ABORTUS INKOMPLIT
Disusun Oleh:
dr. Angga Prizki Putra
Pembimbing:
dr. Valentina, Sp.OG
Pendamping:
dr. Azharul Yusri, Sp.OG
Diajukan oleh:
Abortus Inkomplit
Disahkan Oleh :
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan berkah
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Abortus Inkomplit. Shalawat berangkaikan salam kepada Rasulullah Muhammad
SAW yang telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan dalam
Program Internsip Dokter Indonesia di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Kepulauan
Meranti. Pada kesempatan ini saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada
2
dr. Valentina, Sp.OG yang telah membimbing serta berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian presentasi kasus ini.
Begitu pula dalam penulisan ini masih terdapat kekeliruan baik dalam
referensi maupun dalam metodologi penulisan, Untuk itu penulis menerima kritik dan
saran demi perbaikan penelitian ini. Harapan kedepannya laporan kasus ini dapat
memberikan manfaat dalam menambah ilmu pengetahuan.
Penulis
3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. ZO
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Pekanbaru
ANAMNESIS
Pasien masuk RSUD Kepulauan Meranti tanggal 19 September, pukul 17.39
WIB.
Keluhan Utama: Pasien datang via IGD dengan keluhan utama keluar darah dari
jalan lahir.
4
Riwayat Haid:
Pasien menarche usia 14 tahun, teratur setiap bulan dengan siklus 28 hari, lama
haid 4-5 hari, ganti pembalut 2-3 kali sehari, nyeri haid tidak ada.
Riwayat Kehamilan
I. 2009/ aterm/ laki-laki/ 2900 gr/ normal/ bidan/ hidup
II. 2012/ aterm/ perempuan/ 2500 gr/ normal/ bidan/ hidup
III. Hamil ini
Riwayat Kontrasepsi :
Tidak pernah menggunakan KB.
Riwayat Operasi:
Pasien tidak pernah mengalami operasi sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
5
d. Status Generalis
TB : 145 cm
BBH : 43 kg
IMT : 20,45 kg/m2 (normoweight)
Kepala
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Leher
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Thoraks
Paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Status ginekologis
Genitalia : Status ginekologis
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-)
e. Status ginekologis
Abdomen
Genitalia eksterna
Inspeksi/palpasi : tampak darah keluar dari vagina berwarna merah
kecoklatan dan uretra tenang
Genitalia interna
Inspekulo :Porsio livide, licin, OUE terbuka, tampak darah
6
mengalir dari OUE, jaringan (+), fluor (-).
VT :Dinding vagina normal, portio licin lunak, korpus
uteri antefleksi, ukuran sebesar telur ayam.
Paramentrium lemas, tidak teraba massa adneksa,
cavum douglas tidak menonjol, nyeri goyang portio
(-).
Imunoserologi
HIV rapid test : Non Reaktif
Hbsag : Negatif
7
USG ( 19/07/2021 )
Kesan : G3P3A0H3 gravid 12-13 minggu + Abortus Inkomplit
DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0H0 gravid 12-13 minggu + Abortus inkomplit
PENATALAKSANAAN
1. Hemodinamik stabil
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan
2. Rencana dilatasi dan kuratase tgl 20/11/21 jam 08.00
3. Persiapan operasi
- Informed consent
- Konsul Anestesi
- Lapor OK
- Gastrul pervaginam 1x1 tgl 19/11/2021 jam 22.00
- Puasa dari jam 00.00
8
TINJAUAN PUSTAKA
Abortus
Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun buatan,
sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan.
Dengan lain perkataan abortus adalah terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan
berat kurang dari 500 gr. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita
yang sedang hamil, dengan adanya peralatan USG sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan janin
dimana gambaran USG menunjukkan kantong kehamilan yang kosong. Sedangkan jenis yang
kedua adalah abortus karena kematian janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan.9
Epidemiologi
Sekitar 114 kasus abortus terjadi per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus
antara 15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa
mendekati 50%. Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi yang dapat menyebabkan
kematian. World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian wanita tiap
100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan pada tahun 2013.9
Klasifikasi
1. Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,
maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
9
keguguran (Miscarriage). Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara
Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus dan
abortus septik.
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut
atau dipertahankan. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus
membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada
beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang
jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah,
berlanjut tetapi tanpa pengeluaran product of conception (POC). Pada abortus ini mungkin
terjadi pengeluaran sebagian atas seluruh hasil konsepsi dengan cepat. Abortus dianggap
inspiens jika ada tanda-tanda berikut, yaitu penipisan serviks derajat sedang, dilatasi serviks > 3
cm, pecah selaput ketuban, perdarahan > 7 hari, kram menetap meskipun sudah diberikan
analgetik narkotik, dan tanda-tanda penghentian kehamilan (misal, tidak ada mastalgia).
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri melalui kanalis servikalis. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di
uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
10
inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif
Proses abortus di mana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir. Tanda
dan gejalanya yaitu ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus
septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap
abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik
virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan
peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis,
Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan
tanda infeksi genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus yang
membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak
sakit berat, kadang-kadang menggigil, demam tinggi dan tekanan darah menurun.
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
e. Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita
11
tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
2. Abortus provokatus
Abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan
kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram. Abortus ini terbagi lagi
menjadi:
Pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu hidup dengan maksud melindungi
kesehatan ibu. Indikasi untuk melakukan abortus therapeutic adalah apabila kelangsungan
kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti pada penyakit vaskular
hipertensif tahap lanjut dan invasive karsinoma pada serviks. Selain itu, abortus therapeutic
juga boleh dilakukan pada kehamilan akibat perkosaan atau akibat hubungan saudara (incest)
dan sebagai pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas fisik yang berat atau retardasi
mental.
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang
tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh yang tidak berwenang.
12
Gambar 3.1 Anatomi berbagai jenis abortus. (A)Abortus iminens; (B)Abortus insipiens;
(C)Abortus inkomplit; (D)Abortus komplit; dan (E)Missed abortion.
Etiologi
tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang
terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun
pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, sering janin sebelum ekspulsi masih hidup
dalam uterus. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau
zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga
abortus spontan. Trisomi autosomal merupakan anomali yang paling sering ditemukan
2. Faktor Maternal
mencapai puncaknya pada kehamilan 13 minggu, dan karena saat terjadinya abortus
lebih belakangan, pada sebagian kasus dapat ditentukan etiologi abortus yang dapat
a. Infeksi
13
disebutkan dapat menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma
urealyticum dari traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah
Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Diabetes
maternal pernah ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai faktor predisposisi abortus
c. Pengaruh Endokrin
dan defisiensi progesteron. Diabetes tidak menyebabkan abortus jika kadar gula dapat
tersebut dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan
d. Nutrisi
sering ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrient yang ditimbulkan,
insiden abortus. Namun ternyata tidak semua laporan ini mudah dikonfirmasikan.
f. Faktor-faktor Imunologis
spontan yang berulang antara lain : lupus anticoagulant (LAC) dan anticardiolipin
destruksi plasenta.
Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus
spontan. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang berhasil bila inseminasi
terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah peralihan temperatur basal tubuh,
karena itu disimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua di dalam traktus genitalis
h. Laparotomi
Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan organ panggul,
semakin besar kemungkinan terjadinya abortus. Meskipun demikian, sering kali kista
ovarii dan mioma bertangkai dapat diangkat pada waktu kehamilan apabila
Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian embrio atau
15
kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi tetapi lebih merupakan kejadian
yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma
emosional bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus
j. Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul
dalam proses perkembangan janin,defek duktus mulleri yang dapat terjadi secara
spontan atau yang ditimbulkan oleh pemberian dietilstilbestrol (DES) 16. Cacat uterus
akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri.
Leiomioma uterus yang besar dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan
Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih besar
dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila hasil pemeriksaan klinis lainnya ternyata
Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat
tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin
endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan
abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai
k. Inkompetensi serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten biasanya terjadi pada
16
trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah membran plasenta mengalami ruptur
pada prolaps yang disertai dengan balloning membran plasenta ke dalam vagina.8,10
3. Faktor Paternal
Diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses timbulnya abortus spontan.
mengandung bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi
abortus.8
a. Faktor fetal
cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian janin pada hamil muda. Faktor-
faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan janin antara lain kelainan
kromosom, lingkungan kurang sempurna dan pengaruh dari luar. Kelainan kromosom
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada abortus spotan seperti trisomi,
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks. Lingkungan yang kurang
Pengaruh dari luar seperti radiasi ,virus, obat-obat yang sifatnya teratogenik.10,13
b. Faktor plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa
Patofisiologi
17
Abortus diawali oleh perdarahan desidua basalis diikuti nekrosis jaringan
nutrisi dan oksigen. Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim
penyulit. Oleh karena itu, keguguran memiliki gejala umum sakit perut karena
kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian
hasil konsepsi. Wanita hamil pada usia bila terjadi kehamilan dan persalinan akan
lebih mudah mengalami komplikasi diantaranya abortus. Keadaan tersebut akan makin
menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stres) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga
memudahkan terjadinya abortus. Pada usia < 20 tahun secara psikologis kondisi
mental belum siap mengadapi kehamilan dan menjalani peran sebagai ibu.15,16
anterior dan akibatnya sekresi kortisol juga akan sangat meningkat. Sekresi kortisol ini
meningkat sampai 20 kali lipat. Efek ini di gambarkan dengan jelas sekali oleh
respons sekresi adrenokortikal yang cepat dan kuat setelah trauma. Rangsangan sakit
yang disebabkan oleh stres fisik apapun atau kerusakan jaringan pertama dihantarkan
ke atas melalui batang otak dan akhirnya ke puncak median hipotalamus. Stres mental
dapat juga segera menyebabkan peningkatan sekresi ACTH. Keadaan ini dianggap
sebagai akibat naiknya aktivitas dalam sistem limbik, khususnya dalam regio amigdala
18
somatomammotropin, dimana semuanya penting untuk berlangsungnya kehamilan
normal.14
kenyataan sama penting seperti estrogen. Selain disekresikan dalam jumlah cukup
banyak oleh korpus luteum pada awal kehamilan, progesteron juga disekresikan dalam
jumlah banyak oleh plasenta. Tentu saja kecepatan sekresi progesteron meningkat
selanjutnya sel-sel ini memainkan peranan penting dalam nutrisi embrio awal.
karena progesteron secara khusus meningkatkan sekresi tuba fallopi dan uterus untuk
menyediakan bahan nutrisi yang sesuai untuk pekembangan morula dan blastokista.
Diagnosis
Wanita dengan aborsi spontan aktif biasanya datang dengan riwayat amenore,
perdarahan vagina, dan nyeri panggul. Pada pemeriksaan, serviks terbuka, dan hasil
konsepsi dapat divisualisasikan dalam vagina atau ostium servikalis jika ada belum
lulus. Diagnosis yang akurat dari keguguran dini sangat penting untuk perawatan yang
tepat konseling pasien tentang pilihan manajemen kehamilan mereka. Laboratorium
dan evaluasi ultrasonografi (USG) sering digunakan untuk mendiagnosis keguguran
dini.
19
1. Anamnesis bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh ada perdarahan
pervaginam setelah terlambat haid, sering pula disertai rasa mules.
2. Pemeriksaan fisik adanya perdarahan, pembukaan serviks dan jaringan di mulut
rahim.
3. Tes kehamilan Beta-hCG guna untuk konfirmasi kehamilan dan membedakannya
dari perdarahan uterus disfungsional atau perdarahan dari etiologi lain, juga penting
untuk membantu membedakan aborsi dengan kehamilan ektopik.
a) Kadar hCG di atas 1500-2000 mIU/mLà ultrasonografi transvaginal.
b) Kadar > 3000 mIU/mL à USG transabdominal.
c) Jika HCG sangat tinggi, serviks tertutup, dan riwayat adanya jaringan, rahim yang
kosong pada USGà aborsi lengkap.
d) Jika kadar hCG meningkat, tidak ada riwayat jaringan yang keluar, dan USG
menunjukkan rahim kosongà kehamilan ektopik
e) Jika Kadar hCG rendah (yaitu, <200 mIU/mL)à Observasi dan pemantauan kadar
hCG à jika kadar hCG yang rendah ini meningkat dan turun, pasien kemungkinan
akan keguguran. Namun, jika nilainya meningkatà lakukan USGà untuk
menentukan apakah ada kehamilan intrauterin atau kehamilan ektopik
f) Kadar hCG harus naik setidaknya 53% setiap 2 hari selama awal trimester
pertama.
4. USG Indikasi selama awal kehamilan diantaranya perdarahan vagina, nyeri
panggul, dan penentuan usia kehamilan. Ultrasonografi panggul menggunakan probe
vagina harus dilakukan untuk menyingkirkan kehamilan ektopik, sisa hasil konsepsi,
hematometra, atau etiologi lainnya.12
20
Gambar 2. Alur Diangnosis Abortus
Kriteria diagnostik untuk nonviability meliputi:
c. Tidak adanya embrio dengan detak jantung 2 minggu setelah pemindaian yang
d. Tidak adanya embrio dengan detak jantung 11 hari setelah pemindaian yang
meliputi:
21
a. Panjang ubun-ubun-bokong < 7 mm dan tidak ada detak jantung.
c. Tidak adanya embrio dengan detak jantung 7–13 hari setelah pemindaian yang
d. Tidak adanya embrio dengan detak jantung 7-10 hari setelah pemindaian yang
f. Amnion kosong.4
Tatalaksana8,13
kondisi klinis pasien. Penilaian ini masih berkaitan dengan upaya diagnosis dan
pengenalan ini, dapat diambil langkah untuk mengatasi komplikasi. Walaupun tanpa
komplikasi, pada kasus abortus inkomplit dapat berubah menjadi ancaman apabila
terapi definitif (evakuasi sisa konsepsi) tidak segera dilaksanakan. Oleh karena itu,
penting seklai untuk membuat penilaian awal secara akurat (yang kemudian segera
diikuti dengan tindakan pengobatan) atau (apabila ada indikasi) melakukan stabilisasi
pasien.
1. Abortus iminens
22
ada yang mengharuskan tirah baring selama 24-48 jam, sumber lain menyebutkan
tidak perlu sampai tirah baring (ibu hanya dianjurkan untuk menghindari aktivitas fisik
yang berat). Pasien sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara.
menilai kembali jika terjadi perdarahan lagi. Bila perdarahan tidak berhenti, nilai
kembali viabilitas fetal (tes kehamilan atau USG). Perdarahan persisten dengan ukuran
uterus lebih besar dari perkiraan usia kehamilan mengindikasikan kehamilan kembar
atau mola hidatidosa. Tidak dianjurkan untuk memberikan terapi hormon (seperti
estrogen atau progestin) atau agen tokolitik (salbutamol atau indometasin) karena
2. Abortus insipiens
Bila usia kehamilan < 16 minggu, rencanakan untuk melakukan evakuasi isi
a. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 µg oral (dapat diulang sekali setelah 4 jam bila perlu).
b. Rencanakan evakuasi hasil konsepsi dari uterus sesegera mungkin. Bila usia
1) Tunggu ekspulsi spontan dari hasil konsepsi, kemudian evakuasi isi uterus untuk
normal atau Ringer’s Lactate) dengan kecepatan 40 tetes per menit guna
3. Abortus inkomplit
23
pengeluaran hasil konsepsi yang terjepit pada serviks dengan jari atau ring (sponge)
forcep. Bila perdarahan sedang-berat dan usia kehamilan < 16 minggu, dilakukan
a. Abortus insipien atau inkomplit < 16 minggu (sumber lain menyebutkan batasan usia
kehamilan < 12-14 minggu) Menurut beberapa hasil penelitian, aspirasi vakum
yang lebih rendah dibandingkan kuret tajam. Di samping itu, prosedur ini tidak
memerlukan anestesi umum dan memiliki efektivitas yang cukup baik (persentase
evakuasi komplit rata-rata >98%). Metode kuretase tajam (dilatasi dan kuretase)
b. Bila evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang setelah 15 menit bila diperlukan) atau misoprostol 400 µg oral
Lactate) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai ekspulsi hasil konsepsi terjadi.
b. Bila perlu, dapat diberikan misoprostol 200 µg per vaginam tiap 4 jam hingga terjadi
c. Mengevakuasi sisa hasil konsepsi yang tersisa dari uterus. Setelah itu, melakukan
4. Abortus komplit
24
a. Dilatasi dan Kuretasi
Abortus dengan pembedahan melalui vagina dilaukan dengan dilatasi serviks dan
(kuretasi ) atau dengan tehnik asvirasi vakum atau keduanya. Metode yang paling
b. Vacum Aspiration
Vacum aspiration semacam selang plastik berdiameter tertentu untuk menghisap janin
Edukasi
Informed consent tentunya perlu diberikan pada pasien dan keluarga yang
mengalami abortus habitualis, agar pasien dan keluarganya mengerti penuh mengenai
keadaan yang dialami, penyebab, serta prognosisnya. Hal yang perlu disampaikan
adalah :
a. Pasien disarankan untuk menunda kehamilan selama kurang lebih 3 – 6 bulan. Ini
kontrasepsi yang efektif guna mencegah kehamilan kembali dalam jangka waktu
b. Perbaiki nutrisi ibu dengan asupan makanan yang cukup dengan kandungan gizi yang
lengkap.
pasien. Bila karena infeksi dapat ditangani secara dini untuk mencegah terjadinya
abortus berikutnya.
d. Edukasi agar pasien rutin kontrol memeriksakan kesehatan dan kandungannya pada
tenaga medis.
25
e. Konseling psikologis pasca abortus bila diperlukan. Agar pasien mendapatkan
Komplikasi
1. Perdarahan
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka Perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin
pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan
menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan
26
diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek
infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat
sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium
yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti
terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang
Prognosis
Prognosis abortus umumnya baik, terutama pada pasien yang baru pertama kali
mengalami abortus. Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien abortus dapat hamil kembali dan
melahirkan hidup dalam jangka kurang lebih 5 tahun setelah abortus, apapun penatalaksanaan
yang digunakan pada abortus sebelumnya. Prognosis abortus bergantung pada penyebab abortus,
umur pasien dan hasil pemeriksaan ultrasonografi. Temuan USG yang konsisten dengan
kemungkinan abortus adalah denyut jantung janin kurang dari 90 kali per menit, abnormalitas
bentuk dan ukuran kantong gestasi, serta ada perdarahan subkorionik.13
27
DAFTAR PUSTAKA
28
16. Marmi, Suryaningsih ARM, Fatmawati E. Asuhan Kebidanan Patologi. Riyadi S, editor.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2011.
17. Lewis R. First Do No Harm: Guidelines Define A Nonviable Pregnancy. Medscape
Medical News. Available At Http://Www.Medscape.Com/Viewarticle/812346.
Accessed: October 15, 2013.
18. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, dkk, editor. Williams
Obstetrics. Ed 23. [e-book]. New York: McGraw-Hill, 2010.
19. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. In: Obstetrics Illustrated, 6th Edition.
London: Churchill-Livingstone, 2003. [e-book].
20. Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang Komprehensif. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2020
29