Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Abortus

Disusun untuk melengkapi tugas Program Internsip Dokter Indonesia di Rumah Sakit

disusun oleh

dr. Dewi Romadhani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


RSUD TELUK KUANTAN
KUANTAN SENGINGI
2022

2
DAFTAR ISI

BABI. PENDAHULUAN 4

BAB II.LAPORANKASUS 6

BAB III.TINJAUAN PUSTAKA 15

BABIV. PEMBAHASAN 25

DAFTAR PUSTAKA 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

Abortus merupakan salah satu penyulit obstetri yang umum dijumpai baik di negara

maju maupun negara berkembang. Ahli dari berbagai negara mendefinisikan abortus sebagai

ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, yaitu

janin yang berusia di bawah 20 minggu. Umumnya kejadian abortus banyak dijumpai pada

wanita masih berada pada trimester pertamakehamilan.1

Gejaladariabortusdapatbersifattidakspesifiksepertiperdarahanjalanlahirdankram

perut. Pengeluaran hasil konsepsi yang dilihat langsung oleh pasien maupun tenaga medis

dapat menjadi tanda spesifik adanya abortus yang sedang berlangsung. 1Abortus dapat

menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa pasien apabila tidak ditangani dengan baik.

Beberapa diantaranya syokhemoragik yang diakibatkan oleh perdarahan jalan lahir yang tidak

berhenti, dan infeksi hingga sepsis apabila pengeluaran hasil konsepsi tidak dijaga dengan

steril.2

Angka kejadian abortus berkisar antara 10% hingga 20%, angka ini beragam dan

bergantung kepada berbagai faktor risiko dari masing–masing pasien seperti usia, ras, kondisi

kesehatan, kondisi ekonomi, dan riwayat perdarahan atau abortus sebelumnya. Namun

insidensi yang sesungguhnya dari abortus tidak dapat sepenuhnya terungkap karena

banyaknya kejadian abortus yang terjadi diminggu-minggu awal kehamilan dimana banyak

pasien bahkan tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Hal ini menyebabkan beberapa

ahli berasumsi bahwa angka insidensi sebenarnya dapat mencapai sekitar30%.1,2

Penyebab dari kejadian abortus masih belum dapat sepenuhnya diketahui. Beberapa

penelitian mengatakan bahwa kelainan kromosom merupakan penyebab tersering terjadinya

abortus dimana fetus tidak dapat bertahan di dalam uterus dan dikeluarkan secara alami oleh

4
tubuh. Beberapa penyebab lain adalah kelainan anatomi uterus, kelainan pada regulasi

hormon kehamilan, penyakit autoimun, dan infeksi intrauterin maupun sistemik. Selain itu

pada beberapa kasus, trauma yang signifikan seperti trauma penetrasi atau trauma tembak

dapat menyebabkan terjadinya abortus.3

Penatalaksanaan abortus merupakan hal yang penting diperhatikan oleh tenagamedis

terutama di instalasi gawat darurat. Perdarahan dan infeksi seharusnya menjadi fokus utama

dalam penatalaksanaan kondisi ini karena dapat berakibat fatal bagi keselamatan pasien.

Sebagian pasien mungkin membutuhkan intervensi medis yang lebih lanjut untuk

mengevakuasi isi rahim seperti aspirasi vakum manual atau kuretase.1,3Pada akhirnya,

keselamatan pasien harus menjadi prioritas nomor satu dalam manajemen abortus.

5
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. RF

Usia : 38 tahun

JenisKelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Petai

Tanggal masuk RS : 26 Februari 2022

Anamnesis

Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 4 jam smrs.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 4 jam smrs. Darah keluar

terus menerus tidak berhenti, darah yang keluar berwarna merah segar, sebagian bergumpal.

Pasien mengaku sempat ada seperti daging yang keluar menyertai darah. Keluhan disertai

rasa kram di perut yang semakin nyeri sejak 1 hari yang lalu,, tidak menjalar, terasa pada

perut bagian bawah. Pasien mengaku sebelumnya sempat keluar flek berwarna merah sejak 1

6
minggu smrs. pasien mengaku tidak mengetahui kalau sedang hamil. HPHT lupa

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak ada riwayat sakit lama. Pasien menyangkal adanya hipertensi, asma ataupun

diabetes melitus.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung disangkal di keluarga. Tidak ada

riwayat keluhan serupa pada keluarga pasien.

Riwayat Pengobatan

Tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu lama.

Riwayat Antenatal Care (-)

Riwayat Menstruasi

7
Pasien mengalami haid pertama pada usia 13 tahun. Siklus haid tidak teratur. Durasi haid 5 –

7 hari, biasanya disertai nyeri haid, pasien dapat mengganti pembalut 2-3 x / hari selama haid.

Riwayat Pernikahan

Pasien menikah satu kali di tahun 2002 pada usia 18 tahun

Riwayat Obstetri

P5A0H5

Riwayat Kontrasepsi

Pasien menggunakan kontrasepsi pil.

Riwayat Sosial dan Pekerjaan

Pasien adalah ibu rumah tangga ,kegiatan pasien sehari–hari adalah memasak, membersihkan

rumah, mengurus anak. Pasien jarang berolahraga. Pasien makan teratur 3x sehari.

Pemeriksaan Fisik

8
Status generalis

Kesadaran : compos mentis

Keadaanumum : tampak sakit berat

Tekanandarah : 110/60 mmHg

Frekuensinadi : 84 x / menit

Frekuensinapas : 20 x / menit

Suhutubuh :36,3oC

Mata

 Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, cekung-/-

 Pupil isokor 3 mm / 3 mm

Leher

 Trakea di tengah, tidak adabenjolan

 JVP 5+ 0

cmH2OThoraks

 Jantung

o Inspeksi : Iktus kordis tidakterlihat

o Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga 5 midklavikulakiri

o Perkusi : batas jantung normal, kesan tidakkardiomegali

o Auskultasi : BJ I/II normal reguler, tidak ada murmur atauregurgitasi

 Paru

9
o Inspeksi : Dada simetris saat statis/dinamis, tidak tampak penggunaan

otot bantunapas

o Palpasi : Fremitus sama kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan atau

krepitasi

o Perkusi : Sonor seluruh lapangparu

o Auskultasi : vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing-/-

Abdomen

 Inspeksi : datar, simetris, vena kolateral (-), scar(-)

 Auskultasi : BU (+), peristaltik kesannormal

 Palpasi : fundus uteri tidak teraba, nyeri tekan(-)

 Perkusi :timpani

Ekstremitas

 Superior : akral hangat, CRT < 2 detik, pucat +/+, pitting edema-/-

 Inferior : akral dingin, CRT < 2 detik, pucat +/+, pitting edema -/-

Status Ginekologi

 Inspeksi : tidak tampak tanda peradangan pada labia dan vulva, tampak darah

keluar darivulva

 Inspekulo : porsio terbuka, fluxus +, tampak jaringan di depan OUE

 VT : uterus antefleksi, teraba jaringan, porsio terbuka 1 cm, adneksa kiri

dan kanan tidak teraba massa, cavum Douglas tidak menonjol

 RT : sfinkter ani ketat, ampula rekti kosong, mukosa rektilicin

10
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (26/2/2021)

Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
 Hemoglobin 8 g/dL 12-16
 Hematokrit 27,6 % 36 – 47
 Leukosit 10.900 /uL 4.000 – 11.000

 Eritrosit 2,98 . 106/ uL 4,1 – 5,1

 Trombosit 222.000 / uL 150.000 – 450.000

 MCV 86,5 fL 81 – 99
30,8 pg 27 – 31
 MCH
35,7 g/dL 31 – 37
 MCHC
13,1 % 11,5-14,5
 RDW
15,7 % 10 – 18
 PDW
7,5 fL 6,5 – 9,5
 MPV
0,166 % 0,1 – 0,5
 PCT
Hitung Jenis Leukosit
 Limfosit 14 % 20 – 40
 Midcell 5% 2 – 10
 Granulosit 81 % 50 -70
Bleeding Time 3 menit 1–3
Clotting Time 6 menit 3–8
Anti Sars-Cov 2 Non reaktif Non reaktif

Diagnosis

 Diagnosis kerja: G6P5A0H5 gravid 15-16 minggu + Abortus inkomplit + Anemia

normositik normokrom ec bloodloss

11
Rencana Penatalaksanaan

 IVFD RL 30 tpm

 Oksigen dengan nasal kanul 2lpm

 Pemantauan tanda vital

 Rencana evakuasi sisa konsepsi: pro kuretase cito

Follow Up

27/2/2022 Post kuretase

S : Pasien sadar, masih lemas, pucat, pusing, tidak demam. Gejala berkurang,

perdarahan berkurang

O :

 Compos mentis, tampak sakit sedang, TD 100/70 mmHg, HR 110 x/menit, RR 20

x/menit, suhu36,2oC

 Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-

 Thoraks: BJ I/II normal reguler, murmur (-), suara napas vesikuler +/+, ronki -/-,

mengi-/-

 Abdomen: datar, nyeri tekan (-), perkusi timpani, BU (+)

 Ekstremitas: pucat +, akral hangat, CRT < 2 detik, turgorbaik

A : P5A1 post kuretase atas indikasi abortus inkomplit, anemia normositiknormokrom

P :

 IVFD RL 40 tpm

12
 Injeksi Ceftriaxone 2 x 1gr

 Methergin tab 3 x1

 Asam mefenamat 3 x 500 mg

 Transfusi PRC 1 kantong

 Aff catheter 1 x 24jam

28/2/2022

S : Pasien tidak lemas, pucat masih ada, pusing sedikit masih ada, tidak demam,

perdarahanberhenti.

O :

 Compos mentis, tampak sakit ringan, TD 100/70 mmHg, HR 88 x/menit, RR 16

x/menit, suhu36,4oC

 Mata: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-

 Thoraks: BJ I/II normal reguler, murmur (-), suara napas vesikuler +/+, ronki -/-,

mengi-/-

 Abdomen: datar, nyeri tekan (-), perkusi timpani, BU (+)

 Ekstremitas: pucat +, akral hangat, CRT < 2 detik, turgor baik

A : P5A2, anemia normositiknormokrom

P :

 Rencanapulang

 Edukasi

o Tanda infeksi (demam, keputihan berbau dan gatal, nyeri perutbawah)

o Tanda perdarahan (lemas memberat, perdarahanberulang)

13
o Makan gizi seimbang, minumcukup

o Rencana kontrol 1minggu

 Obatpulang

o Asam mefenamat 3 x 500mg

o Vitamin B kompleks 3 x 1tab

14
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Abortus merupakan terminasi kehamilan sebelum janin dapat bertahan di lingkungan

luar rahim. Batasan yang digunakan dalam menentukan apakah janin dapat bertahan atau

tidak adalah usia kehamilan atau berat janin. Batasan ini dapat beragam sesuai dengan

instansi atau ahli yang berpendapat, namun pada umumnya batasan yang digunakan adalah

usia kehamilan di bawah 20 minggu atau berat janin di bawah 500gram.4

Berdasarkan proses terjadinya, abortus dapat dibagi dua menjadi abortus spontan dan

abortus yang diinduksi. Abortus spontan, sesuai namanya, terjadi secara alami oleh karena

berbagai faktor sedangkan abortus yang diinduksi adalah abortus yang dipaksa terjadi secara

eksternal, yang pada umumnya melalui intervensi medis.5

Abortus spontan dapat dibedakan lagi menjadi abortus komplit, abortus inkomplit,

abortus iminens, abortus insipien, dan missed abortion. Pembagian ini didasarkan kepada

manifestasi klinis yang muncul. Abortus septik merupakan terminologi yang digunakan untuk

abortus yang terjadi dengan komplikasi infeksi yang dapat terjadi baik pada abortus spontan

maupun abortus yang diinduksi. Apabila seorang pasien sudah mengalami abortus sebanyak 3

kali atau lebih, maka kejadian tersebut dapat disebut dengan abortus habitual.5

Epidemiologi

Sekitar 30% hingga 40% wanita yang hamil akan mengalami perdarahan

pervaginam di awal kehamilan yang terkadang dianggap sebagai menstruasi biasa.5 Hal ini

15
berpengaruh kepada insidensi ataupun prevalensi dari kejadian abortus pada ibu hamil di

dunia. Tes kehamilan penting dilakukan untuk menentukan penyebab perdarahan pervaginam

pada wanita.

Dalam hal kehamilan sudah diketahui secara klinis, angka kejadian atau insidensi

kasus abortus mencapai 10% hingga 15% dari total kehamilan. Beberapa studi lain

mengatakan bahwa angka kejadian yang sesungguhnya dapat mencapai20%, 30%, bahkan

hingga 50% jika semua kehamilan, baik secara klinis maupun biokimia melalui hasil

pengecekan hCG, dimasukkan ke dalam perhitungan. Setelah diteliti ternyata angka abortus

pada awal konsepsi, sekitar 2 hingga 4 minggu setelah konsepsi, mencapai lebih dari angka

abortus pada kehamilan yang terdeteksi secara klinis yang umumnya terjadi di trimester awal,

di minggu ke 4 hingga minggu16.4-6

Abortus inkomplit memegang angka kejadian abortus tertinggi di antara tipe abortus

lainnya yaitu mencapai 60% dari total kehamilan dengan perdarahan. Di sisi lain, abortus

iminens atau ancaman abortus dapat mencapai angka 30 – 40% dari total kejadian abortus.

Missed abortus hanya mengambil 2% dari total abortus dan abortus septik yang merupakan

komplikasi infeksi dari abortus memiliki insidensi 0,4 – 0,6 dari 100.000 kejadian abortus.5,6

Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab dari abortus dapat bervariasi dan masih menjadi perdebatan di antara para

ahli obstetri. Pada umumnya, ada banyak hal dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

mencari tahu penyebab pasti dari suatu kejadian abortus. Faktor–faktor tersebut dapat berasal

dari janin, ibu, maupun lingkungan tempat janinberkembang.6,7

Salah satu faktor janin yang diketahui berpengaruh besar terhadap kejadian abortus

adalah kelainan kromosom. Hal ini diyakini sebagai penyebab sebagian besar abortus dimana

16
sekitar 75% kelainan kromosom terjadi sebelum usia kehamilan 8 minggu dengan kelainan

yang paling umum adalah trisomi. Kesalahan diketahui terjadi sebagian besar pada

gametogenesis maternal yaitu sekitar 95%, dan kesalahan gametogenesis paternal sekitar 5%.

Kelainan lainnya adalah monosomi, contohnya sindrom Turner apabila janin bertahan hidup,

yang cukup jarang dapat bertahan hidup hingga aterm. Angka kejadian trisomi dan monosomi

meningkat seiring dengan meningkatnya usia ibu, disini faktor usia ibu berpengaruh terhadap

faktor kromosom janin.5-7

Darisisimaternal,adaberbagaifaktoryangdapatmempengaruhikejadianabortus,di

antaranya adalah infeksi, penyakit medis ibu ,usia, kondisi psikososial, nutrisi, dan

lingkungan serta pekerjaan. Infeksi pada plasenta maupun uterus yang berkaitan dengan

implantasi fetoplasenta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Beberapa virus,

bakteri, maupun parasit seperti Mycoplasma, Listeria, dan Toxoplasma dapat melintasi aliran

darah plasenta menyebabkan terjadinya abortus rekuren, meskipun kasusnya jarang dijumpai.

Kondisi medis ibu seperti diabetes melitus, lupus, dan hipotiroidisme diketahui dapat

meningkatkan risiko kejadian abortus hingga 40% meskipun mekanismenya belum

sepenuhnya dapat dimengerti. Selain itu, kelainan anatomis pada organ reproduksi maternal

seperti abnormalitas uterus, inkompetensi serviks, dan kelainan kongenital uterus juga

memiliki efek terhadap implantasi embrio pada dinding rahim. Faktor sosial seperti stres, atau

kekerasan dalam rumah tangga memiliki riwayat buruk terhadap terjadinya abortus spontan

dimana terpicunya hormon stres dapat mengakibatkan berbagai dampak buruk sepertiabortus,

berat badan lahir rendah, dan kelahiran preterm. Meningkatnya usia, konsumsi alkohol dan

rokok diketahui berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya abortus spontan dimana

semakin tinggi angka kejadian abortus. Terakhir, racun ataupun senyawa kimia dari

lingkungan atau tempat kerja seperti bisphenol A, DDT, agensterilisasi, paparanx-raydan lain

sebagainya juga diketahui dapat sedikit meningkatkan angka kejadian abortus meskipun

belum ada penelitian yang dapat memastikan angka dan mekanismenya.5-8


17
Selain faktor maternal, faktor paternal yang dikaitkan dengan meningkatnya usia

juga memiliki pengaruh dalam kejadian abortus. Dalam suatu penelitian, dikatakan bahwa

angka risiko abortus terkecil diperoleh pada usia paternal di bawah 25 tahun dan meningkat

secara progresif seiring dengan meningkatnya usia paternal. Penelitian ini masih butuh studi

lebih lanjut, namun diduga ada potensi keterkaitan antara usia dengan kelainan kromosom

pada spermatozoa.7,8

Manifestasi Klinis

Abortus spontan pada umumnya ditandai dengan dua gejala utama yaitu perdarahan

pervaginam dan kram perut. Gejala ini dapat timbul dengan derajat yang bervariasi pada

pasien dengan faktor risiko yang berbeda. Berdasarkan manifestasi klinis yang muncul dan

tahapan terjadinya, abortus spontan dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu abortus iminens,

abortus insipien, abortus inkomplit, abortus komplit, dan missed abortion.5-9

Abortus iminens merupakan ancaman pengeluaran hasil konsepsi dalam uterus yang

ditandai dengan perdarahan pervaginam yang minimal dengan nyeri perut yang tidak begitu

signifikan terasa namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Abortus tipe ini disebut sebagai

ancaman karena pada dasarnya janin masih dapat dipertahankan dengan tatalaksana yang

tepat, meskipun survei menunjukkan sekitar 25 – 50% kasus abortus iminens berakhir dengan

gugurnya kandungan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran uterus masih sesuai

usia kehamilan dan serviks menutup pada abortusiminens.5,9

Abortus insipien merupakan awal dari mulainya proses abortus yang sudah tidak

dapat dihentikan lagi. Pada abortus ini gejala yang umumnya muncul adalah perdarahan

pervaginam

dan kram perut yang signifikan, namun tetap belum ada pengeluran hasil konsepsi. Pada

18
pemeriksaan fisik umumnya ditemukan ukuran uterus yang masih sesuai usia kehamilan

dengan serviks yang membuka, menandakan sudah dimulainya proses abortus. Abortus

insipien dapat berakhir dengan abortus inkomplit ataupun abortus komplit.6,9

Abortus inkomplit ditandai dengan adanya pengeluaran sisa konsepsi dari dalam

uterus. Perdarahan pada fase ini pada umumnya cukup signifikan dan dapat menyebabkan

kegawatdaruratan apabila tidak segera diberikan tatalaksana awal. Kram perut yang muncul

juga dapat bervariasi mulai dari sedang hingga hebat. Abortus inkomplit menyisakansebagian

hasil konsepsi di dalam uterus sehingga perdarahan tidak dapat berhenti dengan sendirinya.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui ukuran uterus yang sedikit kurang ataupun masih sesuai

usia kehamilan dan serviks yang terbuka. Pada kasus abortus dengan perdarahan yang hebat

dan tidak berhenti, perlu dipikirkan kemungkinan abortus inkomplit dengan memeriksa sisa

konsepsi yang mungkin masih ada di dalamuterus.7,9

Abortus komplit merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari dalam uterus

dengan tidak menyisakan bagian konsepsi di dalamnya. Pengeluaran hasil konsepsi yang utuh

mengakibatkan uterus dapat berkontraksi maksimal dan meminimalkan perdarahan sertakram

perut yang terjadi selama abortus komplit. Pada pemeriksaan fisik umumnya dapat ditemui

ukuran uterus yang sudah mengecil dengan serviks yang membuka/menutup. Bagian – bagian

hasil konsepsi perlu diperiksa untuk memastikan tidak ada sisa jaringan yang menetap

didalam uterus.6-9

Missed abortion merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan terjadinya

proses abortus yang gagal mengeluarkan hasil konsepsi dari dalam uterus. Dalam beberapa

kasus, kehamilan bahkan belum sempat terdeteksi oleh pasien sehingga sisa konsepsi

mengeras di dalam uterus. Pada abortus ini, janin telah mati di dalam uterus namun tidak

disertai proses ekspulsi jaringan keluar dari uterus sehingga tidak ada gejala perdarahan

ataupun kram perut. Gejala kehamilan pun akan hilang setelah terjadinya missed abortion

19
karena pasien pada dasarnya sudah tidak hamil lagi. Pada pemeriksaan fisik umumnya

ditemui ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan dengan serviks menutup pada

pemeriksaandalam.6-9

Tabel 1. Berbagai manifestasi klinis abortus berdasarkan tipenya9


Ekspulsi
Diagnosis Perdarahan Nyeri perut Uterus Serviks
jaringan
Abortus Sedikit Sedang Sesuai usia Tertutup Tidak ada
iminens kehamilan
Abortus Sedang- Sedang- Sesuai usia Terbuka Tidak ada
insipien Banyak Hebat kehamilan
Abortus Sedang- Sedang- Sesuai usia Terbuka Sebagian
inkomplit Banyak Hebat kehamilan
Abortus Sedikit Sedikit Lebih kecil Terbuka / Seluruhnya
komplit dari usia Tertutup
kehamilan
Missed Tidak ada Tidak ada Lebih kecil Tertutup Tidak ada,
abortion dari usia namunjanin
kehamilan telah mati

Komplikasidariabortusyangpalingseringterjadiadalahsyokakibathilangnyadarah dari

dalam tubuh (perdarahan) dan infeksi. Kedua komplikasi ini perlu menjadi perhatian penting

karena dapat mengancam nyawa pasien. Syok ditandai dengan munculnya rasalemas, lemah,

pucat, dan pusing pada pasien. Sedangkan infeksi atau abortus septik ditandai dengan

demam, keputihan berbau dan gatal, serta nyeri akibat peradangan.5

20
Gambar 1. Ilustrasi berbagai tipe abortus6

Diagnosis

Diagnosis dari abortus pada umumnya hanya didasarkan pada anamnesis dan

pemeriksaan fisik dimana gejala dan tanda yang khas pada abortus dapat menentukan

diagnosis abortus dan tipe abortus yang sedang terjadi. Pada beberapa kasus beberapa

pemeriksaan tambahan seperti ultrasonografi mungkin diperlukan untuk memastikan

diagnosis abortus yang belum jelas. Pemeriksaan lain yaitu tes kehamilan juga dapat

dilakukan untuk memastikan adanya kehamilan pada pasien dengan perdarahan pervaginam

yang tidak jelas penyebabnya. Untuk kasus missed abortion, umumnya diperlukan

pemeriksaan ultrasonografi yang lebih komprehensif untuk memastikan adanya tanda

kehidupan di dalam rahim. Pemeriksaan lain

21
dilakukan untuk menunjang komplikasi dari abortus seperti pemeriksaan laboratorium

hematologi.5-8

Tatalaksana

Penatalaksanaanabortusharusdifokuskankepadakondisikeselamatanpasien.Secara

umum, kondisi kegawatdaruratan yang paling mungkin dijumpai adalah syok hipovolemik

akibat kehilangan darah terus menerus. Pada kondisi ini, tatalaksana kegawatdaruratan pasien

perlu dilakukan dimulai dengan asesmen tanda vital dan kondisi umum. Kemudian apabila

perdarahan cukup signifikan atau tanda syok sudah muncul, pasien dapat diberikan cairan

infus kristaloid yang adekuat melalui dua jalur infus. Cairan kristaloid dipilih karena

memiliki kemampuan untuk segera menggantikan cairan tubuh sehingga mengurangi

kekurangan cairan atau kondisi hipovolemik. Sambil menunggu pemberian cairan kristaloid,

kantong darah sebagai pengganti darah yang hilang harus segera dipersiapkan agar dapat

diberikan segera setelah pemberian cairan kristaloid. Apabila ada tanda – tanda abortus septik

atau infeksipada proses abortus, maka pemberian kombinasi antibiotik sebaiknya tidak

ditunda untuk mencegah sepsis. Penatalaksanaan selanjutnya adalah tatalaksana yang

dikhususkan untuk masing – masing tipeabortus.9-10

Pada abortus iminens, kehamilan masih mungkin dipertahankan, sehingga pasien

umumnya dianjurkan untuk beristirahat (bed rest), tidak beraktivitas berlebihan dan

berhubungan seksual, melakukan pemantauan perdarahan hingga berhenti. Pasien juga

dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pokok dan tambahan termasuk suplemen

selama kehamilan. Apabila ada gejala yang mengganggu, obat simtomatik dapat diberikan.

Pemeriksaan ultrasonografi mungkin diperlukan untuk memastikan kondisi janin, terutama

apabila perdarahan tidak berhenti.5,9

22
Pada abortus insipien dan abortus inkomplit, evakuasi hasil konsepsi perlu dilakukan untuk

segera menghentikan perdarahan yang terjadi pada pasien. Apabila usia kehamilan di bawah

16 minggu, umumnya evakuasi dapat langsung dilakukan dengan kuretase ataupun aspirasi

vakum manual terutama apabila pasien mengalami perdarahan hebat hingga syok. Apabila

usia kehamilan di atas 16 minggu, maka pengeluaran konsepsi dapat ditunggu secara alami

dengan bantuan drip oksitosin 40 IU dalam ringer laktat atau NaCl 0,9% 1 liter pada 40 tpm.

Pemantauan dilakukan tiap 30 menit selama 2 jam, dan apabila tidak keluar, maka dapat

dilakukan evakuasi manual. Pemantauan di ruang rawat dapat dilakukan selama 24 jam untuk

memantau hemoglobin, tanda vital, gejala perdarahan, dan produksi urin. Apabila hasil

pemantauan bagus, maka pasien dapat dipulangkan. Apabila terdapat anemia, pasien dapat

diberikan tablet sulfas ferosus atau transfusi darah. Pada abortus komplit, cukup dilakukan

observasi kondisi tanda vital dan hemoglobin pasien hingga dipulangkan.8,9

Padakasusmissedabortion,evakuasisecaramanualdengankuretaseataupunaspirasi

vakum manual dilakukan apabila usia kehamilan masih di bawah 16 minggu. Apabila usia

kehamilan sudah di atas 16 minggu maka dapat dilakukan pematangan serviks dengan drip

oksitosin 20 IU dalam NaCl 0,9% atau ringer laktat 500 mL 20 tpm untuk rencana ekspulsi

hasil konsepsi secaraalami.9

Bagi wanita pada umumnya, abortus spontan atau keguguran merupakan suatu hal

yang berat secara psikologis dan dapat menjadi stressor bagi pasien dalam jangka waktu yang

panjang. Pasien terkadang membutuhkan konseling mengenai keguguran yang terjadi pada

pasien. Sering kali pertanyaan seperti “mengapa keguguran terjadi”, “apa yang dapat

dilakukan untuk mencegah keguguran”, “apakah kehamilan selanjutnya akan seperti ini

muncul” muncul dalam pikiran pasien. Dokter memiliki peran untuk memberikan informasi

dan konseling mengenai hal–hal ini kepada pasien dan membantu pasien agar dapat melewati

trauma psikologis dari keguguran. Tidak jarang saran dari dokter dapat memperkecil

23
kemungkinan pasien untuk menderita keguguran berulang pada kehamilan berikutnya.6-8

24
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien perempuan usia 38 tahun datang dengan perdarahan pervaginam hebat sejak 4

jam smrs. Pasien tidak mengetahui jika sedang hamil, memiliki riwayat flekber warna merah

sejak 1 minggu sebelumnya. Saat datang, kondisi pasien sudah lemas, pucat, dan pusing. Dari

anamnesis ini dapat diketahui bahwa pasien sedang mengalami kehilangan darah dalam

jumlah banyak dan waktu yang cukup lama yaitu sejak flek muncul. Hasil pemeriksaan fisik

yaitu takikardi mengkonfirmasi kondisi syok pada pasien sehingga pasien langsung diberikan

tatalaksana cairan segera dengan cairan kristaloid ringer laktat yang dengan tetesan cepat.

Pasien mengaku sudah memiliki 5 orang anak dengan proses persalinan normal

seluruhnya, tidak pernah mengalami keguguran. Pasien mengaku perdarahan keluar dalam

bentuk darah segar dan gumpalan, yang juga disertai daging atau jaringan sisa konsepsi. Pada

pemeriksaan fisik lanjutan uterus teraba 2 jari diatas simfisis. Berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik dapat disimpulkan diagnosis kerja awal bahwa pasien mengalami abortus

inkomplit yang disertai anemia.

Sesuai dengan pedoman tatalaksana, maka pasien direncanakan untuk dilakukan

evakuasisisa konsepsi yang tertinggal di uterus secara manual dengan kuretase. Prosedur

kuretase direncanakan dilakukan di ruang operasi untuk mencegah komplikasi infeksi atau

abortus septik pada pasien. Selain itu pada pasien juga direncakan penggantian cairan tubuh

dengan kantong darah PRC sebanyak 2 kantong sesuai dengan hasil hemoglobin 8 g/dL

dengan kondisi umum yang cukup berat.

Kuretase berhasil dilakukan di ruangan operasi, dan setelahnya pasien masuk ruang

rawat inap. Pada follow up pertama di ruang rawat inap pasca kuretase, perdarahan pasien

25
sudah jauh berkurang, namun masih ada sedikit. Pasien masih lemas, pusing, dan pucat

karena efek dari kekurangan darah dan cairan sebelumnya. Sesuai dengan patofisiologinya,

uterus yang bersih dari jaringan sisa konsepsi akan dapat berkontraksi secara maksimal dan

menutup aliran darah dari uterus ke luar sehingga perdarahan segera berhenti. Hal ini dibantu

dengan pemberian ergometrin untuk meningkatkan kontraksi uterus. Tujuan dari evakuasi isi

rahim untuk menghentikan perdarahan segera tercapai pada kasusini.

Di ruangan rawat inap, pasien dipantau tanda vital dan kondisi umumnya secara

berkala untuk memastikan tidak adanya kondisi yang mengancam nyawa pasien. Transfusi

kantong darah PRC sebanyak 2 kantong juga berhasil dilakukan di ruangan rawat inap.

Setelah 24 jam, pasien sudah tidak merasa ada perdarahan lagi. Gejala lemas, pusing

dan pucat sudah sedikit berkurang meskipun masih ada. Tanda vital pasien terpantau baik

sehingga akhirnya pasien dipulangkan dengan obat pulang dan edukasi mengenai kondisi

yang pasien alami, serta hal – hal apa yang ke depannya perlu dipantau dirumah.

Sesuai teori mengenai abortus, bahwa risiko abortus meningkat pada pasien dengan

faktor risiko maternal seperti usia terutama di atas 30 tahun, dan memiliki riwayat abortus

sebelumnya. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pasien agar tahu mengenai konsekuensi

yang mungkin timbul apabila pasien merencanakan kehamilan berikutnya. Perlu dilakukan

pemeriksaan dan analisa lebih lanjut untuk memetakan risiko apa saja yang pasien milikiserta

bagaimana cara untuk meminimalisir risiko tersebut.

Kondisi pasien pada kasus mencerminkan kondisi yang cukup umum ditemukan di

fasilitas kesehatan terutama faskes primer dimana wanita hamil datang dengan perdarahan

pervaginam dengan syok hipovolemik ternyata mengalami abortus inkomplit dengan

perdarahan yang hebat. Pasien dalam kasus dapat ditangani dengan baik karena koordinasi

yang baik antar tenaga kesehatan dan fasilitas yang memadai untuk melakukan evakuasi isi

rahim segera. Berbeda halnya apabila fasilitas yang dimiliki terbatas sehingga evakuasi tidak
26
dapat dilakukan segera. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga medis untuk

dapat menangani kasus abortus dengan tidak berharap pada fasilitas yang lengkap. Dengan

angka abortus yang cukup tinggi pada kehamilan muda, tidak mungkin rasanya kasus initidak

dijumpai difasilitas kesehatan yang lebih minim seperti puskesmas ataupun klinik. Oleh

karena itu kesiapan dalam menangani kasus abortus haruslah menjadi salah satu fokus utama

tenaga kesehatan di faskes pelayanan primer.

27
DAFTARPUSTAKA

1. Alves C, Rapp A. Spontaneous Abortion (Miscarriage) [Internet]. StatPearls

Publishing. 2020. Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560521/

2. CohainJS,BuxbaumRE,MankutaD.Spontaneousfirsttrimestermiscarriageratesper

woman among parous women with 1 or more pregnancies of 24 weeks or more. BMC

Pregnancies Birth. 2017; 17:437.

3. Prager S, Micks E, Dalton VK. Pregnancy loss (miscarriage): Risk factors, etiology,

clinical manifestation, and diagnostic evaluation [Internet]. UpToDate. 29 June 2020.

Available at https://www.uptodate.com/contents/pregnancy-loss-miscarriage-risk-

factors-etiology-clinical-manifestations-and-diagnostic-evaluation

4. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi

T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Edisi ke 4. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta, 2010; hlm.460-91.

5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, etal.

Williams Obstetrics. 25thed. McGraw-Hill Education. Chapter 18, Abortion. 2018;

p.346-62.

6. OatsJ,AbrahamS.Llewellyn-JonesFundamentalsofObstetricsandGynaecology.10thed.

Philadelphia: Elsevier. Chapter 11, Miscarriage and abortion. 2017;p.105-12.

7. HobelCJ,WilliamsJ.Antepartumcare.In:HackerNF,GamboneJC,HobelCJ.Hacker and

Moore’s Essential of Obstetrics and Gynecology. 6thed. Philadelphia: Elsevier. 2016;

p.76-96.

8. Smith RP. Netter’s Obstetrics and Gynecology. 3rded. Philadelphia: Elsevier. Chapter

18, Abortion. 2018;p.41-3.

9. Pelayanankesehatanibudifasilitaskesehatandasardanrujukan.Edisike1.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013; hlm. 84-91.

28
10. BallasJ,RobertsS.Hypovolemicshock.In:PhelanJP,PachecoLD,FoleyMR,Saade GR,

Dildy GA, Belfort MA. Critical Care Obstetrics. 6thed. New Jersey: Wiley Blackwell.

2019; p.535-46.

29
Daftar Hadir Presentasi Kasus Abortus via Zoom Meeting

Tanggal : 12 Oktober2020

No Nama Peran
1. dr. Khodijah, MM Pendamping
2. dr. Chunin Widyaningsih, MKM Pendamping
3. dr. Ronald Oscar, Sp.OG Pembimbing laporan kasus
4. dr. Caren Andika Surbakti Insip (Presentan)
5. dr. Lia Pertiwi Insip (Moderator)
6. dr. Khaidarni Insip
7. dr. Ismy Drina Mutia Insip
8. dr. Erna Riani Insip
9. dr. Susan Utari Ningsih Insip
10. dr. Alisya Putri Hannani Insip
11. dr. Novia Yerli Insip
12. dr. Prajna Paramita Insip
13. dr. Vany Catlea Putri Insip
14. dr. Raja Ririn Sriningsih Insip
15. dr. Lailatul Mardhiyah Insip

30

Anda mungkin juga menyukai