Anda di halaman 1dari 52

Refleksi Kasus Maret 2021

“PLASENTA PREVIA”

Disusun Oleh :

Sharon Gabriella Darnel

N 111 19 030

Pembimbing Klinik :

dr. John Abas Kaput, Sp.OG

BAGIAN ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Sharon Gabriella Darnel


No stambuk : N 111 19 030
Program Studi : Profesi Dokter
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
Judul Refka : Plasenta Previa
Bagian : Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian


Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Undata, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tadulako.

Palu, Maret 2021


Mengetahui,

Pembimbing Dokter Muda

dr. John Abas Kaput, Sp. OG Sharon Gabriella


Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap :

- WBC : 16.13 (10^3/uL)


- RBC : 4.65 (10^6/uL)
- HGB : 12.4 (g/dL)
- HCT : 34.8 (%)
- MCV : 74.8 (fL)
- MCH : 26.7 (pg)
- MCHC : 35.6 (g/dL)
- PLT : 210 (10^3/uL)
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. Sunarti
Umur : 30 tahun
Alamat : Jl.Hayam Wuruk Palu
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 01 Maret 2020
Ruangan :Matahari RSUD Undata

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Perdarahan dari jalan lahir
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit Undata Palu dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 6 hari yang lalu. Pasien
mengaku darah yang keluar berwarna merah dengan jumlah yang banyak
+- 3x ganti pembalut. Tidak ada nyeri perut, tidak ada keluar air dan lendir
dari jalan lahir, tidak ada mual dan muntah, BAB lancar dan BAK biasa.
Pasien mengatakan sudah terlambat menstruasi selama 6 bulan, dan sudah
melakukan tes kehamilan di bidan dan dinyatakan positif.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa.
Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal,
hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan
seperti pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes
mellitus, dan asma disangkal dalam keluarga disangkal.
E. Riwayat Menstruasi :
Haid pertama kali usia 13 tahun
Menstruasi teratur
Lama menstruasi 3-7 hari
Haid terakhir tanggal: ??/09/2020
Taksiran Persalinan : ??/06/2021
Jumlah darah haid 3-4 kali mengganti pembalut setiap hari
G. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
Kehamilan keenam, riwayat keguguran dua kali.
H. Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
Pil

III.PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis / E4M6V5
BB : 62 Kg
TB : 158 cm
Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36.6OC

Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sclera tidak ikterus, tidak terjadi pembesaran KGB
dan kelenjar tiroid.

Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris
P : Vocal premitus simetris
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung
dalam batas normal.
A: Bunyi pernapasan vesicular, Bunyi jantung I/II murni Regular.
Abdomen :
I : Tampak cembung
A: Peristaltik usus (Kesan normal)
P : Timpani pada empat kuadran bawah
P : Teraba tinggi fundus uteri setinggi umbilikus

Ekstremitas :
Akral hangat kedua ekstremitas, edema tidak ada

Pemeriksaan Dalam :
Pemeriksaan dalam vagina :
Vulva normal, dinding vagina normal, massa (-), porsio lunak, pembukaan (-),
teraba jaringan, nyeri goyang porsio (-), pelepasan darah (+).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Lengkap
WBC : 16.13 x103/μL
RBC : 4.65 x106/μL
Hb : 12.4 g/dL
HCT : 34.8 %
PLT : 210 x103/μL
HbSAg : (-)

Test kehamilan : (+)


RESUME

Pada refleksi kasus ini dari anamnesis didapatkan masalah pada pasien
dengan kehamilan keenam, riwayat keguguran dua kali. Pasien pada kasus ini
masuk dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 6 hari yang lalu. Pasien
mengaku darah yang keluar berwarna merah kecoklatan dengan jumlah yang
banyak +- 3x ganti pembalut. Tidak ada nyeri perut, tidak ada keluar air dan lendir
dari jalan lahir, tidak ada mual dan muntah. Pasien mengaku kalau hari pertama
haid terakhirnya (HPHT) pada bulan September. Pasien mengaku pernah
melakukan USG pada dokter kandungan dan di diagnosis dengan plasenta previa.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tanda-tanda vital didapatkan tekanan dara 120/80 mmHg, nadi
84x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 36,3oC. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan leopold 1 didapatkan TFU = 20
cm, leopold 2 didapatkan punggung di sebelah kanan, leopold 3 didapatkan
presentasi kepala dan pada leopold 4 janin belum masuk pada pintu atas panggul.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan WBC 16.13 x 103/uL,
RBC 4.65 x 106/ uL, HB 12.4 gr/dL, PLT 210 x 103/uL.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pada pasien ini didiagnosis G6P3A2 Gravid +-24 minggu dengan
Plasenta Previa.
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari jalan lahir yang terjadi
setelah umur kehamilan 22 minggu. Perdarahan antepartum biasanya bersumber
dari kelainan plasenta seperti plasenta previa, solusio plasenta, rupture sinus
marginalis dan vasa previa.1
Pada pasien ini perdarahan antepartum yang terjadi akibat dari plasenta
previa yaitu suatu keadaan dimana letak plasenta yang abnormal, pada segmen
bawah uterus sehingga plasenta menutupi sebagian jalan lahir. Hal ini didukung
oleh terjadinya perdarahan dari jalan lahir berupa darah berwarna merah, tidak
terasa nyeri, terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab serta hasil USG yang memberi
kesan plasenta previa.1
Perdarahan pervaginam pada plasenta previa terjadi tiba-tiba tanpa sebab.
Hal ini terjadi karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung
berkelanjutan secara bertahap dan perlahan, laserasi baru akan terjadi dari
perdarahan pun akan berulang sekalipun tanpa sebab, seperti coitus atau trauma.
Perdarahan dapat pula terjadi karena pinggir plasenta terlepas akibat tidak dapat
mengikuti kontraksi uterus (kontraksi palsu) yang meningkat pada kehamilan
aterm. Plasenta previa juga memiliki faktor resiko, salah satunya yang sesuai
dengan pasien ini wanita dengan riwayat operasi sebelumnya. Berdasrkan
literature diketahui bahwa pada wanita dengan riwayat operasi sebelumnya
terdapat jaringan parut pada uterus yang menyebabkan tidak adekuatnya
persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta menjadi lebih tipis dan mencakup
daerah uterus yang lebih lama.1
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa
ini ialah sinusuterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus,
atau karena robekan sinusmarginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat
dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya
normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang
terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalisakan terjadi lebih
dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai.1
Penanganan awal untuk kasus plasenta previa dilakukan perbaikan
keadaan umum dengan pemberian cairan intravena (NaCl 0,9% atau RL) atau
lakukan transfusi darah (jika Hb rendah). Kemudian lakukan pemeriksaan USG
untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan
presentasi janin.
Pada pasien ini juga diberikan infus cairan ringer laktat secara intravena
dengan 20 tpm. Diberikan injeksi asam tranexamat 1 amp per 8 jam secara
intravena untuk menghentikan perdarahan serta diberikan antibiotik profilaksis
seperti cefadroxil 500mg 2x1. Diberikan dexametason iv 6 mg per 12 jam selama
2 hari untuk pematangan paru janin atau mempercepat maturitas paru janin
sehingga bila terminasi kehamilan dilakukan bayi tersebut mampu untuk bernafas
secara spontan. Pemberian kortikosteroid akan menstimulasi pneumosit tipe 2
sehingga meningkatkan produksi surfaktan dan menstimulasi perkembangan paru
janin.2
Penanganan pasien dengan plasenta previa ada 2 macam, yaitu
penanganan pasif/ekspektatif dan penanganan aktif. Kriteria penanganan
ekspektatif: umur kehamilan kurang dari 37 minggu, perdarahan sedikit, belum
ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 % atau lebih.
Perdarahan pada plasenta previa pertama kali terjadi biasanya sebelum paru- paru
janin matur sehingga penanganan pasif ditujukan untuk meningkatkan survival
rate dari janin. Langkah awal adalah transfusi untuk mengganti kehilangan darah
dan penggunaan agen tokolitik untuk mencegah persalinan prematur sampai usia
kehamilan 36 minggu. Sesudah usia kehamilan 36 minggu, penambahan maturasi
paru-paru janin dipertimbangkan dengan beratnya resiko perdarahan mayor. Pada
terapi ekspektatif, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak ± 2500 gr atau
kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk
menentukan lokasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan
umum ibu. Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat
kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan
tindakan- tindakan intrauterin. Setelah kondisi stabil dan terkontrol, penderita
diperbolehkan pulang dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan ulang.2
Pada penanganan aktif dilakukan terminasi kehamilan jika janin yang
dikandung telah matur, IUFD (Intra Uterine Fetal Death) atau terdapat anomali
dan kelainan lain yang dapat mengurangi kelangsungan hidupnya, pada
perdarahan aktif dan banyak. Kriteria penanganan aktif/terminasi kehamilan:
umur kehamilan ≥ 37 minggu, BB janin ≥ 2500 gram, perdarahan banyak 500 cc
atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, dan keadaan umum pasien tidak baik ibu
anemis Hb < 8 gr %. Ada 2 pilihan cara persalinan, yaitu persalinan pervaginam
dan sectio caesarea. Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin
menekan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga
perdarahan berhenti. Sectio caesarea bertujuan mengangkat sumber perdarahan,
memberikan kesempatan pada uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahannya, dan menghindari perlukaan servik dan segmen bawah uterus yang
rapuh apabila dilakukan persalinan pervaginam.2
Persiapan untuk resusitasi janin perlu dilakukan. Kemungkinan kehilangan
darah harus dimonitor sesudah plasenta disayat. Penurunan hemoglobin 12 mg/dl
dalam 3 jam atau sampai 10 mg/dl dalam 24 jam membutuhkan transfusi segera.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yeni CM, Hutagalung MBZ. Plasenta Previa Totalis pada Primigravida:


Sebuah Tinjauan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2017. 17(1).
Viewed on 8 Maret 2021. From <http://jurnal.unsyiah.ac.id>
2. Weldimira V. Wanita Usia 36 Tahun, Hamil 35 Minggu dengan Plasenta
Previa dan Janin Letak Lintang. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2015. 4(2).
Viewed on 8 Maret 2021. From <http://juke.kedokteran.unila.ac.id>

Anda mungkin juga menyukai