Topik :
Tanggal (kasus) : 1 Agustus 2017 Presenter : dr. Hein Intan Wulandari
Tanggal presentasi : 17 September 2017 Pendamping : dr.Hilda Fitri
Tempat presentasi : Aula Sanitasi RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung
Obyektif presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan :Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan Abortus Imminens
Bahan bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit
Pusaka
Cara membahas : Diskusi Presentasi Email Pos
dan diskusi
1. Jenis-jenis abortus
2. Diagnosis abortus imminens
3. Penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosaabortus imminens
4. Mengetahui faktor risiko abortus imminens
1
Subyektif
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan kehitaman, berbentuk gumpalan dan
cukup banyak, hingga pasien harus mengganti pembalut sebanyak 1-2x sejak
terjadinya perdarahan. Pasien juga mengeluhkan sedikit mulas. Saat ini, Pasien
sedang hamil. Hal ini dibuktikan pasien dengan melakukan tes kehamilan yang
dijual dipasaran. Pasien juga menceritakan hari pertama haid terakhir yakni pada
tanggal 28 Mei 2017. Saat terjadinya perdarahan, pasien tidak mengalami trauma
sebelumnya, tidak berhubungan suami istri, tidak mengonsumsi obat-obatan
tertentu dan tidak menderita suatu penyakit kronis.
Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CM, GCS : 15
Status Gizi : Cukup
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi 80x/menit, isi tegangan cukup
Respirasi rate : 20x/menit
Suhu : 36,6°𝐶
Pada pemeriksaan status generalis ditemukan :
Kepala : Normoochepal, simetris.
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor (3 mm/3mm), Reflek cahaya (+/+).
Hidung : Nafas cuping hidung (-), darah (-), secret (-).
Telinga : Darah (-), secret (-).
Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-).
Leher : JVP tdk meningkat, trakea di tengah
Thorax : Emfisema subkutis (-), jejas(-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat
Perkusi : Batas jantung kesan dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)
Paru
Inspeksi : Pada saat statis maupun dinamis, gerakan dada
simetris. Retraksi intercostal(-).
Palpasi : Fremitus raba kanan-kiri simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Trunk
Ekstremitas
Oedem : (-/-)
Akral : Hangat
3
2. Laboratorium
Darah Lengkap :
Hb : 12,4 gr/dl
Hematokrit : 35,4%
Leukosit : 7270/uL
Trombosit 301.000
Urinalisa :
Warna : Kuning keruh
Ph : 6,5
Eritrosit : +3 (20-30/LPB)
Leukosit : 10-20/LPB
Test kehamilan : (+)
4
Plan
Diagnosis : G2 P0 A1 Hamil ± 9 minggu dengan Abortus Imminens
Pengobatan : Pada pasien ini dilakukan tatalaksana medikamentosa dan
nonmedikamentosa. Adapun tatalaksana medikamentosa yang diberikan pada
pasien ini adalah :
Pasien juga mendapatkan terapi proterine 2 ampul yang di drip di dalam infus
D5% dengan tetesan 20/menit. Proterine memiliki kandungan Isoxsuprine HCl,
yang diberikan dengan indikasi relaksasi uterus, gangguan vaskular perifer,
arteriosklerosis obliterans, tromboangitis obliterans, penyakit Raynauld.
Asam traneksamat bekerja dengan cara memblok ikatan plasminogen dan plasmin
terhadap fibrin ; inhibisi terhadap plasmin ini sangat terbatas pada tingkat tertentu.
Asam traneksamat secara kompetitif menghambat aktivasi plasminogen (melalui
mengikat domain kringle), sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi
plasmin (fibrinolisin), enzim yang mendegradasi pembekuan fibrin, fibrinogen,
dan protein plasma lainnya, termasuk faktor-faktor prokoagulan V dan VIII. Asam
traneksamat juga langsung menghambat aktivitas plasmin, tetapi dosis yang lebih
tinggi diperlukan daripada yang dibutuhkan untuk mengurangi pembentukan
plasmin.
5
Pada pasien ini juga dilakukan tatalaksana non-medikamentosa. Adapun
tatalaksana non-medikamentosa pada pasien ini adalah :
No. Tatalaksana Non-Medikamentosa
1. Bedrest total
2. Rencana USG konfirmasi
Pasien diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi aktivitas yang dapat memicu terjadinya abortus yang
berlanjut. Pasien boleh dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan dan dengan
pesan khusus untuk tidak berhubungan seksual hingga 2 minggu.
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20
minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah
mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
6
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang
(secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan
pada rahim.
Kontrol :Saat dilaporkannya portopolio ini, pasien masih dirawat dengan keluhan
Pasien masih mengalami ngeflek namun sudah jauh berkurang dibanding yang
sebelumnya.