakan hingga masa gestasi 12 minggu an 99% efektif.
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi pada aborsi dibagi dua antara lain:
6

a. Komplikasi akut
Komplikasi ini terjadi selama prosedur atau 3 jam sesudah proses
abortus selesai:
- Perdarahan
- Luka serviks
- Perforasi uterus
- Hematometra
b. Komplikasi lanjut:
- Infeksi
- Jaringan sisa
- Sensitisasi Rh
X. Follow Up
Pasien yang mendapat terapi medikasi sebaiknya diobservasi selama 4-
6jam telebih dahulu. Pada pasien dengan terapi medikasi yang ingin
segera pulang, minum obat di rumah, atau yang proses abortusnya
20

belum selesai sebaiknya kembali kontrol ke dokter 10-15 hari setelah
mendapat terapi untuk mengkonfirmasi status aborsinya.
9

Setelah terapi bedah, pasien idealnya kembali kontrol ke dokter 7-10
hari setelah mendapat terapi. Pasien sebaiknya diberi informasi bahwa
mungkin terdapat tanda-tanda perdarahan dari bercak hingga sebanyak
darah menstruasi untuk beberapa minggu ke depan. Pasien juga
sebaiknya mendapat informasi tentang gejala-gejala klinis yang
memerlukan intervensi medis segera dan sebaiknya segera kembali ke
rumah sakit seperti perdarahan yang banyak, demam lebih dari satu hari
disertai nyeri panggul.
9
Selain kontrol berkaitan dengan aborsinya, semua pasien sebaiknya
mendapat informasi mengenai kontrasepsi. Secara umum, semua jenis
kontrasepsi aman digunakan pada wanita post abortus. Penelitian
menunjukkan bahwa kesuburan akan kembali normal dalam 2 minggu
dan 75% wanita akan mengalami ovulasi dalam 6 minggu, setiap pasien
sebaiknya diberi informasi bahwa ia bisa melahirkan kembali sebelum
menstr uasi berikutnya.
8

XI. PROGNOSIS
Resiko dari kematian atau komplikasi medis yang serius lebih banyak
terjadi pada wanita dengan kehamilan cukup bulan dibandingkan aborsi,
kesehatan secara umum lebih baik pada pasien aboertus dibandingkan
kelahiran cukup bulan. Resiko kematian yang berkaitan dengan
kehamilan dan kelahiran berkisar 7-8 per 100.000 kelahiran sedangkan
bila dikaitkan dengan abortus, berkisar kurang dari 1 per 100.000
kelahiran. Beberapa studi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan
antara aborsi dengan penurunan kesuburan atau resiko terjadinya
kehamilan ektopik. Sebuah studi di Cina berkaitan dengan pemakaian
21

mifepristone dan misoprostol menunjukkan tidak adanya hubungan
antara pemakaian obat tersebut dengan peningkatan resiko kehamilan
prematur.
10

























22


BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS
Penegakkan Diagnosis
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Teori Kasus
Perdarahan pada trimester
pertama kehamilan
Darah biasa berupa bercak-bercak
Disertai dengan mulas atau nyeri
pinggang
Ada riwayat keluarnya jaringan
dari jalan lahir

Keluar darah dari jalan lahir sejak 8
jam sebelum masuk RS, bergumpal-
gumpal berwarna merah kecoklatan.
Perdarahan yang terjadi menyebabkan
pasien mengganti pembalut sebanyak
4 kali. Pasien tidak ada merasa keluar
gumpalan berwarna keputihan. Selain
itu, keluhan ini juga disertai perut
bagian bawah.

b. Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
Inspekulo: ditemukan bercak darah di
sekitar dinding vagina, portio tertutup,
tidak ditemukan jaringan
TFU tidak teraba
Tidak dilakukan inspekulo,
hanya pemeriksaan dalam:
Pemeriksaan dalam : portio
tebal lunak, pembukaan 0 cm,
jaringan (-).





23

c. Pemeriksaan Penunjang
Teori Kasus
Pemeriksaan penunjang: -hCG
ataupun USG sebaiknya dilakukan
pada pasien ini untuk memperkuat
diagnosa.
Darah Rutin
Hemoglobin : 10,6 gr %
Leukosit : 10.400
Hematokrit :31 %
Trombosit : 229.000 / mm3
Bleeding Time : 3 menit
Clotting Time : 9 menit
GDS : 85
Urine tes : PPT (+)
USG
uterus anteflexi, gestational sac (-),
fetal folk (-)
kesimpulan : complet abortus

d. Penatalaksanaan
Teori Kasus
1. Pada aboertus komplet tidak
memerlukan tindakan khusus.
2. Terapi medikamentosa biasanya
hanya diberikan roboransia atau
kematenik bila keadaan pasien
memerlukan.
- Pasien boleh pulang
- Metergin tab 3x1
- Asam mefenamat 3x500 mg



Prognosis
24

Prognosis pada pasien ini terbilang baik karena umur pasien yang masih muda
disertai dengan keadaan klinis pasien yang stabil. Pasien sebaiknya diedukasi
untuk kontrol kembali ke dokter spesialis 1 minggu kemudian.




















BAB V
25

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny.R yang berusia 19 tahun
datang ke rumah sakit dengan keluhan utama keluar darah dari jalan lahir.
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
maka didapatkan diagnosis G
1
P
0
A
0
gravid 9-10 minggu + abortus komplit.
Diagnosis akhir pada pasien ini adalah post kuretase atas indikasi
abortus komplit. Secara umum penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan
pada pasien ini sudah tepat dan sesuai dengan teori.

















DAFTAR PUSTAKA
26


1. Guttmatcher Institute. Aborsi di Indonesia. Guttmatcher Institue.
2008
2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2009
3. Norman F. Gant MD, Kenneth J., Md Leveno, Larry C., Iii, Md
Gilstrap, John C., Md Hauth, Katharine D., Md Wenstrom, John
C. Hauth, J. Whitridge Obstetrics Williams (Editor), Steven L.
Clark, Katharine D. Wenstrom. Williams Obstetrics 23rd Ed:
McGraw-Hill Professional
4. McBride, Dorothy E. Abortion in United State. ABC-CLIO.2008
5. Evans, Arthur T. Manual of Obstetric 7th ed. Lippincot
Williams and Willkins. 2007
6. Morgan, Mark. Siddighi, Sam. Obstetrics and Gynecology
Volume 1. Lippincot Williams and Willkins. 2004
7. R. James. Scoot, Md. S. Ronald et al. Danforths Obstetric and
Gynecology 9th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2003
8. Keeling, Jean W. Khong T Yee.Fetal and Neonatal Pathology.
Springer. 2007
9. World Health Organization. Safe Abortion: Technical and Policy
Guidance for Health Systems. World Health Organization. 2003
10. Hatcher, Robert A. Trussell, James. Nelson, Anita L.
Contraceptice Technology. Ardent Media. 2008

Anda mungkin juga menyukai