Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS

KEHAMILAN DENGAN DISTENSI UTERUS

Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Persahabatan Jakarta
Periode 3 November 2019 – 11 Januari 2020

Pembimbing:
dr. Purnawan Senoadji, Sp. OG (K)

Disusun oleh :
Ni Kadek Ajeng Hardiningtyas
1820221094

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Kepanitraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUP Persahabatan Jakarta

Oleh :

Ni Kadek Ajeng Hardiningtyas


1820221094

Jakarta, Desember 2019


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

dr. Purnawan Seoadji, Sp. OG (K)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga tugas laporan kasus ini berhasil diselesaikan.
Laporan kasus yang berjudul “Kehamilan dengan Distensi Uterus” ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di Stase
Obstetri dan Ginekologi.
Bukan suatu hal yang mudah bagi penulis untuk menyelesaikan tugas
laporan kasus ini seorang diri. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Purnawan Senoadji
Sp. OG (K) selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan serta
bimbingan demi kesempurnaan makalah kasus ini. Begitu pula kepada rekan
dokter muda atas semua dukungan dan bantuannya dalam penyelesaian presentasi
kasus ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
guna perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat baik
bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang
berkepentingan.

Jakarta, Desember 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Kehamilan dengan distensi uterus merupakan kehamilan yang beresiko
baik bagi ibu maupun janin, berbagai komplikasi mayor dan minor dapat terjadi.
Maka dari itu, pada ibu dengan kehamilan dengan distensi uterus memerlukan
pengawasan dan penanganan yang lebih ketat daripada kehamilan normal.
Terdapat berbagai macam penyebab dari overdistensi uterus, mulai dari
factor uteus, factor cairan amnion, factor plasenta dan factor janin, dan tiap
penyebabnya juga memiliki manajemennya masing-masing. Resiko yang akan
dihadapi oleh ibu dan janin juga berbeda-beda. Komplikasi paling sering adalah
atonia uteri yaitu ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi setelah plasenta
dilahirkan, yang adalah penyebab paling sering dari kejadian perdarahan post
partum. Perdarahan post partum akibat atonia uteri jika terlambat dalam
penanganannya dapat menyebabkan syok pada ibu, hingga kematian.
Penyebab kehamilan dengan distensi uterus yang paling sering adalah
kehamilan gemeli atau kehamilan ganda, polihidramnion yaitu jumlah cairan
amnion yang lebih banyak dari normal, dan makrosomnia yaitu ukuran janin yang
lebih besar dari normal. Berikut ini penulis mengangkat kasus overdistensi uterus
akibat kehamilan ganda atau gemeli pada ibu berusia 30 tahun, hamil pertama
(G1) untuk menjadi kasus pemicu dalam pembahasan mengenai kehamilan
dengan distensi uterus.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

II.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. PN
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 4 Desember 2019
Nomor CM : 02525806

II.2 Anamnesa
Keluhan Utama : Merasa gerak salah satu janin tidak aktif
Keluhan Tambahan : tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku hamil 8 bulan, hari pertama haid terakhir tanggal 15 April
2019, taksiran persalinan 20 Januari 2020. Pasien rutin kontrol kehamilan di
klinik dekat rumahnya dan dikatakan bahwa ia mengandung bayi kembar, pasien
pernah diUSG 4 kali, sebelumnya keadaan kedua janin baik.
Pasien mengeluhkan gerak salah satu janin yang dikandungnya tidak aktif,
pasien memeriksakan kandungannya di klinik, kemudian dokter di klinik merujuk
pasien ke RSUP Persahabatan dengan suspect kematian salah satu janin. Keluhan
mulas, keluar air-air, maupun lendir darah disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi makanan tertentu, debu, obat-obatan, dan lainnya disangkal.
Riwayat menderita penyakit jantung, hipertensi dan diabetes disangkal. Riwayat
operasi sebelumnya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga yang memiliki hipertensi, asma, jantung, dan diabetes
disangkal.

4
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan Suami pasien bekerja sebagai
karyawan swasta. Pasien menyangkal minum-minuman beralkohol, merokok, dan
meminum obat-obatan terlarang .
Riwayat Menstruasi
Pasien mengaku menarche di usia 12 tahun. Siklus menstruasi teratur 28
hari, lama perdarahannya 5-6 hari, 2-4 kali ganti pembalut per hari. Menstruasi
tanpa disertai nyeri perut hebat.
Riwayat Menikah
Pasien memiliki riwayat menikah 1 kali, pada bulan Desember tahun 2018
hingga sekarang
Riwayat Obstetri
Pasien G1:
1) Hamil saat ini
Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku tidak menggunakan kontrasepsi.

II.3 Pemeriksaan Fisik


a. Status Pasien
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,4oC
TB : 155 cm
BB : 77 kg (hamil), 59 kg (sebelum hamil)

b. Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal

5
Mulut : Dalam batas normal
Leher : KGB tidak teraba, tiroid dalam batas normal
Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Bj I > Bj II, reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Payudara : Simetris, puting menonjol
Abdomen : Membesar sesuai kehamilan, linea nigra (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik (+/+), edema (-/-)

c. Status Obstetri
Pemeriksaan luar
Inspeksi : cembung (+), abdomen melebar dan menonjol, linea nigra (+)
Leopold I : TFU 41 cm, fundus uteri teraba bulat keras melenting
Leopold II : Teraba bagian bulat keras pada sisi kiri ibu dan rata keras
pada sisi kanan ibu
Leopold III : Teraba bagian lunak
Leopold IV : belum masuk PAP
Auskultasi :
DJJ bayi 1: 140 dpm
DJJ bayi 2: -
Pemeriksaan dalam
Inspeksi : vulva / uretra tenang, perdarahan aktif negatif
VT : tidak dilakukan
Inspekulo : portio licin, OUE tertutup, fluor negative, fluxus negatif

II.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium (4-12-2019)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 12.0 12.0-14.0 g/dl
Hematokrit 34.7 37-43 %
Eritrosit 4.17 4.0-5.0 juta/µL
MCV 83.2 82.0-92.0 fL
MCH 28.8 27.0-31.0 pg
MCHC 34.6 32.0-36.0 g/dL

6
Leukosit 11.82 5000-10000/µL
Trombosit 303.000 150000-400000 /µL
Hemostasis
Masa perdarahan IVY 3.00 1.00-6.00 menit
Masa pembekuan 10.00 10-15 menit
Lee&White
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 76 70-200 mg/dl
SGOT 15 5-34 U/L
SGPT 7 0-55 U/L
Ureum darah 11 15-40mg/dL
Kreatinin darah 0.6 0.6-1.2 mg/dL
Urinalisa
Urin Lengkap
Warna Kuning Muda Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Sedimen
Leukosit 15.6 0-5 / LPB
Eritrosit 1.00 0-2 / LPB
Sel Epitel 13.20 0.10-2.94 sel/uL
Kristal Negatif Negatif
Bakteria 998.50 Negatif
Trichomonas Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Berat Jenis 1.012 1.005-1.030
pHH 7.0 4.5-8.0
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah +1 Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen normal 3.4-17.0 µmol/L
Nitrit Negatif Negatif
Rasio albumin Makroalbumin
kreatinin
Leukosit esterase +3 Negatif
Elektrolit
Natrium darah 137 135-145 mEq/L
Kalium darah 3.7 3.5-5.0 mEq/L
Klorida darah 106.0 98.0-107.0 mEq/L

7
USG (4-12-2019)

8
Penilaian USG langsung oleh dr. Purnawan Senoadji, SpOG (K)
Janin I: janin letak bokong hidup, BPD 81,4/HC 291,5/AC 271/KL 65/ICA SDP
5,5 cm/ SDAU 2,5/ CTR >1 FHR positif, cerb 4,1 cm sesuai kehamilan 32+5
minggu. TBJ 1905 gr, lambung, ginjal kanan kiri, vesika urinaria normal.
Janin II: janin letak lintang, kepala di kanan dorsoposterior, FHR negatif, BPD
80/HC 291/AC 245/FL 57 mm/ ICA SDP 4,3 cm. TBJ 1427 gr. Vesika urinaria
sulit dinilai. Ukuran AC kecil dibandingkan HC dicurigai IUFD belum lama
terjadi
Plasenta monokorion diamnion di korpus anterior lekat positif
Kesimpulan: Janin gemeli bokong-lintang, janin II IUFD, usia kehamilan sesuai
32+5 minggu. Tidak didapatkan kelainan kongenital mayor dan hipoperfusi pada
janin I.

II.5 Diagnosis
G1 hamil 32+5 minggu janin gemeli bokong-lintang, 1 janin IUFD, ibu dengan
ISK

II.6 Tatalaksana
- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu serta DJJ
- Pematangan paru: Inj dexamethasone 2x6 mg (2 hari)
- Rencana USG IPDS
- Rencana terapi konservatif di ruangan, pematangan paru dilanjutkan di
ruangan perawatan

II.7 Observasi
1. Tanggal 5 Desember 2019 pukul 09.00
Subjective :
Gerak janin 1 aktif, mulas tidak ada

9
Objective :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,4oC
Status generalis : dalam batas normal
Status Obstetrik :
Pemeriksaan luar
Inspeksi : HIS negatif
Auskultasi : DJJ bayi 1: 130 dpm
DJJ bayi 2: -
Pemeriksaan dalam
Inspeksi : vulva / uretra tenang, perdarahan aktif negatif
Assesment :
G1 hamil 33 minggu, janin gemelli lintang-bokong, kepala di kiri janin II
IUFD, ibu dengan ISK
Planning :
Setelah selesai pematangan paru pasien dipulangkan dan control kembali 7
hari kemudian.

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Definisi
Kehamilan dengan distensi uterus merupakan kehamilan dengan peregangan
uterus yang lebih dari normal. Kondisi ini memiliki beberapa konsekuensi yang
dapat terjadi pasca atau selama kehamilan berlansgung (Prawirohardjo, 2009)

III.2 Anatomi Uterus

Gambar 1. Anatomi uterus

Uterus adalah organ berrongga dengan ukuran sebesar telur ayam, dengan
dinding tebal yang terdiri dari sel sel otot polos. Ukuran panjangnya 7-7,5 cm,
lebar 5,25 cm dan tebal 2,5 cm. uterus normal memiliki berat kurang lebih 57
gram. Uterus terletak di dalam rongga pelvis mayor di antara vesika urinaria dan
rectum. Dinging uterus terdiri atas 3 lapisan, yaitu perimetrium yang adalah
lapisan paling luar, myometrium yaitu lapisan tengah dan juga lapisan yang paling
tebal karena terdiri dari 3 lapisan otot, dan endometrium yaitu lapisan paling
dalam yang kaya akan pembuluh darah.

11
Fisiologi Uterus pada Saat Kehamilan
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot serta
akumulasi jaringan ikat dan elastic di otot bagian luar yang nantinya akan
meningkatkan kekuatan dari dinding uterus. Korpus uteri akan menebal di awal
masa kehamilan dan menipis seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, di
akhir masa kehamilan ketebalannya hanya 1,5 cm bahkan bisa lebih tipis pada
kejadian overdistensi uterus.
Di awal kehamilan, hormone estrogen akan menstimulasi penebalan dinding
uterus, namun setelah usia kehamilan 12 minggu, pembesaran ukuran uterus lebih
didominasi karena desakan hasil konsepsi. Pada akhir usia kehamilan 12 minggu,
uterus akan mendorong usus ke samping dan ke atas sehingga uterus akan
menempel dengan dinding abdomen, uterus akan terus tumbuh dan membesar
bahkan dapat sampai mendekati organ hepar. Tinggi fundus uteri normal sesuai
usia kehamilan adalah sebagai berikut:

III.3 Etiologi

Distensi uterus atau overdistensi uterus dapat disebabkan oleh beberapa


faktor, diantaranya:
a. Faktor uterus: misalnya kehamilan dengan disertai mioma uteri atau
adenomiosis
b. Faktor cairan ketuban: polihidramnion, yaitu kondisi dimana terdapat
cairan amnion atau cairan ketuban yang lebih banyak dari normal
(>2000 ml)
c. Faktor plasenta: plasenta yang lebih tebal dari normal yang sering
ditemukan pada ibu dengan DM, inkompatibilitas rhesus, thalassemia
mayor, mola parsial dan infeksi sifilis

12
d. Faktor janin: misalnya janin multiple atau gemeli, janin makrosomnia
atau adanya kelainan pada bayi seperti spina bifida, tumor pada leher
bayi, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2009)

III.4 Diagnosis

a. Anamnesis
Pada kehamilan gemeli, ibu dapat mengeluhkan mual muntah berat
karena peningkatan kadar B-HCG, ibu dengan overdistensi uterus juga
sering mengeluhkan sesak napas, kaki bengkak, nyeri punggung bawah
dan keluhan keluhan yang umum muncul pada kehamilan namun lebih
berat karena tekanan intraabdomen yang lebih tinggi (prawirohardjo,
2009)
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya konjungtiva
anemis jika ibu anemia yang leih sering terjadi pada kehamilan gemeli,
dan edema ekstremitas bawah (Campbell, 2011)
c. Pemeriksaan obstetri
Dibandingkan dengan usia kehamilannya, TFU akan lebih tinggi dari
normal, pemeriksaan leopold pada kehamilan ganda akan teraba 2 atau
lebih kepala janin, pada polihiramnion akan sulit untuk meraba organ
organ janin. (Prawirohardjo, 2009)
d. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan USG: (golden standard) dapat menentukan jumlah
janin, TBJ dan jumlah cairan amnion
- Pemeriksaan lab: DPL dan urinalisis untuk mendeteksi dini adanya
komplikasi seperti anemia atau preeklampsia

III.4 Manajemen
a. Makrosomnia

13
Dapat dilakukan persalinan normal, namun antisipasi terjadinya
persalinan lama atau macet, distosia bahu, dan perdarahan postpartum
(WHO, 2010)
b. Polihidrmnion
Pantau kemajuan persalinan dngan partograf, jika ibu merasa
tidak nyaman karena distensi uterus, dapat dilakukan aspirasi cairan
amnion
- Palpasi lokasi janin

- Dengan kondisi aseptic, masukan jarum spinal no. 20 melewati dinsing


abdomen dan uterus, aspirasi cairan dengan syringe atau alirkan dengan
infus set

- Setelah ibu merasa lebih nyaman, klem dan lepaskan jarum

Jika diindikasikan pemecahan selaput ketuban (sudah aterm),


pecahkan selaput ketuban menggunakan hook amnion atau klem kocher, cek
prolapse tali pusat ketika membrane rupture, jika terjadi prolapse tali pusat
dan tidak ada kemajuan persalinan, lakukan section caesaria. (WHO, 2010)
c. Kehamilan multiple (gemeli)
Cek presentasi janin, jika salah satu janin presentasi vertex atau
sungsang, dapat dilakukan persalinan normal, pantau dengan
partograf, jika kedua posisi janin lintang, lakukan section caesaria.
Setelah salah satu bayi lahir dan tali pusat digunting, biarkan klem
terpasang pada tali pusat yang tersambung ke plasenta, jangan
lahirkan plasenta sebelum bayi selanjutnya lahir. Palpasi posisi janin
kedua dan perbaiki posisi dengan versi eksternal jika membrane
masih intak, periksa dalam apakah ada prolapse tali pusat dan cek
apakah membrane bayi kedua masih intak atau rupture.
Jika posisi janin selanjutnya presentasi vertex dan kepala belum
memasuki pintu panggul, dorong manual dari luar jika
memungkinkan, jika membrane masih intak, pecahkan dengan hook
amnion atau kocher. Jika kontraksi inadekuat karena ibu kelelahan,
augmentasi dengan oksitosin dengan eskalasi cepat. Jika kelahiran
tidak terjadi dalam 2 jam, lakukan section caesaria.

14
Jika posisi janin selanjutnya sungsang, dan diprediksi bayi
tidak lebih besar dari bayi pertama yang sudah lahir dan serviks
belum kontraksi, pertimbangkan persalinan pervaginam, jika tidak
memungkinkan, lakukan section caesaria (WHO, 2010)

III.5 Komplikasi
Kehamilan dengan overdistensi uterus merupakan kondisi yang dapat
menyebabkan beberapa komplikasi pada ibu baik selama kehamilan maupun setelah
persalinan
a. Komplikasi minor
Sebagai komplikasi minor dari overdistensi uterus, seiring membesarnya
kehamilan, ibu dengan overdistensi uterus sering mengalami nyeri punggung
bawah (LBP) yang lebih parah dari ibu dengan kehamilan tunggal, selain itu
karena tekanan intrauteri yang lebih tinggi, komplikasi seperti sering berkemih,
konstipasi, varises dan edema kaki akan lebih berat daripada ibu dengan
kehamilan tunggal. Ibu juga akan lebih sulit untuk berjalan, posisi tidur tidak
nyaman, dan sesak napas karena penekanan diafragma (Campbell, 2011)
b. Komplikasi mayor
a) Atonia uteri
Penelitian oleh Nurchairina, 2017 mengemukakan eratnya hubungan
antara kejadian atonia uteri dengan overdistensi uterus, atonia uteri terjadi
pada sebanyak 62,5% kasus overdistensi uterus yang terdiri dari 31,2% kasus
polihidramnion, 31,2 % kasus makrosomnia, dan 53,1% kasus gemeli.
(Nurchairina, 2017)
b) Perdarahan post partum
Perdarahan post partum berhubungan dengan atonia uteri, dimana
kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan
pasca melahirkan dengan kontraksi dari serabut serabut myometrium yang
mengelilingi pembuluh darah dan pada atonia uteri terdapat kegagalan dalam
mekanisme ini. (Campbell, 2009)
c) Ketuban pecah dini
Uterus yang overdistensi pada kasus gemeli, polihidramnion dan
makrosomnia juga mempengaruhi peregangan dari selaput ketuban karena
peningkatan tekanan intrauterin, akibatnya selaput ketuban akan menurun

15
kekuatannya dalam menahan carian ketuban dan menyebabkan ketuban pecah
sebelum waktunya (Puspitasari, 2019)
d) Anemia
Perubahan fisiologis yang taerjadi pada ibu dengan meningkatnya
volume plasma yang tidak diikuti oleh peningkatan volume sel darah merah,
mengakibatkan kejadian anemia lebih banyak terjadi pada ibu dengan
overdistensi uterus erutama dengan kehamilan ganda (Campbell, 2011)

16
BAB III

KESIMPULAN

Kehamilan dengan distensi uterus adalah kehamilan dengan peregangan


uterus yang lebih besar dari normal. Dapar disebabkan oleh beberapa factor, factor
uterus factor cairan amnion, factor plasenta ataupun factor janin. Paling sering
disebabkan oleh polihidramnion, makrosomnia dan gemeli. Ibu dengan kehamilan
dengan distensi uterus memiliki resiko komplikasi berupa nyeri punggung bawah,
sering berkemih dan konstipasi yang lebih berat daripada kehamilan normal,
komplikasi yang lebih berat dapat berupa atonia uteri yang dapat menyebabkan
perdarahan post partum yang dapat berujung syok atau kematian, ketuban pecah
dini dan anemia

17
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Doris M. 2001. A Review of Maternal Complicationsof Multiple


Pregnancy.https://www.researchgate.net/publication/11687813_A_Review_of
_Maternal_Complications_of_Multiple_Pregnancy diakses 11 Desember 2019
Nurchairina. 2017. Jurnal Keperawatan: Hubungan Overdistensi Uterus dengan
Kejadian Atonia Uteri pada Ibu Post Partum di Sebuah Rumah Sakit di
Provinsi
Lampung.https://ejurnal.poltekkestjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/933/71
1 diakses 9 Desember 2019
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009: Jakarta
Puspitasari, Renny Novi. 2019. Korelasi Karakteristik dengan Penyebab Ketuban
Pecah Dini pada Ibu bersalin di RSU Denisa Gresik.
http://journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS/article/view/1609/964 diakses 10
Desember 2019
World Health Organization. 2010. Managing Complications in Pregnancy and
Childbirth: Labour with Overdistended Uterus.
https://hetv.org/resources/reproductivehealth/impac/Symptoms/Labour_overdis
tended_uterus_S87_S91.html diakses 11 Desember 2019
Yuliati, Asif, Soejoenoes, Ariawan, Suwondo, Ari, Anies, Kartasurya, Marta
Irene. 2018. Beberapa Faktor kejadian Perdarahan Postpartum pada Ibu yang
Dirawat di Rumah Sakit.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/view/3101 diakses 10
Desember 2019

18

Anda mungkin juga menyukai