Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
PREEKLAMPSIA BERAT
Disusun Oleh:
Marina Tandarto 1910017052
Inna Adilah 1910017053
Noverita Febriani 1910017056
Pembimbing:
Dr. H. Handy Wiradharma, Sp. OG
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui teori tentang preeklampsia berat serta kesesuaian antara teori dengan
kasus nyata.
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Selasa, 31 Juli 2018 pukul
08.25 WITA di ruang VK Mawar RSUD A.W. Sjahranie Samarinda.
2.1. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny. MBH
Umur : 23 tahun
Agama : Katolik
Suku : Flores
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Samarinda
Masuk Rumah Sakit : Selasa, 31 Juli 2018, Pukul 07.30 WITA
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama :
Perut kencang-kencang
Riwayat Menstruasi:
Menarche : usia 14 tahun
Siklus haid : 29 hari dan teratur
Lama haid : 3 hari, dengan banyak 3-4 kali ganti pembalut/hari
HPHT : 14-11-2017
Taksiran persalinan : 21-08-2018
Riwayat Perkawinan:
Perkawinan yang pertama, umur pertama kali menikah 22 tahun, dan lama
menikah 1 tahun.
Riwayat Obstetri
Tahun 2018/hamil ini.
Riwayat Kontrasepsi:
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
- Co. dr.Sp.OG :
Protap MgSO4:
a. Bolus MgSO4 10cc (4 gr/IV)
b. Drip MgSO415 cc (6gr) dalam 500cc RL
Nifedipin 3x10 mg
Inj. Cefotaxime 1 gr/8 jam IV
Observasi di VK
3.1 Definisi
Preeklampsia dan eklampsia yang dikenal dengan nama toksemia gravidarum
merupakan suatu sindrom yang berhubungan dengan vasospasme, peningkatan
resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ yang ditandai adanya
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Adanya kejang dan
koma lebih mengarah pada kejadian eklampsi (Sumulyo, e.c.t., 2017). Diagnosis
preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan
kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas
20 minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi
dan proteinuria yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with
proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,
beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multisistem
lain yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien
tersebut tidak mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai
sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan
kehamilan normal (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia [POGI], 2016)
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah sekurang-
kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik (POGI, 2016).
3.2 Epidemiologi
Organisasi WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di
negara berkembang daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di negara maju
adalah 1,3% - 6%, sedangkan di negara berkembang adalah 1,8% - 18%. Insiden
preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273 kasus per tahun atau sekitar 5,3%
(Osungbade & Ige, 2011).
Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
di dunia, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia, preeklampsia berat
dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu sebesar 1,5% - 25%. Sedangkan
kematian bayi yang terjadi akibat preeklampsia adalah 45% - 50% (Djanah & Sukma,
2010).
3.4 Etiopatologis
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sampai saat ini belum diketahui pasti.
Beberapa penjelasan mengenai patogenesisnya masih berupa teori. Teori-teori yang
saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut.
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, dengan alasan yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke lapisan otot polos vaskuler, sehingga lapisan otot beregenerasi dan
arteri spiralis dapat berdilatasi. Dilatasi lumen dan matriks di sekitar vaskuler
memberi efek menurunkan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan
peningkatan aliran darah ke jaringan plasenta & janin sehingga terjadi
remodeling arteri spiralis (Wiknjosastro, 2009).
Pada hipertensi dalam kehamilan, tidak terjadi invasi trofoblas ke lapisan
otot vaskular & matriks sekitarnya. Akibatnya, lapisan myoepitel tetap keras
dan kaku sehingga tidak terjadi vasodilatasi, bahkan relatif mengalami
vasokonstriksi. Efek remodeling arteri spiralis yang normal pun tidak terjadi
yang kemudian menyebabkan peningkatan tekanan darah dan aliran darah
uteroplasenta menurun sehingga terjadi iskemia plasenta (Wiknjosastro, 2009).
2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
a. Iskemia plasenta, dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Pada teori invasi tropoblas, hipertensi dalam kehamilan teradi karena
kegagalan “remodeling arteri spiralis” dengan akibat plasenta mengalami
iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan radikal
bebas/oksidan (senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang
mempunyai elektron yang tidak berpasangan). Salah satu yang dihasilkan
adalah radikal hidroksil, yang bersifat toksis terhadap membran sel
endotel yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak yang akan merusak membran sel, nukleus, dan protein
sel endotel (Wiknjosastro, 2009).
1) Volume Plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna (disebut
hipervolemia), guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Peningkatan
tertinggi volume plasma pada hamil normal terjadi pada umur kehamilan 32-
34 minggu. Sebaliknya oleh sebab yang tidak jelas pada preeklampsi terjadi
penurunan plasma 30%-40% dibanding hamil normal disebut hipovolemi.
Hipovolemi diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi.
Volume plasma yang menurun memberi dampak yang luas pada organ-organ
penting.
2) Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis
hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi
perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah jantung.
Pada preeklampsia peningkatan reaktivitas vaskular dimulai umur kehamilan
20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II. Tekanan
darah yang tinggi pada preeklampsi bersifat labil dan mengikuti irama
sirkadian normal. Tekanan menjadi normal beberapa hari pascapersalinan,
kecuali beberapa kasus preeklampsia berat kembalinya tekanan darah normal
dapat terjadi 2-4 minggu pascapersalinan. Tekanan darah bergantung pada
curah jantung, volume plasma, resistensi perifer dan viskositas darah.
Timbulnya hipertensi adalah akibat vasospasme menyeluruh dengan ukuran
tekanan darah ≥140/90 mmHg selang 6 jam. Dipilihnya tekanan diastolik 90
mmHg sebagai batas hipertensi karena batas tekanan diastolik 90 mmHg yang
disertai proteinuria, mempunyai korelasi dengan kematian perinatal tinggi.
Mengingat proteinuria berkorelasi dengan nilai absolut tekanan darah
diastolik, maka kenaikan perbedaan tekanan darah tidak dipakai sebagai
kriteria diagnosis hipertensi, hanya sebagai tanda waspada.
3) Fungsi ginjal
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
- Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga terjadi
oliguria bahkan anuria.
- Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas
membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan
proteinuria.
- Terjadi Glomerulus capillary endotheliosis akibat sel endotel glomerular
membengkak disertai deposit fibril.
- Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar
korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis korteks ginjal
yang bersifat irreversibel.
- Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan akibat vasospame pembuluh
darah.
a. Proteinuria
- Merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi proteinuria
umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai
preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah lahir lebih dulu
- Pengukuran proteinuria dapat dilakukan dengan
• urin dipstick: 100mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa 2 kali
urin acak selang 6 jam
• Pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila
besaran proteinuria ≥300 mg/24 jam
b. Asam Urat Serum (Uric Acid Serum)
Umumnya meningkat ≥5mg/cc. disebabkan oleh hypovolemia, yang
menimbulkan menurunnya aliran darah ginjal dan mengakibatkan menurunnya
filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan juga
dapat terjadi akibat iskemia jaringan
c. Kreatinin
Kadar kreatinin plasma juga meningkat, akibat hypovolemia. Dapat
mencapai kadar kreatinin plasma ≥1mg/cc, dan biasanya terjadi pada
preeklampsia berat dengan penyulit pada ginjal
4) Elektrolit
Kadar elektrolit menurun pada waktu hamil normal. Pada preeklampsi
kadar elektrolit total sama seperti hamil normal, kecuali bila diuretikum
banyak, restrinsiksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin yang
bersifat antidiuretik. Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa. Pada waktu terjadi kejang
eklampsia kadar bikarbonat menurun, disebabka timbulnya asidosis laktat dan
akibat kompensasi hilangnya karbondioksida.
5) Tekanan osmotic koloid plasma/tekanan onkotik
Osmolaritas serum dan tekanan onkotik menurun pada umur kehamilan
8 minggu. Pada preeklampsia tekanan onkotik makin menurun karena
kebocoran protein dan peningkatan permeabilitas vascular.
7) Viskositas darah
Ditentukan oleh volume plasma, molekul makro (fibrinogen dan
hematokrit). Pada preeklampsia viskositas darah meningkat, mengakibatkan
meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
8) Hematokrit
Pada preeklampsia hematokrit meningkat karena hypovolemia yang
menggambarkan beratnya preeklampsia.
9) Edema
Edema yang terjadi pada kehamilan mempunyai banyak intepretasi, 40%
edem dijumpai pada hamil normal, 60% edem dijumpai pada kehamilan
dengan hipertensi, 80% edem dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan
proteinuria. Edema terjadi karena hipoalbuminia atau kerusakan sel endotel
kapilar. Edem yang patologik adalah edem yang nondependen pada muka dan
tangan, atau edem generalisata, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat
badan yang cepat.
10) Hematologik
Perubahan hemotologik disebabkan hipovolemi akibat vasospame,
hipoalbuminemia hemolisis mikroangiopatik akibat spasme arteriole dan
hemolisis akibat kerusakan endotel arteriole. Perubahan tersebut dapat berupa
peningkatan hematokrit akibat hipovolemia, peningkatan viskositas darah,
trombositopenia, dan gejala hemolisis mikroangiopati.
11) Hepar
Dasar perubahan pada hepar adalah vasospame, iskemia, dan
perdarahan. Bila terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan
terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar.
12) Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa:
- Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak sehingga menimbulkan
vasogenik edema.
- Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus.
Gangguan visus dapat berupa: pandangan kabur, skotomata, amaurosis
yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelainan, dan ablasio retina.
- Hiperrefleksi sering dijumpai pada preeklampsia berat, tetapi bukan faktor
prediksi terjadinya eklampsi.
- Dapat timbul kejang eklamptik. Penyebab kejang eklamptik belum
diketahui dengan jelas. Faktor faktor yang menimbulkan ialah edema
serrebri, vasospamse serebri, dan iskemia serebri.
- Perdarahan intrakranial meskipun jarang, dapat terjadi pada preeklampsia
berat dan eklampsia.
13) Kardiovaskular
Perubahan terjadi karena peningkatan cardiac afterload akibat hipertensi dan
penurunan cardiac preload akibat hypovolemia.
14) Paru
Penderita preeklampsia berat mempunyai risiko besar terjadinya edem paru.
15) Janin
Memberi pengaruh buruk pada Kesehatan janin yang disebabkan oleh
menurunnya perfusi uteroplasenta, dan hypovolemia.
Pemberian antihipertensi
Pasien Ny. MBH usia 23 tahun datang ke IGD RSUD AW. Sjahranie Samarinda
pada hari Selasa, 31 Juli 2018, Pukul 07.30 WITA dengan keluhan utama perut
kencang-kencang. Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, berikut dibawah ini uraian
kesesuaian kasus dengan teori yang ada.
KASUS TEORI
Anamesis: Risiko Tinggi
- Usia 23 tahun - Riwayat preeklampsia
- Perut kencang-kencang - Kehamilan multipel
- Keluar air-air dari vagina - Hipertensi kronis
- Kaki bengkak sejak 1 bulan - Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2
terakhir - Penyakit ginjal
RPD = - - Penyakit autoimun
RPK = -
Riwayat Obstetri: Hamil ini Risiko Sedang
- Nulipara
- Obesitas (Indeks masa tubuh > 30 kg/m2)
- Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara
perempuan
- Usia ≥ 35 tahun
- Riwayat khusus pasien (interval kehamilan >
10 tahun
Didapatkan gejala
- Neurologis: stroke, nyeri kepala, gangguan
visus
- Edema
(POGI, 2016)
Pemeriksaan Fisik:
TTV - Tekanan darah sekurang-kurangnya 160
- TD = 180/100 mmHg, mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada
- N= 103x/menit, dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
- RR = 20 x/menit, menggunakan lengan yang sama (POGI,
- T = 36,5 0C, 2016)
Pemeriksaan Ekstremitas - Edema terjadi karena hypoalbuminemia atau
Bawah: Akral hangat, pitting kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang
edema (+/+), varises (-/-), patologik adalah edema yang nondependent
kekuatan otot 5 pada muka dan tangan, atau edema generalisa
(Sarwono Prawirohardjo, 2010).
Pemberian antihipertensi
- Nifedipin 4x10-30mg po
- Nikardipin 5mg/jam, dapat dititrasi 2,5mg/jam
tiap 5 menit max 10mg/jam
- Metildopa 2x250-500mg po
BAB V
PENUTUP
Cunningham, G. F., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong,C. Y. (2010). Williams Obstetrics (23 ed.). United States: The McGraw-
Hills Company.
Sumulyo G., Iswari W. A, Pardede T. U., Darus F., Puspitasari B., Santana S., Abidin
F., Endjun J. J. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia Berat Tidak
Tergantung Proteinuria. CDK-255, 44(8), 576-579.