Anda di halaman 1dari 28

CASE REPORT SESSION

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun Oleh:
dr. Elang Muhammad Firdaus

Dokter Pendamping:
dr. Hj. Sumarmi

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KUNINGAN


KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karuania-Nya, sehingga saya dapt menyusun laporan presentasi kasus ini sebagai salah satu
tugas Dokter Internship di RSUD 45 Kuningan periode November 2019-November 2020.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan proses penyelesaian tugas ini dan mohon maaf atas
segala kekurangannya.

Akhirnya saya berharap semoga laporan presentasi kasus ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya.

Kuningan, Agustus 2020

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di


luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang
dari 20 minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens
(inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan
abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan
abortus septik.1
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering
pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang
ditemukan. Namun angka kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri
terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami
keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.2
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan
ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya
syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami
guncangan psikis tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada
keluarga yang sangat menginginkan anak.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. J
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pejagoan, Kebumen
Status Perkawinan : Kawin
HPHT : 26 April 2020
HPL : 30 Januari 2020
UK : 13 Minggu 2 hari
Tanggal Masuk : 28 Juli 2020
No.RM : 082923

2. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir

3. Riwayat Penyakit Sekarang


G3P2A0 mengeluhkan keluar darah dari kemaluan sejak 2 hari yang
lalu. Perdarahan awalnya hanya berupa flek berwarna merah namun lama
kelamaan menjadi keluar darah segar yang semakin banyak disertai
keluarnya gumpalan kecil-kecil. Selain keluar darah dan gumpalan dari
kemaluan penderita juga mengeluhkan adanya nyeri perut dibagian bawah
yang lama kelamaan rasa nyeri semakin bertambah hebat.
Pada saat hamil minggu ke 10 penderita mengeluhkan pinggangnya
terasa panas yang terasa hilang timbul. Keadaan ini terjadi karna pasien
sering merasa lelah sehabis melakukan aktivitas pekerjaan rumah dan

3
bekerja diwarung. Keadaan seperti ini di abaikan pasien dan tidak
memeriksakannya kebidan maupun dokter. BAB dan BAK tidak memiliki
gangguan. Penderita Menyangkal pernah mengalami kejadiaan seperti ini
sebelumnya dan dikeluarga tidak ada juga yang seperti ini. Penderita
menyangkal adanya darah tinggi dan riwayat kencing manis. Riwayat
konsumsi berakohol dan merokok juga di sangkal pasien. Adanya alergi
makanan dan obat juga di sangkal oleh penderita. Pada saat datang ke IGD
pasien telah di USG dan didapatkan hasil adanya gangguan pada
perkembanan kehamilan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat Hipertensi : Disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
 Riwayat DM : Disangkal
 Riwayat Asma : Disangkal
 Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
 Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal
 Riwayat Jatuh/Trauma : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat Hipertensi : Disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
 Riwayat DM : Disangkal
 Riwayat Asma : Disangkal
 Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

4
6. Riwayat Fertilitas
Baik

7. Riwayat Obstetri
Penderita pernah hamil sebanyak 3 kali, telah melahirkan 2 kali, tidak pernah
mengalami abortus:
Anak I: Perempuan, 3100 gram, spontan, 14 tahun
Anak II: Laki-laki, 3100 gram, spontan, 11 tahun
Anak III: Hamil sekarang

8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)


Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.

9. Riwayat Haid
- Menarche : 13 tahun
- Lama menstruasi : 6 hari
- Siklus menstruasi : 28 hari

10. Riwayat Perkawinan


Menikah 1 kali saat usia 23 tahun, usia perkawinan 15 tahun

11. Riwayat Keluarga Berencana


Menggunakan KB IUD selama 8 tahun, sejak tahun 2005

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Obstetri
Keadaan Umum : Compos mentis, baik
Tanda Vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x / menit

5
Respiratory Rate : 18 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Inspeksi
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Wajah : Kloasma gravidarum (+)
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae
hiperpigmentasi (+)
Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut // dinding dada, stria gravidarum (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tinggi fundus uteri tidak
teraba, massa (-)
Ekstremitas : Oedema
- -
- -

Akral dingin
- -
- -

Pemeriksaan Dalam :
Genital
Inspekulo: Vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio utuh, OUE terbuka, darah (+) dari OUE, discharge (-)
VT: Vulva/uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio
lunak, OUE terbuka, cavum uteri sebesar telur bebek, darah (+),
discharge (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

6
1. Laboratorium Darah tanggal 28 Juli 2020 :
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Darah Rutin

Hemoglobin 9.3 g/dl 14-18

Leukosit 17.52 10ˆ3/uLH 4.0-10.0

Hematokrit 24.8 % 40.0-54.0

Trombosit 282 ribu/uL 150.000-450.000

Eritrosit 2.75 juta/ul 4.50-5.90


Indeks Eritrosit

MCV 90.1 fl 80-96

MCH 33.9 pg/mL 28-33

MCHC 37.6 g/dl 33-36


Hitung Jenis Leukosit

Basofil 1.0 0.0-1.0

Eosinofil 2.0 1.0-6.0

Neutrofil Batang 2.0 2.0-6.0

Neutrofil Segmen 66.0 50.0-70.0

Limfosit 21.0 20.0-40.0

Monosit 7.0 2.0-9.0

NLR 9.6

ALC 1226 >1500


Kimia Klinik

Glukosa Darah Sewaktu 84 mg/dl 70-120

SGOT 25 U/L 5-40

SGPT 13 U/L <45

Ureum 15 mg/dl 10-50

Kreatinin 0.66 mg/dl 0,6-1,5


Pemeriksaan Elektrolit

7
Natrium 137 mmol/L 135-145

Kalium 4.1 mmol/L 3,3-5,1

Kalsium ion (CA+) 1.14 mmol/L 1,13-1,32

2. Ultrasonografi (USG) tanggal 28 Juli 2020 :


Vesica urinaria terisi cukup
Tampak uterus membesar.
Tampak massa amorf intrauterine
Kesan menyokong gambaran sisa hasil konsepsi

D. RESUME
Seorang wanita usia mengaku kehamilan ketig datang dengan keluhan
adanya perdarahan pervagina dan adanya gumpalan kecil-kecil di sertai nyeri
perut bagian bawah. Keluhan itu dirasakan sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien menyangkal keluhan yang sama pada kehamilan sebelumnya.
Pada keluarga tidak ada gejala yang sama dan penderita menyangkal adanya
riwayat kencing manis tetapi ada riwayat tekanan darah tinggi sejak 2 tahun yang
lalu.

Status present salam batas normal. Status obstetrikus pada pemeriksaan


luar. Timggi fundus: 15 cm, DJJ : tidak ada, His/10menit : tidak ada. Pada
pemeriksaan dalam: V/U perdarahan (+) mengalir. Inspekulo : tidak dilakukan
dan vaginal touche juga tidak dilakukan.Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan inspekulo: vulva/uretra tenang, dinding vagina
dalam batas normal, portio utuh, OUE terbuka, darah (+) dari OUE, discharge
(-). Pemeriksaan VT: vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio lunak, OUE terbuka, cavum uteri sebesar telur bebek, darah (+), discharge
(-). Pemeriksaan USG: V/U terisi cukup, tampak uterus membesar, tampak massa
amorf intrauterine, kesan sisa hasil konsepsi.

E. DIAGNOSIS KERJA

8
G3P2A0 Gravid 13 minggu dengan Abortus Inkomplit

F. PROGNOSA
Dubia ad bonam

G. TERAPI DAN PLAN


 Rawat Inap
 Cek darah rutin
 Usul kuretase
 Konsul anestesi
 Infus RL

H. FOLLOW UP
1. Dilakukan Kuretase pada tanggal 29 Juli 2019 pukul 10.00
Laporan operasi/kuretase:
- Pasien ditidurkan di meja ginekologi kemudian dilakukan premedikasi
- Dilakukan toilet vulva vagina dan sekitarnya dalam keadaan narkose
- Dilakukan kateterisasi keluar urine 20 cc
- Dilakukan pemeriksaan bimanual teraba uterus sebesar telur
- Dipasang spekulum sims posterior yang dipegang asisten
- Dipasang spekulum sims anterior kemudian jepit porsio dengan
tenakulum di arah jam 11 dan spekulum sims anterior dilepas
- Dilakukan sonde 9 cm
- Dilakukan kuretase searah jarum jam sampai kering (terdengar bunyi
krek dan berbuih), didapatkan jaringan sisa konsepsi sebanyak 25 cc.
- Injeksi metergin 1 ampul IV
- Tenakulum dilepas, berikan antiseptik di tempat jepitan
- Kontrol perdarahan, didapat perdarahan + 15 cc
- Spekulum sims posterior dilepas
- Kuretase selesai

9
Keadaan umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Keluhan : Nyeri post kuret
Tanda vital : T = 120/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit
N = 80x/menit Suhu = 36,9 0C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), Tinggi Fundus Uteri tidak teraba
Genital : Perdarahan (-)
Discharge (-)
Diagnosis : P2AI Post Kuret a/i Abortus Inkomplit
Terapi : Amoxicillin tablet 3 x 500 mg
Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet
Vitamin C 2 x 1 tablet
Awasi KUVS dan tanda-tanda perdarahan

2. 30 Juli 2020 pukul 06.00


Keadaan umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Keluhan : tidak ada keluhan
Tanda vital : T = 110/80 mmHg Respiratory Rate = 20x/menit
N = 80x/menit Suhu = 36,8 0C
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba.
Genital : Perdarahan (-)
Discharge (-)
Diagnosa : P2AI Post Kuret a/i Abortus Inkomplit
Terapi : Amoxicillin tablet 3 x 500 mg
Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet

10
Vitamin C 2 x 1 tablet
Awasi KUVS dan tanda-tanda perdarahan
Plan : BLPL
Kontrol poli obsgyn

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abortus
2.1.1 Definisi

11
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel, disertai atau tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat janin
kurang dari 500 gram.

2.1.2 Klasifikasi
Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini akan
disampaikan dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan
klinis.
a. Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa
provokasi dan intervensi.
2) Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karena
diprovokasi, yang dibedakan atas:
a) Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan atas
indikasi medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibu
dan atau janin.
b) Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa
indikasi medis.
b. Menurut klinis:
1) Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus dan tanpa adanya dilatasi sevik.

2) Abortus insipiens.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.

12
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau
dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.
3) Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah
menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus
inkomplit dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan
perdarahan tidak berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
4) Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikerjakan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan
uterus sudah banyak mengecil.
5) Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut
6) Abortus infeksiosus
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia.
Diagnosis ditegakkan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan
tanda infeksi alat genitalia, seperti panas, takikardia, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri
tekan, dan leukositosis.
7) Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. 6

2.2. Abortus Inkomplit


2.2.1. Definisi

13
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.1

2.2.2. Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian
disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secara
umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus
terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian menurun
secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkan
sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurun
menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.4
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di
samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden abortus bertambah
pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan.5

2.2.3 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu
tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau
zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga
disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.4
1. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama abortus
rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi penyebab
70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu.
Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan
berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme yang dapt
berkontribusi menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan kromosom
sperma, kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA, peningkatan

14
apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42% struktur vili
korionik abnormal akibat gangguan genetik.
2. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun kelainan
perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan sebagai unit
fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada fetus.
Penelitian histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus, ditunjukkan
bahwa 97% menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosis
stroma, 75% mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan
pembuluh darah. Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi
proliferasi mesenkim dan edema stroma vili. Keadaan ini akan berlanjut
membentuk sisterna dan digantikan dengan jaringan fibroid. Pada abortus,
pendarahan yang merembes melalui desidua akan membentuk lapisan di
sekeliling vili korionik. Kemudian, material pecah dan merangsang degenerasi
fibrinoid.
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang
timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang berkaitan
dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Miomektomi sering
mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada
kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan. Perlekatan intrauteri
(sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan kuretase
pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat
komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi
endometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan
amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang
kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan
suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks.
Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua

15
dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini juga dapat menyebabkan hilangnya
barrier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina dan
kebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan barier mekanik yang
memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.
4. Kelainan endokrin
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan suatu keadaan
dimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi progesteron
tidak cukup dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding endometrium.
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hiperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus. Dua
mekanisme yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah peningkatan
hormon LH dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.
c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
d. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus
luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan
dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor
autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi
antikardiolipin. Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai 70%. Selain
itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar atau reseptor
leptin menurun, terjadi aktivasi sitrokin proinflamasi, dan terjadi peningkatan
risiko abortus. Mekanismenya berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor
di vili dan ekstravili tropoblas.
6. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi hal
ini tidak umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia

16
trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes
simpleks, sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai
penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus.
Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari 4 traktus
genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah menghasilkan
hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma yang menyangkut
traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari kedua organisme tersebut,
Ureaplasma Urealyticum merupakan penyebab utama.
7. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan
abortus. Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20
minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan
prematur. Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasus
yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling banyak
adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio
plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture uteri, trauma janin langsung.

2.2.4. Faktor Risiko


Faktor risiko abortus yaitu:
1. Bertambahnya usia ibu.
Abortus meningkat dengan pertambahan umur setelah usia 30 tahun. Risiko
berkisar 13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24 tahun; 11,9%
pada usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%;
51% usia 40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru ini
peningkatan usia ayah dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya abortus.
Suatu penelitian yang dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko abortus

17
tertinggi ditemukan pada pasangan dimana usia wanita ≥35 tahun dan pria ≥40
tahun (Tien, 2007).
2. Riwayat reproduksi abortus. Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk
kehamilan berikutnya ditentukan dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang
baru mengalami riwayat 1 kali berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3 kali
berisiko 30%, dan 4 kali berrisiko 40%.
3. Kebiasaan orang tua
a. Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang
dikonsumsi setiap hari. Asap rokok mengandung banyak ROS (Reactive
Oxygen Spesies) yang akan mendestruksi organel seluler melalui kerusakan
mitrokondria, nukleus, dan membran sel. Selain itu, secara tidak langsung ROS
(Reactive Oxygen Spesies) akan menyebabkan kerusakan sperma. Hal ini
menyebabkan fragmentasi DNA rantai tunggal maupun ganda sperma.
b. Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan
dua kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali
lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari.
c. Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi
pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari
menunjukkan tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.
d. Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi,
jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui
secara pasti.
e. Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan menyebabkan
risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.

2.2.5. Patogenesis
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya
berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan
diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding

18
uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga
akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya
yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian
oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.

2.2.6. Gambaran Klinis


Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan pervaginam
derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan
sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada
abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10
minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila plasenta, seluruhnya atau
sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan cepat atau lambat akan
terjadi dan memberikan gejala utama abortus inkomplet.
Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering
pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga terjadi
hipovolemik berat.

2.2.7. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan
diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan
vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai
dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan
menunjukkan adanya sisa jaringan.

19
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum
akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk
menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan
evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase
uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai.

2.2.8. Diagnosis banding


Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
banding penunjang
Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional
sebelum 20 sac (+), fetal plate
minggu berupa (+), fetal
flek-flek movement (+),
- nyeri perut ringan fetal heart
- keluar jaringan movement (+)
(-)
Abortus - perdarahan - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipient banyak dari umur kehamilan masih positif
uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional
kehamilan sac (+), fetal plate
sebelum 20 (+), fetal
minggu movement (+/-),
- nyeri perut berat fetal heart
- keluar jaringan (-) movement (+/-)
Abortus - perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkompli banyak / sedang umur kehamilan masih positif
t dari uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
kehamilan - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
sebelum 20 cavum uteri atau
minggu masih menonjol
- nyeri perut ringan pada osteum uteri
- keluar jaringan eksternum
sebagian (+)
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari

20
(+) setelah abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan terhentinya
keluhan apapun pertumbuhan
kecuali kehamilan.
merasakan - USG : gestasional
pertumbuhan sac (+), fetal plate
kehamilannya (+), fetal
tidak seperti yang movement (-), fetal
diharapkan. Bila heart movement (-)
kehamilannya >
14 minggu
sampai 20
minggu penderita
merasakan
rahimnya
semakin
mengecil, tanda-
tanda kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan - TFU lebih dari - tes kehamilan urin
hidatidos (+) umur kehamilan masih positif
a - Terdapat banyak - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih
atau sedikit atau sedikit dari 100,000
gelembung mola gelembung mola mIU/mL)
- Perdarahan - DJJ (-) - USG : adanya
banyak / sedikit pola badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah
(+)
Blighted - Perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
ovum berupa flek-flek usia kehamilan positif
- Nyeri perut - OUE menutup - USG : gestasional
ringan sac (+), namun
- Tanda kehamilan kosong (tidak terisi
(+) janin).
KET - Nyeri abdomen - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb

21
(+) - Tanda-tanda syok rendah, eritrosit
- Tanda kehamilan (+/-) : hipotensi, dapat meningkat,
(+) pucat, ekstremitas leukosit dapat
- Perdarahan dingin. meningkat.
pervaginam (+/-) - Tanda-tanda akut - Tes kehamilan
abdomen (+) : positif
perut tegang - USG : gestasional
bagian bawah, sac diluar cavum
nyeri tekan dan uteri.
nyeri lepas
dinding abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan
servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar
dan teraba
benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba

2.2.9. Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa
apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat
dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi
vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat antara lain :
oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau
urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi
intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral,

22
antiprogesteron - RU 486 (mefepriston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebut
diatas.
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan
kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal
terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium
eksterna yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila
plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis
ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk
mencegah terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-
kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi jaringan sisa di dalam
uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara:
1. Evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri ergometrin
0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral.
2. Evakuasi hasil konsepsi dengan:
· Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
· Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular
(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulangi setelah 4 jam jika perlu).
2.2.10. Prognosis
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi
memberikan prognosis yang baik terhadap ibu.

23
24
BAB 4
PEMBAHASAN

25
BAB V
KESIMPULAN

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.
Diagnosis abortus inkomplit ditegakan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang (usg). Adapun gejala klinis yang dijumpai adalah
perdarahan pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut
bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Pada kasus-kasus abortus inkomplit,
dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak
kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis
servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan
memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian
tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk
mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
lanjut.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam :


Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan.Edisi
5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal.302 - 312
.2. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC,
Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills
Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247.
3. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah
Denpasar. 2003
4. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA:McGraw-Hill
Companies, 2003 : p. 45 – 55
5. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all.
Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.
6. Mansjoer, A. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 270-273.

7. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2002.
8. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.
9. Tien JC & Tan TYT. Non surgical intervensions for threatened and recurrent
miscarriages. Singapore Med J, 2007; 48(12): 1074.

27

Anda mungkin juga menyukai