Abortus
Disusun untuk melengkapi tugas Program Internsip Dokter Indonesia di Rumah Sakit
disusun oleh
2
DAFTAR ISI
BABI. PENDAHULUAN 4
BAB II.LAPORANKASUS 6
BABIV. PEMBAHASAN 25
DAFTAR PUSTAKA 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus merupakan salah satu penyulit obstetri yang umum dijumpai baik di negara
maju maupun negara berkembang. Ahli dari berbagai negara mendefinisikan abortus sebagai
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, yaitu
janin yang berusia di bawah 20 minggu. Umumnya kejadian abortus banyak dijumpai pada
Gejaladariabortusdapatbersifattidakspesifiksepertiperdarahanjalanlahirdankram
perut. Pengeluaran hasil konsepsi yang dilihat langsung oleh pasien maupun tenaga medis
dapat menjadi tanda spesifik adanya abortus yang sedang berlangsung. 1Abortus dapat
menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa pasien apabila tidak ditangani dengan baik.
Beberapa diantaranya syokhemoragik yang diakibatkan oleh perdarahan jalan lahir yang tidak
berhenti, dan infeksi hingga sepsis apabila pengeluaran hasil konsepsi tidak dijaga dengan
steril.2
Angka kejadian abortus berkisar antara 10% hingga 20%, angka ini beragam dan
bergantung kepada berbagai faktor risiko dari masing–masing pasien seperti usia, ras, kondisi
kesehatan, kondisi ekonomi, dan riwayat perdarahan atau abortus sebelumnya. Namun
insidensi yang sesungguhnya dari abortus tidak dapat sepenuhnya terungkap karena
banyaknya kejadian abortus yang terjadi diminggu-minggu awal kehamilan dimana banyak
pasien bahkan tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Hal ini menyebabkan beberapa
Penyebab dari kejadian abortus masih belum dapat sepenuhnya diketahui. Beberapa
abortus dimana fetus tidak dapat bertahan di dalam uterus dan dikeluarkan secara alami oleh
4
tubuh. Beberapa penyebab lain adalah kelainan anatomi uterus, kelainan pada regulasi
hormon kehamilan, penyakit autoimun, dan infeksi intrauterin maupun sistemik. Selain itu
pada beberapa kasus, trauma yang signifikan seperti trauma penetrasi atau trauma tembak
terutama di instalasi gawat darurat. Perdarahan dan infeksi seharusnya menjadi fokus utama
dalam penatalaksanaan kondisi ini karena dapat berakibat fatal bagi keselamatan pasien.
Sebagian pasien mungkin membutuhkan intervensi medis yang lebih lanjut untuk
mengevakuasi isi rahim seperti aspirasi vakum manual atau kuretase.1,3Pada akhirnya,
keselamatan pasien harus menjadi prioritas nomor satu dalam manajemen abortus.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. RF
Usia : 38 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Petai
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 4 jam smrs.
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 4 jam smrs. Darah keluar
terus menerus tidak berhenti, darah yang keluar berwarna merah segar, sebagian bergumpal.
Pasien mengaku sempat ada seperti daging yang keluar menyertai darah. Keluhan disertai
rasa kram di perut yang semakin nyeri sejak 1 hari yang lalu,, tidak menjalar, terasa pada
perut bagian bawah. Pasien mengaku sebelumnya sempat keluar flek berwarna merah sejak 1
6
minggu smrs. pasien mengaku tidak mengetahui kalau sedang hamil. HPHT lupa
Pasien tidak ada riwayat sakit lama. Pasien menyangkal adanya hipertensi, asma ataupun
diabetes melitus.
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung disangkal di keluarga. Tidak ada
Riwayat Pengobatan
Riwayat Menstruasi
7
Pasien mengalami haid pertama pada usia 13 tahun. Siklus haid tidak teratur. Durasi haid 5 –
7 hari, biasanya disertai nyeri haid, pasien dapat mengganti pembalut 2-3 x / hari selama haid.
Riwayat Pernikahan
Riwayat Obstetri
P5A0H5
Riwayat Kontrasepsi
Pasien adalah ibu rumah tangga ,kegiatan pasien sehari–hari adalah memasak, membersihkan
rumah, mengurus anak. Pasien jarang berolahraga. Pasien makan teratur 3x sehari.
Pemeriksaan Fisik
8
Status generalis
Frekuensinadi : 84 x / menit
Frekuensinapas : 20 x / menit
Suhutubuh :36,3oC
Mata
Pupil isokor 3 mm / 3 mm
Leher
JVP 5+ 0
cmH2OThoraks
Jantung
Paru
9
o Inspeksi : Dada simetris saat statis/dinamis, tidak tampak penggunaan
otot bantunapas
o Palpasi : Fremitus sama kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan atau
krepitasi
Abdomen
Perkusi :timpani
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT < 2 detik, pucat +/+, pitting edema-/-
Inferior : akral dingin, CRT < 2 detik, pucat +/+, pitting edema -/-
Status Ginekologi
Inspeksi : tidak tampak tanda peradangan pada labia dan vulva, tampak darah
keluar darivulva
10
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (26/2/2021)
MCV 86,5 fL 81 – 99
30,8 pg 27 – 31
MCH
35,7 g/dL 31 – 37
MCHC
13,1 % 11,5-14,5
RDW
15,7 % 10 – 18
PDW
7,5 fL 6,5 – 9,5
MPV
0,166 % 0,1 – 0,5
PCT
Hitung Jenis Leukosit
Limfosit 14 % 20 – 40
Midcell 5% 2 – 10
Granulosit 81 % 50 -70
Bleeding Time 3 menit 1–3
Clotting Time 6 menit 3–8
Anti Sars-Cov 2 Non reaktif Non reaktif
Diagnosis
11
Rencana Penatalaksanaan
IVFD RL 30 tpm
Follow Up
S : Pasien sadar, masih lemas, pucat, pusing, tidak demam. Gejala berkurang,
perdarahan berkurang
O :
x/menit, suhu36,2oC
Thoraks: BJ I/II normal reguler, murmur (-), suara napas vesikuler +/+, ronki -/-,
mengi-/-
P :
IVFD RL 40 tpm
12
Injeksi Ceftriaxone 2 x 1gr
Methergin tab 3 x1
28/2/2022
S : Pasien tidak lemas, pucat masih ada, pusing sedikit masih ada, tidak demam,
perdarahanberhenti.
O :
x/menit, suhu36,4oC
Thoraks: BJ I/II normal reguler, murmur (-), suara napas vesikuler +/+, ronki -/-,
mengi-/-
P :
Rencanapulang
Edukasi
13
o Makan gizi seimbang, minumcukup
Obatpulang
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
luar rahim. Batasan yang digunakan dalam menentukan apakah janin dapat bertahan atau
tidak adalah usia kehamilan atau berat janin. Batasan ini dapat beragam sesuai dengan
instansi atau ahli yang berpendapat, namun pada umumnya batasan yang digunakan adalah
Berdasarkan proses terjadinya, abortus dapat dibagi dua menjadi abortus spontan dan
abortus yang diinduksi. Abortus spontan, sesuai namanya, terjadi secara alami oleh karena
berbagai faktor sedangkan abortus yang diinduksi adalah abortus yang dipaksa terjadi secara
Abortus spontan dapat dibedakan lagi menjadi abortus komplit, abortus inkomplit,
abortus iminens, abortus insipien, dan missed abortion. Pembagian ini didasarkan kepada
manifestasi klinis yang muncul. Abortus septik merupakan terminologi yang digunakan untuk
abortus yang terjadi dengan komplikasi infeksi yang dapat terjadi baik pada abortus spontan
maupun abortus yang diinduksi. Apabila seorang pasien sudah mengalami abortus sebanyak 3
kali atau lebih, maka kejadian tersebut dapat disebut dengan abortus habitual.5
Epidemiologi
Sekitar 30% hingga 40% wanita yang hamil akan mengalami perdarahan
pervaginam di awal kehamilan yang terkadang dianggap sebagai menstruasi biasa.5 Hal ini
15
berpengaruh kepada insidensi ataupun prevalensi dari kejadian abortus pada ibu hamil di
dunia. Tes kehamilan penting dilakukan untuk menentukan penyebab perdarahan pervaginam
pada wanita.
Dalam hal kehamilan sudah diketahui secara klinis, angka kejadian atau insidensi
kasus abortus mencapai 10% hingga 15% dari total kehamilan. Beberapa studi lain
mengatakan bahwa angka kejadian yang sesungguhnya dapat mencapai20%, 30%, bahkan
hingga 50% jika semua kehamilan, baik secara klinis maupun biokimia melalui hasil
pengecekan hCG, dimasukkan ke dalam perhitungan. Setelah diteliti ternyata angka abortus
pada awal konsepsi, sekitar 2 hingga 4 minggu setelah konsepsi, mencapai lebih dari angka
abortus pada kehamilan yang terdeteksi secara klinis yang umumnya terjadi di trimester awal,
Abortus inkomplit memegang angka kejadian abortus tertinggi di antara tipe abortus
lainnya yaitu mencapai 60% dari total kehamilan dengan perdarahan. Di sisi lain, abortus
iminens atau ancaman abortus dapat mencapai angka 30 – 40% dari total kejadian abortus.
Missed abortus hanya mengambil 2% dari total abortus dan abortus septik yang merupakan
komplikasi infeksi dari abortus memiliki insidensi 0,4 – 0,6 dari 100.000 kejadian abortus.5,6
Penyebab dari abortus dapat bervariasi dan masih menjadi perdebatan di antara para
ahli obstetri. Pada umumnya, ada banyak hal dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
mencari tahu penyebab pasti dari suatu kejadian abortus. Faktor–faktor tersebut dapat berasal
Salah satu faktor janin yang diketahui berpengaruh besar terhadap kejadian abortus
adalah kelainan kromosom. Hal ini diyakini sebagai penyebab sebagian besar abortus dimana
16
sekitar 75% kelainan kromosom terjadi sebelum usia kehamilan 8 minggu dengan kelainan
yang paling umum adalah trisomi. Kesalahan diketahui terjadi sebagian besar pada
gametogenesis maternal yaitu sekitar 95%, dan kesalahan gametogenesis paternal sekitar 5%.
Kelainan lainnya adalah monosomi, contohnya sindrom Turner apabila janin bertahan hidup,
yang cukup jarang dapat bertahan hidup hingga aterm. Angka kejadian trisomi dan monosomi
meningkat seiring dengan meningkatnya usia ibu, disini faktor usia ibu berpengaruh terhadap
Darisisimaternal,adaberbagaifaktoryangdapatmempengaruhikejadianabortus,di
antaranya adalah infeksi, penyakit medis ibu ,usia, kondisi psikososial, nutrisi, dan
lingkungan serta pekerjaan. Infeksi pada plasenta maupun uterus yang berkaitan dengan
bakteri, maupun parasit seperti Mycoplasma, Listeria, dan Toxoplasma dapat melintasi aliran
darah plasenta menyebabkan terjadinya abortus rekuren, meskipun kasusnya jarang dijumpai.
Kondisi medis ibu seperti diabetes melitus, lupus, dan hipotiroidisme diketahui dapat
sepenuhnya dapat dimengerti. Selain itu, kelainan anatomis pada organ reproduksi maternal
seperti abnormalitas uterus, inkompetensi serviks, dan kelainan kongenital uterus juga
memiliki efek terhadap implantasi embrio pada dinding rahim. Faktor sosial seperti stres, atau
kekerasan dalam rumah tangga memiliki riwayat buruk terhadap terjadinya abortus spontan
dimana terpicunya hormon stres dapat mengakibatkan berbagai dampak buruk sepertiabortus,
berat badan lahir rendah, dan kelahiran preterm. Meningkatnya usia, konsumsi alkohol dan
semakin tinggi angka kejadian abortus. Terakhir, racun ataupun senyawa kimia dari
lingkungan atau tempat kerja seperti bisphenol A, DDT, agensterilisasi, paparanx-raydan lain
sebagainya juga diketahui dapat sedikit meningkatkan angka kejadian abortus meskipun
juga memiliki pengaruh dalam kejadian abortus. Dalam suatu penelitian, dikatakan bahwa
angka risiko abortus terkecil diperoleh pada usia paternal di bawah 25 tahun dan meningkat
secara progresif seiring dengan meningkatnya usia paternal. Penelitian ini masih butuh studi
lebih lanjut, namun diduga ada potensi keterkaitan antara usia dengan kelainan kromosom
pada spermatozoa.7,8
Manifestasi Klinis
Abortus spontan pada umumnya ditandai dengan dua gejala utama yaitu perdarahan
pervaginam dan kram perut. Gejala ini dapat timbul dengan derajat yang bervariasi pada
pasien dengan faktor risiko yang berbeda. Berdasarkan manifestasi klinis yang muncul dan
tahapan terjadinya, abortus spontan dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu abortus iminens,
Abortus iminens merupakan ancaman pengeluaran hasil konsepsi dalam uterus yang
ditandai dengan perdarahan pervaginam yang minimal dengan nyeri perut yang tidak begitu
signifikan terasa namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Abortus tipe ini disebut sebagai
ancaman karena pada dasarnya janin masih dapat dipertahankan dengan tatalaksana yang
tepat, meskipun survei menunjukkan sekitar 25 – 50% kasus abortus iminens berakhir dengan
gugurnya kandungan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran uterus masih sesuai
Abortus insipien merupakan awal dari mulainya proses abortus yang sudah tidak
dapat dihentikan lagi. Pada abortus ini gejala yang umumnya muncul adalah perdarahan
pervaginam
dan kram perut yang signifikan, namun tetap belum ada pengeluran hasil konsepsi. Pada
18
pemeriksaan fisik umumnya ditemukan ukuran uterus yang masih sesuai usia kehamilan
dengan serviks yang membuka, menandakan sudah dimulainya proses abortus. Abortus
Abortus inkomplit ditandai dengan adanya pengeluaran sisa konsepsi dari dalam
uterus. Perdarahan pada fase ini pada umumnya cukup signifikan dan dapat menyebabkan
kegawatdaruratan apabila tidak segera diberikan tatalaksana awal. Kram perut yang muncul
juga dapat bervariasi mulai dari sedang hingga hebat. Abortus inkomplit menyisakansebagian
hasil konsepsi di dalam uterus sehingga perdarahan tidak dapat berhenti dengan sendirinya.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui ukuran uterus yang sedikit kurang ataupun masih sesuai
usia kehamilan dan serviks yang terbuka. Pada kasus abortus dengan perdarahan yang hebat
dan tidak berhenti, perlu dipikirkan kemungkinan abortus inkomplit dengan memeriksa sisa
Abortus komplit merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari dalam uterus
dengan tidak menyisakan bagian konsepsi di dalamnya. Pengeluaran hasil konsepsi yang utuh
perut yang terjadi selama abortus komplit. Pada pemeriksaan fisik umumnya dapat ditemui
ukuran uterus yang sudah mengecil dengan serviks yang membuka/menutup. Bagian – bagian
hasil konsepsi perlu diperiksa untuk memastikan tidak ada sisa jaringan yang menetap
didalam uterus.6-9
proses abortus yang gagal mengeluarkan hasil konsepsi dari dalam uterus. Dalam beberapa
kasus, kehamilan bahkan belum sempat terdeteksi oleh pasien sehingga sisa konsepsi
mengeras di dalam uterus. Pada abortus ini, janin telah mati di dalam uterus namun tidak
disertai proses ekspulsi jaringan keluar dari uterus sehingga tidak ada gejala perdarahan
ataupun kram perut. Gejala kehamilan pun akan hilang setelah terjadinya missed abortion
19
karena pasien pada dasarnya sudah tidak hamil lagi. Pada pemeriksaan fisik umumnya
ditemui ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan dengan serviks menutup pada
pemeriksaandalam.6-9
Komplikasidariabortusyangpalingseringterjadiadalahsyokakibathilangnyadarah dari
dalam tubuh (perdarahan) dan infeksi. Kedua komplikasi ini perlu menjadi perhatian penting
karena dapat mengancam nyawa pasien. Syok ditandai dengan munculnya rasalemas, lemah,
pucat, dan pusing pada pasien. Sedangkan infeksi atau abortus septik ditandai dengan
20
Gambar 1. Ilustrasi berbagai tipe abortus6
Diagnosis
Diagnosis dari abortus pada umumnya hanya didasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik dimana gejala dan tanda yang khas pada abortus dapat menentukan
diagnosis abortus dan tipe abortus yang sedang terjadi. Pada beberapa kasus beberapa
diagnosis abortus yang belum jelas. Pemeriksaan lain yaitu tes kehamilan juga dapat
dilakukan untuk memastikan adanya kehamilan pada pasien dengan perdarahan pervaginam
yang tidak jelas penyebabnya. Untuk kasus missed abortion, umumnya diperlukan
21
dilakukan untuk menunjang komplikasi dari abortus seperti pemeriksaan laboratorium
hematologi.5-8
Tatalaksana
Penatalaksanaanabortusharusdifokuskankepadakondisikeselamatanpasien.Secara
umum, kondisi kegawatdaruratan yang paling mungkin dijumpai adalah syok hipovolemik
akibat kehilangan darah terus menerus. Pada kondisi ini, tatalaksana kegawatdaruratan pasien
perlu dilakukan dimulai dengan asesmen tanda vital dan kondisi umum. Kemudian apabila
perdarahan cukup signifikan atau tanda syok sudah muncul, pasien dapat diberikan cairan
infus kristaloid yang adekuat melalui dua jalur infus. Cairan kristaloid dipilih karena
kekurangan cairan atau kondisi hipovolemik. Sambil menunggu pemberian cairan kristaloid,
kantong darah sebagai pengganti darah yang hilang harus segera dipersiapkan agar dapat
diberikan segera setelah pemberian cairan kristaloid. Apabila ada tanda – tanda abortus septik
atau infeksipada proses abortus, maka pemberian kombinasi antibiotik sebaiknya tidak
umumnya dianjurkan untuk beristirahat (bed rest), tidak beraktivitas berlebihan dan
dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pokok dan tambahan termasuk suplemen
selama kehamilan. Apabila ada gejala yang mengganggu, obat simtomatik dapat diberikan.
22
Pada abortus insipien dan abortus inkomplit, evakuasi hasil konsepsi perlu dilakukan untuk
segera menghentikan perdarahan yang terjadi pada pasien. Apabila usia kehamilan di bawah
16 minggu, umumnya evakuasi dapat langsung dilakukan dengan kuretase ataupun aspirasi
vakum manual terutama apabila pasien mengalami perdarahan hebat hingga syok. Apabila
usia kehamilan di atas 16 minggu, maka pengeluaran konsepsi dapat ditunggu secara alami
dengan bantuan drip oksitosin 40 IU dalam ringer laktat atau NaCl 0,9% 1 liter pada 40 tpm.
Pemantauan dilakukan tiap 30 menit selama 2 jam, dan apabila tidak keluar, maka dapat
dilakukan evakuasi manual. Pemantauan di ruang rawat dapat dilakukan selama 24 jam untuk
memantau hemoglobin, tanda vital, gejala perdarahan, dan produksi urin. Apabila hasil
pemantauan bagus, maka pasien dapat dipulangkan. Apabila terdapat anemia, pasien dapat
diberikan tablet sulfas ferosus atau transfusi darah. Pada abortus komplit, cukup dilakukan
Padakasusmissedabortion,evakuasisecaramanualdengankuretaseataupunaspirasi
vakum manual dilakukan apabila usia kehamilan masih di bawah 16 minggu. Apabila usia
kehamilan sudah di atas 16 minggu maka dapat dilakukan pematangan serviks dengan drip
oksitosin 20 IU dalam NaCl 0,9% atau ringer laktat 500 mL 20 tpm untuk rencana ekspulsi
Bagi wanita pada umumnya, abortus spontan atau keguguran merupakan suatu hal
yang berat secara psikologis dan dapat menjadi stressor bagi pasien dalam jangka waktu yang
panjang. Pasien terkadang membutuhkan konseling mengenai keguguran yang terjadi pada
pasien. Sering kali pertanyaan seperti “mengapa keguguran terjadi”, “apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah keguguran”, “apakah kehamilan selanjutnya akan seperti ini
muncul” muncul dalam pikiran pasien. Dokter memiliki peran untuk memberikan informasi
dan konseling mengenai hal–hal ini kepada pasien dan membantu pasien agar dapat melewati
trauma psikologis dari keguguran. Tidak jarang saran dari dokter dapat memperkecil
23
kemungkinan pasien untuk menderita keguguran berulang pada kehamilan berikutnya.6-8
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien perempuan usia 38 tahun datang dengan perdarahan pervaginam hebat sejak 4
jam smrs. Pasien tidak mengetahui jika sedang hamil, memiliki riwayat flekber warna merah
sejak 1 minggu sebelumnya. Saat datang, kondisi pasien sudah lemas, pucat, dan pusing. Dari
anamnesis ini dapat diketahui bahwa pasien sedang mengalami kehilangan darah dalam
jumlah banyak dan waktu yang cukup lama yaitu sejak flek muncul. Hasil pemeriksaan fisik
yaitu takikardi mengkonfirmasi kondisi syok pada pasien sehingga pasien langsung diberikan
tatalaksana cairan segera dengan cairan kristaloid ringer laktat yang dengan tetesan cepat.
Pasien mengaku sudah memiliki 5 orang anak dengan proses persalinan normal
seluruhnya, tidak pernah mengalami keguguran. Pasien mengaku perdarahan keluar dalam
bentuk darah segar dan gumpalan, yang juga disertai daging atau jaringan sisa konsepsi. Pada
pemeriksaan fisik lanjutan uterus teraba 2 jari diatas simfisis. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dapat disimpulkan diagnosis kerja awal bahwa pasien mengalami abortus
evakuasisisa konsepsi yang tertinggal di uterus secara manual dengan kuretase. Prosedur
kuretase direncanakan dilakukan di ruang operasi untuk mencegah komplikasi infeksi atau
abortus septik pada pasien. Selain itu pada pasien juga direncakan penggantian cairan tubuh
dengan kantong darah PRC sebanyak 2 kantong sesuai dengan hasil hemoglobin 8 g/dL
Kuretase berhasil dilakukan di ruangan operasi, dan setelahnya pasien masuk ruang
rawat inap. Pada follow up pertama di ruang rawat inap pasca kuretase, perdarahan pasien
25
sudah jauh berkurang, namun masih ada sedikit. Pasien masih lemas, pusing, dan pucat
karena efek dari kekurangan darah dan cairan sebelumnya. Sesuai dengan patofisiologinya,
uterus yang bersih dari jaringan sisa konsepsi akan dapat berkontraksi secara maksimal dan
menutup aliran darah dari uterus ke luar sehingga perdarahan segera berhenti. Hal ini dibantu
dengan pemberian ergometrin untuk meningkatkan kontraksi uterus. Tujuan dari evakuasi isi
Di ruangan rawat inap, pasien dipantau tanda vital dan kondisi umumnya secara
berkala untuk memastikan tidak adanya kondisi yang mengancam nyawa pasien. Transfusi
kantong darah PRC sebanyak 2 kantong juga berhasil dilakukan di ruangan rawat inap.
Setelah 24 jam, pasien sudah tidak merasa ada perdarahan lagi. Gejala lemas, pusing
dan pucat sudah sedikit berkurang meskipun masih ada. Tanda vital pasien terpantau baik
sehingga akhirnya pasien dipulangkan dengan obat pulang dan edukasi mengenai kondisi
yang pasien alami, serta hal – hal apa yang ke depannya perlu dipantau dirumah.
Sesuai teori mengenai abortus, bahwa risiko abortus meningkat pada pasien dengan
faktor risiko maternal seperti usia terutama di atas 30 tahun, dan memiliki riwayat abortus
sebelumnya. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pasien agar tahu mengenai konsekuensi
yang mungkin timbul apabila pasien merencanakan kehamilan berikutnya. Perlu dilakukan
pemeriksaan dan analisa lebih lanjut untuk memetakan risiko apa saja yang pasien milikiserta
Kondisi pasien pada kasus mencerminkan kondisi yang cukup umum ditemukan di
fasilitas kesehatan terutama faskes primer dimana wanita hamil datang dengan perdarahan
perdarahan yang hebat. Pasien dalam kasus dapat ditangani dengan baik karena koordinasi
yang baik antar tenaga kesehatan dan fasilitas yang memadai untuk melakukan evakuasi isi
rahim segera. Berbeda halnya apabila fasilitas yang dimiliki terbatas sehingga evakuasi tidak
26
dapat dilakukan segera. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga medis untuk
dapat menangani kasus abortus dengan tidak berharap pada fasilitas yang lengkap. Dengan
angka abortus yang cukup tinggi pada kehamilan muda, tidak mungkin rasanya kasus initidak
dijumpai difasilitas kesehatan yang lebih minim seperti puskesmas ataupun klinik. Oleh
karena itu kesiapan dalam menangani kasus abortus haruslah menjadi salah satu fokus utama
27
DAFTARPUSTAKA
2. CohainJS,BuxbaumRE,MankutaD.Spontaneousfirsttrimestermiscarriageratesper
woman among parous women with 1 or more pregnancies of 24 weeks or more. BMC
3. Prager S, Micks E, Dalton VK. Pregnancy loss (miscarriage): Risk factors, etiology,
Available at https://www.uptodate.com/contents/pregnancy-loss-miscarriage-risk-
factors-etiology-clinical-manifestations-and-diagnostic-evaluation
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, etal.
p.346-62.
6. OatsJ,AbrahamS.Llewellyn-JonesFundamentalsofObstetricsandGynaecology.10thed.
7. HobelCJ,WilliamsJ.Antepartumcare.In:HackerNF,GamboneJC,HobelCJ.Hacker and
p.76-96.
8. Smith RP. Netter’s Obstetrics and Gynecology. 3rded. Philadelphia: Elsevier. Chapter
9. Pelayanankesehatanibudifasilitaskesehatandasardanrujukan.Edisike1.
28
10. BallasJ,RobertsS.Hypovolemicshock.In:PhelanJP,PachecoLD,FoleyMR,Saade GR,
Dildy GA, Belfort MA. Critical Care Obstetrics. 6thed. New Jersey: Wiley Blackwell.
2019; p.535-46.
29
Daftar Hadir Presentasi Kasus Abortus via Zoom Meeting
Tanggal : 12 Oktober2020
No Nama Peran
1. dr. Khodijah, MM Pendamping
2. dr. Chunin Widyaningsih, MKM Pendamping
3. dr. Ronald Oscar, Sp.OG Pembimbing laporan kasus
4. dr. Caren Andika Surbakti Insip (Presentan)
5. dr. Lia Pertiwi Insip (Moderator)
6. dr. Khaidarni Insip
7. dr. Ismy Drina Mutia Insip
8. dr. Erna Riani Insip
9. dr. Susan Utari Ningsih Insip
10. dr. Alisya Putri Hannani Insip
11. dr. Novia Yerli Insip
12. dr. Prajna Paramita Insip
13. dr. Vany Catlea Putri Insip
14. dr. Raja Ririn Sriningsih Insip
15. dr. Lailatul Mardhiyah Insip
30