Anda di halaman 1dari 7

PORTOFOLIO

Topik :
Tanggal (kasus) : 1 Agustus 2017 Presenter : dr. Hein Intan Wulandari
Tanggal presentasi : 17 September 2017 Pendamping : dr.Hilda Fitri
Tempat presentasi : Aula Sanitasi RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung
Obyektif presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi :
 Tujuan :Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan Abortus Imminens
Bahan bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Pusaka
Cara membahas :  Diskusi  Presentasi  Email  Pos
dan diskusi

Data pasien : Nama : Ny.R/23 tahun No. registrasi :-


Nama klinik : Telp : - Terdaftar sejak : 1 Agutus 2017
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : G2 P0 A1 Hamil ± 9 minggu dengan Abortus Imminens
2. Riwayat Pengobatan :Pasien belum pernah melakukan pengobatan selain di rumah
sakit.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 1
hari SMRS. Keluhan berupa gumpalan darah, sebanyak lebih kurang 1 pembalut
berwarna merah segar bercampur kehitaman. Pasien juga merasakan adanya mules
yang menjalar ke pinggang.
4. Riwayat Keluarga/ Masyarakat : -
5. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :

1. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta


2. Pritchard JA, MacDonald PC, GANT nf. Williams Obstetrics, 20th ed. R,
Hariadi, R Prajitno Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Wiliams. Edisi
20. Surabaya : Universitas Airlangga.
3. Winkjosastro, Hanifa dkk. 2010. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
4.
Hasil Pembelajaran :

1. Jenis-jenis abortus
2. Diagnosis abortus imminens
3. Penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosaabortus imminens
4. Mengetahui faktor risiko abortus imminens

1
Subyektif
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan kehitaman, berbentuk gumpalan dan
cukup banyak, hingga pasien harus mengganti pembalut sebanyak 1-2x sejak
terjadinya perdarahan. Pasien juga mengeluhkan sedikit mulas. Saat ini, Pasien
sedang hamil. Hal ini dibuktikan pasien dengan melakukan tes kehamilan yang
dijual dipasaran. Pasien juga menceritakan hari pertama haid terakhir yakni pada
tanggal 28 Mei 2017. Saat terjadinya perdarahan, pasien tidak mengalami trauma
sebelumnya, tidak berhubungan suami istri, tidak mengonsumsi obat-obatan
tertentu dan tidak menderita suatu penyakit kronis.

Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CM, GCS : 15
Status Gizi : Cukup
Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi 80x/menit, isi tegangan cukup
 Respirasi rate : 20x/menit
 Suhu : 36,6°𝐶
Pada pemeriksaan status generalis ditemukan :
 Kepala : Normoochepal, simetris.
 Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor (3 mm/3mm), Reflek cahaya (+/+).
 Hidung : Nafas cuping hidung (-), darah (-), secret (-).
 Telinga : Darah (-), secret (-).
 Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-).
 Leher : JVP tdk meningkat, trakea di tengah
 Thorax : Emfisema subkutis (-), jejas(-)
 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

2
 Palpasi : Ictus cordis tidak kuat
 Perkusi : Batas jantung kesan dalam batas normal
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)

 Paru
 Inspeksi : Pada saat statis maupun dinamis, gerakan dada
simetris. Retraksi intercostal(-).
 Palpasi : Fremitus raba kanan-kiri simetris
 Perkusi : Sonor (+/+)
 Auskultasi : Vesikuler (+/+)

 Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba

 Trunk

Inspeksi : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)


Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Nyeri ketok (-)

 Ekstremitas
Oedem : (-/-)
Akral : Hangat

Pada pemeriksaan status ginekologi, ditemukan :


 Tinggi fundus uteri : tidak teraba
 Inspekulo : oue tertutup
 Perdarahan : tidak aktif

3
2. Laboratorium
 Darah Lengkap :
Hb : 12,4 gr/dl
Hematokrit : 35,4%
Leukosit : 7270/uL
Trombosit 301.000
 Urinalisa :
Warna : Kuning keruh
Ph : 6,5
Eritrosit : +3 (20-30/LPB)
Leukosit : 10-20/LPB
Test kehamilan : (+)

Assessment (Penalaran Klinis)


Pasien datang ke IGD RSUD Dr.A Dadi Tjokrodipo dengan keluhan keluar darah
dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar dan
kehitaman, berbentuk gumpalan dan cukup banyak, hingga Pasien harus
mengganti pembalut sebanyak 1-2x sejak terjadinya perdarahan. Pasien juga
mengeluhkan sedikit mulas. Saat ini, pasien sedang hamil. Saat diperiksa ulang di
lab didapatkan hasil positif untuk kehamilan pasien . Dari HPHT, diketahui bahwa
pasien sedang hamil lebih kurang 9 minggu. Saat terjadinya perdarahan, pasien
tidak mengalami trauma sebelumnya, tidak berhubungan suami istri, tidak
mengonsumsi obat-obatan tertentu dan tidak menderita suatu penyakit kronis. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan tanda-tanda vital dan status generalis
pasien dalam batas normal. Dilakukan palpasi pada regio abdomen, dan tinggi
fundus uteri tidak dapat diraba. Dilakukan pemeriksaan inspekulo, dan diketahui
bahwa ostium uteri eksternum dalam keadaan tertutup dan perdarahan pun dalam
kondisi tidak aktif.

4
Plan
Diagnosis : G2 P0 A1 Hamil ± 9 minggu dengan Abortus Imminens
Pengobatan : Pada pasien ini dilakukan tatalaksana medikamentosa dan
nonmedikamentosa. Adapun tatalaksana medikamentosa yang diberikan pada
pasien ini adalah :

No. Tatalaksana Medikamentosa


1. Injeksi ceftriaxone 1gr ekstra
2. Drip 2 ampul proterine didalam IVFD D5% gtt 20/menit
3. Injeksi asam tranexamat 500mg/8 jam

Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin yang menempel pada 1 atau lebih


protein yang melekat pada penisilin, yang menghambat transpeptidasi akhir pada
proses sintesis proteoglikan pada dinding bakteri, menghambat biosintesis hingga
menimbulkan kematian sel. Didistribusikan secara luas pada jaringan dan cairan.
Melewati plasenta dan asi (konsentrasi yang rendah). Pada pasien ini hanya
diberikan injeksi ceftriaxone secara ekstra kemungkinan dicurigai penyebab
terjadinya abortus pada pasien ini dapat disebabkan infeksi.

Pasien juga mendapatkan terapi proterine 2 ampul yang di drip di dalam infus
D5% dengan tetesan 20/menit. Proterine memiliki kandungan Isoxsuprine HCl,
yang diberikan dengan indikasi relaksasi uterus, gangguan vaskular perifer,
arteriosklerosis obliterans, tromboangitis obliterans, penyakit Raynauld.

Asam traneksamat bekerja dengan cara memblok ikatan plasminogen dan plasmin
terhadap fibrin ; inhibisi terhadap plasmin ini sangat terbatas pada tingkat tertentu.
Asam traneksamat secara kompetitif menghambat aktivasi plasminogen (melalui
mengikat domain kringle), sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi
plasmin (fibrinolisin), enzim yang mendegradasi pembekuan fibrin, fibrinogen,
dan protein plasma lainnya, termasuk faktor-faktor prokoagulan V dan VIII. Asam
traneksamat juga langsung menghambat aktivitas plasmin, tetapi dosis yang lebih
tinggi diperlukan daripada yang dibutuhkan untuk mengurangi pembentukan
plasmin.

5
Pada pasien ini juga dilakukan tatalaksana non-medikamentosa. Adapun
tatalaksana non-medikamentosa pada pasien ini adalah :
No. Tatalaksana Non-Medikamentosa
1. Bedrest total
2. Rencana USG konfirmasi

Pasien diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi aktivitas yang dapat memicu terjadinya abortus yang
berlanjut. Pasien boleh dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan dan dengan
pesan khusus untuk tidak berhubungan seksual hingga 2 minggu.

Pendidikan : Dilakukan kepada pasien dan keluarga untuk menjaga kehamilan


dengan membentuk pola hidup sehat, menjaga pola makan dan mengurangi
aktivitas. Pasien juga diminta untuk melakukan kontrol rutin untuk evaluasi
keadaan janin dan identifikasi penyebab abortus berulang yang terjadi pada pasin.
Abortus/keguguran sendiri artinya suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.

Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20
minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah
mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion

6
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum


menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang
tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi
janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.

2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan


pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah
tinggi yang menahun.

3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.

4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang
(secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan
pada rahim.

Konsultasi : Dijelaskan secara rasional tentang diagnosa dan tatalaksana yang


diberikan hingga komplikasi penyakit.

Rujukan :Rujukan kepada dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Kontrol :Saat dilaporkannya portopolio ini, pasien masih dirawat dengan keluhan
Pasien masih mengalami ngeflek namun sudah jauh berkurang dibanding yang
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai