Anda di halaman 1dari 15

Nama Peserta: dr.

Elsa Fitriani
Nama Wahana: Puskesmas Kecamatan Kalideres
Topik: Sifilis pada Pada Kehamilan
Tanggal (Kasus): 21 April 2016
Nama Pasien: Ny. U No RM: 456/36
Tanggal Presentasi: Nama Pendamping: dr. Rina Handayani
Tempat Presentasi: Puskesmas Kecamatan Kalideres
Obyektif Presentasi: Mempertajam diagnostik dan manajemen tepat Sifilis pada
kehamilan
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi □ Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi: Ibu hamil, 34 tahun, Keputihan
 Tujuan: Menentukan diagnosis kehamilan dengan sifilis dan
Tatalaksananya
Bahan
 Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Bahasan:
Cara
 Diskusi  Presentasi dan Diskusi  Email  Pos
Membahas:
Data Pasien Nama: Ny. U No Registrasi: 456/36
Nama Klinik: PKC Kalideres Telpon: Terdaftar Sejak: 2016
Data Utama dan Bahan Diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Ny. U, 34 tahun, perempuan datang ke Puskesmas Kecamatan Kalideres untuk
kontrol kehamilan anak ketiga. Pasien mengeluh keputihan sejak 1 bulan yang lalu,
bewarna putih kekuningan dan berbau tidak sedap. Pada awalnya keputihan tersebut
keluar hanya sedikit tp kemudian bertambah banyak.
Selain itu pasien mengeluh bercak merah didaerah kemaluan yang tidak gatal
,disekitar bercak kemerahan dirasakan ada tonjolan-tonjolan kecil yang tidak nyeri.
Pasien juga mengatakan kadang merasa demam dan pegal-pegal di seluruh badan
sejak mengalami keluhan ini. Nyeri saat berkemih dan saat melakukan hubungan
sexual disangkal. Pasien belum pernah mendapat pengobatan untuk keluhan-

1
keluhannya tersebut.
Sejak hamil pasien mengaku jarang melakukan hubungan suami istri di
karenakan pekerjaan suami sebagai supir antar kota yang jarang pulang ke rumah.
Pasien menyangkal berhubungan sexual selain dengan pasangan. Ketika ditanyakan
apakah suami punya keluhan serupa, pasien mengatakan tidak begitu
memperhatikan. sebelum hamil pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi berupa
pil KB selama 5 tahun,saat berhungan sexual pasien tidak pernah menggunakan
kondom.
Pasien mengatakan cukup menjaga kebersihan daerah kewanitaan dengan
mengganti celana dalam dua kali sehari.
Selain itu, keluhan keluar air – air dan keluar darah dari jalan lahir disangkal,
pasien juga mengatakan masih merasakan gerakan janinnya pasien juga tidak sesak,
tidak mual maupun muntah. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada gangguan
2. Riwayat Pengobatan
Pasien biasa kontrol Ante Natal Care di bidan swasta maupun di poli KIA Puskemas
Kecamatan Kalideres
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat diabetes mellitus (-)
 Riwayat kolesterol tinggi (-)
 Riwayat penyakit jantung sebelumnya (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)
 Riwayat Alergi obat (+)  penicilin
4. Riwayat Keluarga
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat diabetes mellitus (-)
 Riwayat kolesterol tinggi (-)
 Riwayat penyakit jantung sebelumnya (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)
5. Lain-lain:
Pasien sedang hamil ketiga ,usia kehamilan 16 minggu
Pasien memiliki dua anak

2
1. Laki-laki  usia 12 tahun
2. Laki-laki usia 5 tahun
Daftar Pustaka
1. Cunningham FG, Gant NF et al. 2014. Obstetri Williams 24th edition. Jakarta : EGC
2. Muchtar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
3. Manuaba, Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
4. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
5. Pawiroharjo, Sarwono.1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
6. Syaifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarata : Yayasan Bina Pustaka
7. Ratna, Eni, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
8. Rabe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates
Hasil Pembelajaran
1. Penegakan diagnosis Sifilis Pada Kehamilan
2. Penatalaksanaan Infeksi Sifilis Pada Kehamilan

3
1. Subyektif
. Ny. U, 34 tahun, perempuan datang ke Puskesmas Kecamatan Kalideres untuk
kontrol kehamilan anak ketiga. Pasien mengeluh keputihan sejak 1 bulan yang lalu,
bewarna putih kekuningan dan berbau tidak sedap. Pada awalnya keputihan tersebut
keluar hanya sedikit tp kemudian bertambah banyak.
Selain itu pasien mengeluh bercak merah didaerah kemaluan yang tidak gatal
,disekitar bercak kemerahan dirasakan ada tonjolan-tonjolan kecil yang tidak nyeri. Pasien
juga mengatakan kadang merasa demam dan pegal-pegal di seluruh badan sejak
mengalami keluhan ini. Nyeri saat berkemih dan saat melakukan hubungan sexual
disangkal. Pasien belum pernah mendapat pengobatan untuk keluhan-keluhannya tersebut.
Sejak hamil pasien mengaku jarang melakukan hubungan suami istri di karenakan
pekerjaan suami sebagai supir antar kota yang jarang pulang ke rumah. Pasien
menyangkal berhubungan sexual selain dengan pasangan. Ketika ditanyakan apakah
suami punya keluhan serupa, pasien mengatakan tidak begitu memperhatikan. sebelum
hamil pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi berupa pil KB selama 5 tahun,saat
berhungan sexual pasien tidak pernah menggunakan kondom.
. Pasien mengatakan cukup menjaga kebersihan daerah kewanitaan dengan mengganti
celana dalam dua kali sehari.
Selain itu, keluhan keluar air – air dan keluar darah dari jalan lahir disangkal, pasien
juga mengatakan masih merasakan gerakan janinnya pasien juga tidak sesak, tidak mual
maupun muntah. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada gangguan

2. Objektif
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Tanda-tanda Vital :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS 15)
Tekanan Darah : 120/80 MmHg,
Nadi : 76 kali per menits
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 37,1oC
Berat badan : 61 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Lingkar lengan atas : 25,5 cm

4
Status Generalis :
Kepala : dalam batas normal
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, refleks
cahaya +/+
THT : nyeri tekan tragus dan mastoid -/-, keluar cairan & darah -/-, serumen -/-,
concha nasal hiperemis (-/-), sekret concha nasal (-/-) faring hiperemis
(-), tonsil T1-T1
Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
Thorax : pergerakan dada simetris
Paru :
Inspeksi : Pergnerakan hemitoraks kanan dan kiri simetris saat statis
dan dinamis, bentuk dada simetris, sikatriks (-)
Palpasi : Femitus taktil dan femitus vokal normal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Jantung :
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus Cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan di ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri di ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas pinggang jantung di ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, Murmur (-), Galop (-)

Abdomen : supel, linea nigra (+) nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, nyeri ketok
CVA -/-, nyeri tekan suprapubik (+), organomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3 detik, edema pada kedua tungkai bawah (-)

Status Obstetri

HPHT : 6 januari 2016


HTP :13 Oktober 2016

Leopold I
Leopold II
Leopold III Ballotement (+)
Leopold IV
Auskultasi  DJJ : 144x/mnt

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil

Hemoglobin 11,7

5
Golongan darah 0
Rhesus +
Tes Kehamilan +

TPHA +
VCT Non reaktif

SWAB VAGINA

Clue cells (-)


Epitel (-)
Leukosit (-)
Hifa (-)
Spora (-)

3. Assessment
3.1 PENGERTIAN

Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum , yang merupakan
penyakit kronis dan bersifat sistemik . selama perjalanan penyalit ini dapat menyerang seluruh
organ tubuh.

3.2 ETIOLOGI

Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika hubungan seksual dengan
cara kontak langsung dari luka yang mengandung treponema.
Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada kulit. 10-90 hari
sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada kulitprimer (chancre atau ulkus
durum).
Chancre ini kelihatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Tes serologik
untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai timbulnya chancre, tetapi kemudian
menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu. 2-6 minggu sesudah tampak luka primer, maka dengan
penyebaran treponema pallidium diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit

6
sebagai gejala sifilis sekunder.
Erupsi pada kulit dapat terjadi spontandalam waktu 2-6 minggu. Pada daerah anogenital
ditemukan kondilomata lata. Tes serologik hampir seluruh positif selama fase sekunder ini,
sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten yang dapat berlangsung seumur hidup, atau
dapat menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga kasus yang tidak diobati, tampak manifestasi yang
nyata dari sifilis tersier.

3. 3 GAMBARAN KLINIK

1. Sifilis primer
Chancre atau ulkus durum kelihatan pada tempat masuknya kuman, 10-90 hari setelah
terjadinya infeksi. Chancre berupa papula atau ulkus dengan pinggir-pinggri yang meninggi,
padat, dan tidak sakit. Luka tersebut paa alat genital biasanya terdapat vulva dan terutama
pada labia, tetapi bisa juga pada serviks. Luka primer kadang-kadang terjadi pada selaput
lendir atau kulit ditempat lain (hidung, dada, perineum, dan lain-lain), dan pemeriksaan
medan gelap (dark-field) perlu dilakukan usaha untuk menemukan treponema pallidium
disemua luka yang dicurigai. Tes serologik harus dibuat setiap minggu selama enam minggu.

2. Sifilis sekunder
Gejala pada kulit timbul kira-kira 2 minggu – 6 bulan (rata-rata 6 minggu) setelah hilangnya
luka primer. Kelainan yang khas pada kulit bersifat makulopapiler, folikuler, atau postuler.
Karakteristik adalah alopesia rambut kepala yang tidak rata (month eaten) pada daerah
oksipital. Alis mata dapat menghilang pada sepertiga bagian lateral. Papula yang basah dapat
dilihat pada daerah anogenital dan pada mulut. Papula ini dekenal dengan nama kondilomata
lata, dan mempunyai arti diagnostik untuk penyakit ini. Kondilomata lata agak meninggi,
berbentuk budar, pinggirnya basah dan ditutup oleh eksudat yang berwarna kelabu.
Treponema pallidium dapat dijumpai pada luka ini dan tes srologik biasanya positif.
Limfadeno patia adalah tanda penting, kadang-kadang splenomegali dijumpai juga. Aspirasi
dengan jarum dari kelenjer limfe yang bengkak pada biasanya menemukan cairan yang
mengandung treponema pallidium yang dapat dilihat pada pemeriksaan lapangan gelap.

3. Sifilis laten

7
Tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala klinis. Tanda positif hanya serum yang reaktif, dan
kadang-kadang cairan spinal juga reaktif. Jika fase laten berlangsung sampai 4 tahun, maka
penyakit ini tidak menular lagi, kecuali pada janin yang dikandung wanita yang berpenyakit
sifilis.

4. Sifilis tersier
Kadang pada vulva ditemukan gumma. Disini ada kecendrungan bagi gumma untuk menjadi
ulkus nekrosis dan indurasi pada pinggirnya.

5. Sifilis dan kehamilan


Paling sedikit dua sepertiga dari wanita hamil dengan sifilis berumur 20-30 tahun. Efek sifilis
pada kehamilan dan janin terutama tergantung pada lamanya infeksi terjadi, dan pada
pengobatannya. Jika penderita diobati dengan baik, ia akan melahirkan bayi yang sehat. Jika
ia tidak diobati, ia akan mengalami abortus, atau aborataus prematurus dengan meninggal atau
dengan tanda-tanda kongenital.
Apabila infeksi dengan sifilis terjadi pada hamil tua, maka plasenta memberikan perlindungan
terhadap janin dan bayi dapat dilahirkan sehat. Apabila infeksi terjadi sebelum plasenta
terbentuk dan dilakukan pengobatan segera, infeksi pada janin mungkin dapat dicegah. Pada
tiap pemeriksaan antenatal perlu dilakukan tes serologik terhadap sifilis.
3.4 PENGARUH SIFILIS
 Terhadap kehamilan
1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke-16 kehamilan, dimana Treponema telah dapat
menembus barier plasenta.
2. Akibatnya: kelahiran mati dan partus Prematurus.
3. Bayi lahir dengan lues kongenital: Pemfigus sifilitus, dekskuamanasi telapak tangan-kaki
serta kelainan mulut dan gigi.
4. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues kongenital.

 Terhadap janin dan neonatus


Dahulu, sifilis merupakan penyebab dari 1/3 kasus lahir mati. Sifilis sekarang
memiliki peran yang kecil tetapi presisten dalam kematian janin. Spiroketa mudah menembus
placenta dan dapat menyebabkan infeksi congenital karna adanya imuno- inkompetensi

8
relative sebelum 18 minggu, janin biasanya tidak memperlihatklan gejala kllinis jika
terinfeksi sebelum kurun ini. frekunsi sifilis congenital bervariasi sesuai stadim damn durasi
infeksi pada ibu.. insidensi tertinggi adalah pada neonatus yang lahir dari ibu dengan sifilis
dini ( primer, sekunder, atau laten dini insidensi terendak pada penyakit laten lanjut ) penting
di ketahui bahwa stadim sifilis pada ibu dapat menyebabkan infeksi pada janin. Infeksi sifilis
congenital di bagi menjadi stadium dini yang bermanisvestasi pada masa neonatus, dan
penyakit stadim lanjut yang bermanivestasi pada remaja.
Anjuran terapi untuk wanita hamil dengan sifilis

kategori Terapi
- sifilis dini Penicillin G benzatin, 2,4 juta unit intramuskulus
sebagai suntikan tunggal, sebagian menganjurkan
dosis kedua 1 minggu kemudian

- sifilis dengan durasi Penicillin G benzatin, 2,4 juta unit intramuskulus


lebih dari 1 tahun setipa minggu untuk 3 dosis
- neoroafilis
Penicillin G kristal cair, 3-4 juta unit intravena setipa
4 jam selama 10-14 hari.

Penicillin prokain cair, 2,4 juta unit intramuskulus


setiap hari, plus setiap hari, plus probenerid 500 mg
peroral 4kali sehari, keduanya selama 10-14 hari.

Tindak lanjut
Kontrak sesual dalam 3 bulan terakhir perlu di evaluasi untuk sifilis dan terapi secara
presumtif. Meskipun seronegative. Titer serologis ibu perlu di periksa setiap bulan dan saat
persalinan untuk memastikan respons serologis terhadap terapi atau mengetahui reinfeksi
pada kelompok beresiko tinggi ini. peningkatan titer 4 kali lipat atau lebih mengisyaratkan
reinfeksi atau kegagalan pengobatan sebagai contoh, titer VDRL yang semula 1: 4 dan
kemudian meningkat menjadi 1: 16 mengisyaratkan reinfeksi.

9
Siklus pada Kehamilan Dan Sifilis Kongenital
Pada masa belum dikenal antibiotika,seorang ibu dari bayi yang menderita sifilis
kongenital akan memberi keterangan bahwa telah menjadi keguguran yang kemudian diikuti
lahirnya bayi prematur meningggal waktu lahir dan selanjutnya lahir cukup umur meninggal
waktu lahir dan kemudian lahir bayi yang sehat.
Hal tersebut dapat dijelaskan adanya kemungkinan “ternonema” keluar secara berkala
dari jaringan limfoid kedalam peredaran darah pada sifilis lanjut. Maka bila hal tersebut
terjadi bayi dalam kandungan akan terinfeksi. Seorang wanita yang menderita sifilis dini,
tidak nmendapat pengobatan 30% bayi akan meninggal dalam kandungan, 30% meninggal
setalah lahir, terinfeksi tetapi masih hidup sekitar 40% yang disertai gejala-gejala sifilis lanjut.
Sifilis Kongenital Dini
Pada sifilis kongenital dini tanda dan gejala yang khas muncul sebelum umur 2 tahun.
Lebih awal munculnya manifestasi klinis,akan lebih jelek prognosisnya.
Tanda-tanda tersebut adalah
1. Lesi kulit terjadi segera setalah lahir, berupa lesi vesikobulosa yang akan berlanjut menjadi
erosi yang tertutup kusta. Lesi kulit yang terjadi pada beberapa minggu kemudian berupa
populoskuamosa dengan distribusa simetris.
2. Lesi pada selaput lendir. Selaput lendir hidung, faring dapat terkena serta mengeluarkan
sekresi. Sekresi hidung disertai darah pada bayi baru lahir merupakan tanda khas sifilis kulit
dan selaput lendir dipenuhi “T.Pallidum”.
3. Tulang. Terjadi osteokondritis tulang panjang.walaupun hanya sebagian ditemukan tanda
klinis, hampir semua penderita menunjukkan kelainan radiologis.
4. Anemia hemolitik
5. Hepatosplenomegali
6. Sistem syaraf pusat,dijumpai kelainan sumsum tulang belakang.

Sifilis Kongenotal Lanjut


Tanda-tanda sifilis lanjut:
1. Keratitis interstitialis
Biasanya terjadi pada umur pubertas dan bilateral.Pada kornea timbul pengaburan menyerupai
gelas disertai vaskularisasi sklera.
2. Gigi hutchinson

10
Kurangnya perkembangan gigi,maka insisor tengah menyerupai tong disertai takikdan lebih
kecil dari nomal.
3. Gigi mulberry
Pada molar pertama kelainan pertumbuhan pada bagian mahkota.
4. Gangguan syaraf pusat VIII
Ketulian biasanya terjadi mendekati masa pubertas tetapi kadang-kadang terjadi pada
setengah umur.
5. Neurofilis
Menunjukkan kelainan seperti manifestasi sifilis yang didapat,peresis lebih sering terjadi
dibandingkan pada orang dewasa.
6. Tulang
Terjadi sklerosis sehingga tulang kering menyerupai pedang (sabre). Tulang frontal yang
menonjol atau dapat terjadi kerusakan akibat gomma yang menyebabkan destruksi terutama
pada septum nasi.
7. Kulit
Timbul fisira disekitar rongga mulut dan hidung disertai ragado yang disebut sifilis rinitis
infantil.
8. Lesi kardiovaskuler
9. Clutton’s joint
Stigmata Sifilis Kongenital
Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta meninggalkan parut dan
kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian merupakan stigmata sifilis kongenital.

1. Stigmata Lesi Dini


 Gambaran muka yang menunjukkan saddlenosa
 Gigi menunjukkan gambar gigi insisor hutchinson dan gigi mullberry
 Ragades
 Atrofi dan kelainan akibat peradangan
 Koroidoretinitis, membentuk daerah parut putih dikelilingi pigmentasi pada retina

2. Stigmata dan Lesi Lanjut


 Lesi pada kornea: kekabuaran kornea sebagai akibat ghort vessels.

11
 Lesi tulang, sabre tibia, akibat osteoperiostitis
 Atrofi optik tersendiri tanpa iridoplegia
 Ketulian syaraf.

3.5 DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus dikonfirmasikan dengan


pemeriksaan laboratorium berupa :
1. Pemeriksaan lapangan gelap dengan bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi, untuk melihat
adanya T. Pallidum
a. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field)
Ruam sifilis primer, dibersihkan dengan larutan Nacl fisiologis, serum diperoleh dari bagian
dasar lesi dengan cara menekan lesi dan serum akan keluar. Diperiksa dengan mikroskop
lapangan gelap menggunakan minyak imersi T. Pallidum berbentuk ramping, gerakan lambat
dan angulasi
b. Mikroskop fluoresensi
Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton. Sediaan diberi
antibiotic spesifik yang dilabel fluoresensi, kemudian diperiksa dengan mikroskop
fluoresensi. Peneliti lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat member hasil non spesifik
dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan lapangan gelap.

2. Penentuan antibody didalam serum


Pada waktu terjadi infeksi treponema, baik yang menyebabkan sifilis, frambusio atau
pinta akan dihasilkan berbagai variasi antibody. Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang
mendeteksi antibody non spesifik, akan tetapi dapat menunjukkan reaksi dengan IgM dan IgG
adalah :
a. Tes yang menentukan antibody nonspesifik
 Tes wasserman
 Tes khan
 Tes VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory)
 Tes RPR (Rapid Plasma Reagin)

12
 Tes automated regain
b. Antibody terhadap kelompok antigen yaitu
 Tes RPCF (reiter protein complement fixation)
c. Yang menentukan antibody spesifik yaitu
 Tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization)
 Tes FTA – ABS (Fluorescent Treponema Absorbed)
 Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)
 Tes ELisa (Enzyme Linked immune sorbent assay)

3.6 PENGOBATAN

1. Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaliknya sebelum hamil atau
pada trimester I untuk mencegah penularan terhadap janin.
2. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes ix Wasserman dan VDRL, bila perlu diobati.
3. Terapi:
 Suntikan Penisilin 6 secara intramuskular sebanyak 1 juta satuan perhari selama 8-10 hari.
 Obat-obatan per oral Penisilin dan etromisin.
 Lues kongenital padaneonatus : Penisilin 6.100.000 satuan per kg berat badn sekaligus.

Pemeriksaan penderita setelah pengobatan


 Pemeriksa penderita sifilis harus dilakukan,bila terjadi infeksi ulang setelah
pengobatan,setelah pemberian penisilin 6,maka setiap pasien harus diperiksa 3 bulan
kemudian untuk penentuan hasil pengobatan.
 Semua penderita sifilis kardivaskuler dan neorosirilis harus diamati bertahun-tahun,trmasuk
klinisserologis,dan pemeriksaan CSTG dan bila perlu radiologis.
 Pada semua tingkat sifilis,pengobatan ulang ulang diberikan bila:
o a.tanda-tanda dan gejala klinis menunjukkan sifilis aktif yang perdsisten atau berulang
o b.terjadi kenaikan titer tes nontreponemal lebih dari dua kalipengenceran ganda
o c.pada mulanya tes neotreponemal dengan titer tinggi (>1/8) persisten bertahan
 Harus dilakukan pemeriksaan CSTG setelah diberi pengobatan,kecuali ada infeksi ulang atau
didonosis sifilis dini dapat ditegakkan.

13
 Penderita harus diberi pengobatan ulang terhadap sifilis yang lebih dari 2 tahun.Pada hanya
sekali pengobatan ulang dilakukan sebab pengobatan yang cukup pada penderita akan stabil
dengan titel rendah.

Reaksi penisilin
Dapat terjadi alergi atupun syok anapilatik sebagai reaksi terhadap penisilin.Dapat
terjadi reaksi psudo.Alergi pada kulit yaitu reaksi jarish-herx heimier dan hoigine (gejala
psikotit akut akibat prokain dalam penisilin).
Tanda-tanda JH (reaksi jerisch herxheimier) ialah:
1.Terjadi kenaikan suhu tubuh yang disertai menngigil dan berkeringat
2.Lesi bertambah jelas,misalnya lesi sifilis lebih merah
3.perubahan fisiologis yang khas termasuk fisiokonttriksi dan hiperventilasi dan kenaikan
tekanan darah dan output jantung

4. Plan
Rencana pentalaksanaan yang akan diberikan pada pasien ini sesuai dengan referensi, maka
dilakukan penatalaksanaan sebagai berikut :
A. Farmakoterapi
o Sulfas Ferros Tablet 1 x 1 tablet
o Calsium laktat 1 x 1 tablet
o Asam Folat tablet 1 x 1 tablet
o Eritromisin 500 mg tablet 4 x 1 tablet berikan selama 15 hari

B. Non Farmakoterapi
o Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita, dan menjelaskan penyakitnya
tersebut membutuhkan perhatian khusus
o Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan area kewanitaan
o Menyarankan suami pasien untuk di periksa karena ada kemungkinan menderita
penyakit yang sama
o Menyarankan pasien untuk tidak berganti-ganti pasangan serta memakai kondom pada

14
sat melakukan hubungan sexual.
o Edukasi pasien cara membasuh area kewanitaan setelah berkemih
o Edukasi pasien untuk tidak menggunakan pencuci area kewanitaan
o Edukasi pasien untuk mencuci tangan sebelum dan setelah membasuh area kewanitaan
o Edukasi pasien untuk rutin melakukan ante natal care
o Menjadwalkan kunjungan ulang
o Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi

15

Anda mungkin juga menyukai