Anda di halaman 1dari 48

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil ‘alamin

CASE REPORT
Abses Perianal
Oleh :
Niken Ayu K. 6120018010

Pembimbing:

dr. Anton Sugianto, Sp. B

DEPARTEMEN / SMF BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
Identitas Pasien
Nama : Tn. Suwito H
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Gajah Mada, Surabaya
Pekerjaan : Pensiunan
Status Pernikahan : Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
No.MR : 021089
Masuk RS : 9 September 2019

2
Subyektif
 Keluhan utama :
Nyeri pada benjolan di dekat anus
 Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RSI Jemursari dengan keluhan nyeri pada benjolan di dekat anus sejak 1
minggu SMRS. Benjolan awalnya kecil dan makin hari makin membesar, terasa tidak sakit saat dipakai
duduk dan beraktivitas. Benjolan berwarna kemerahan dan teraba keras. Demam disangkal. Pasien sempat
mengeluhkan mual muntah selama 3 hari awal munculnya benjolan. Bisa BAB jika dibantu dengan microlax.
BAK tidak bisa lancar oleh karena pasien berusaha menahan pipisnya hingga perut terasa begah dan harus
dipasang kateter.

3
• Riwayat penyakit dahulu : • Riwayat penyakit keluarga :
 Mengalami keluhan serupa sebelumnya  Disangkal
 Hipertensi (+)
 Diabetes Melitus (+)
 Maag (+)
 Alergi Ciprofloxacin

4
• Riwayat sosial dan ekonomi : • Riwayat Pengobatan :
 Pasien sehari – hari tidak merokok dan  Metformin & Glimepirid
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol
 Amlodipin

 Microlax

5
Obyektif
Pemeriksaan umum
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis, kooperatif
• Tekanan darah : 131/77 mmHg
• Nadi : 93x/menit
• Pernafasan : 20x/menit
• Suhu : 36,5◦C
• Keadaan gizi : Lebih
• TB : 165 cm
• BB : 70 kg
• BMI : 25 (overweight)

6
Kepala : A/I/C/D –/–/–/–
Leher : trakea ditengah, simetris, pembesarah kelenjar tyroid (–), pembesaran
limfonodi cervical (–)
Thorax : normochest, simetris, retraksi intercostal (–), pernafasan thoracoabdominal
(–), sela iga melebar (–)
Paru 
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada retraksi, pergerakan dada simetris
Palpasi : pengembangan paru simetris, fremitus raba simetris
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler/vesikuler, ronkhi –/–, wheezing –/–

7
Cor 
• Inspeksi : normochest, ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : batas jantung
Kanan : ICS IV parasternal dextra
Kiri : ICS V mid clavicula line sinistra
• Kesan : jantung tidak membesar
• Auskultasi : S1 S2 tunggal, murmur (–), gallop (–)

8
Abdomen 
• Inspeksi : Flat, tidak ada massa, tidak ada scar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (–), tidak didapatkan pembesaran
hepar atau lien
• Perkusi : timpani seluruh kuadran abdomen

Ekstremitas 
• Akral hangat kering merah
• CRT < 2 detik
• Edema tungkai – /– (pitting edema)

9
Status Lokalis 
• Inspeksi : Tampak Massa (Benjolan) didekat anus sebelah kanan, berwarna
kemerahan tidak sama dengan kulit sekitar, terlihat meradang, benjolan tidak
ada luka terbuka, tidak mengeluarkan darah atau pus.
• Palpasi : Teraba massa satu di regio perianal dengan ukuran ± 1x1,5 cm,
bentuk asimetris, batas tegas, konsistensi kistik, tidak mobile, nyeri tekan (+),
hangat (+).
• Auskultasi : tidak dilakukan
• Perkusi : tidak dilakukan

10
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah lengkap (24 Juni 2019)
Leukosit 11,44 Ribu/uL 3,80 – 10,6
Basophil 0,595 % 0–1
Neutrophil 82,35 % 39,3 – 73,7
Limfosit 10,300 % 25 – 40
Eosinophil 2.539 % 2–4
Monosit 4,209 % 2–8
Eritrosit 3.46 Juta/ uL 4,40 – 5,90
Haemoglobin 8,40 g/dL 13,2 – 17,3
Hematokrit 26,7 % 40 – 52
Indeks eritrosit
MCV 77,0 fL 80 – 100
MCH 24,3 Pg 26,0 – 34,0
MCHC 31,5 % 32 – 36
RDW-CV 12,9 % 11,5 – 14,5
Trombosit 341 Ribu/uL 150 – 440
MPV 5,388 fL 7,2 – 11,1
11
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Serum elektrolit
Natrium 136.30 mEq/L 135 – 147
Kalium 5,16 mEq/L 3,5 – 5,0
Klorida 110,60 mEq/L 95-105
Fungsi hepar
Albumin 3,3 g/dL 3,4 – 4,8
Fungsi ginjal
BUN 54,2 mg/dL 10 – 20
Kreatinin 4,61 mg/dL 0,62 – 1,10
Hemostasis
PPT 13,9 Detik 11,8 – 15,1
APTT 28,2 Detik 25,0 – 38,4
Imunoserologi
Anti HBsAg Rapid Non reaktif Non reaktif
Anti HIV Rapid Pre op Non reaktif Non reaktif

12
Foto Thoraks (09/09/2019)

Cor : Kesan membesar


Pulmo : tak tampak infiltrate
Sinus phrenicocostalis kanan tajam, kiri tertutup perselubungan
Tulang – tulang dan soft tissue normal

Kesimpulan :
Kesan Cardiomegali

13
Diagnosis :
oAbses Perianal
oHHD
oDM – ND V
oHiperkalemia
Penatalaksanaan :
o Infus RL lifeline
o Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram IV
o Inj. Ketorolac 3 x 30 mg IV
o Rencana insisi dan drainase
Prognosis : dubia at bonam

14
Tanggal Subject Objective Assesment Planning
KU : lemah
GCS 456
ProOP Fistulectomy 11/09/2019
•Benjolan pecah dan berdarah 2x, dirasakan TD 154/79 mmHg Abses Perianal
Follow Up 1 Infus RL lifeline
setelah BAB, masih terasa sakit Nadi 77x/mnt HHD
10 September Inj. Ceftriaxon 2x1g IV
•Terasa nyeri saat BAK RR 20x/menit DM – ND V
2019 Inj. Ketorolac 3x30mg IV
•OFF kateter (+) T 36,50C Hiperkalemia
Tab Amlodipin 10 mg 1–0–0
SpO2 99%
GDA 126
KU : lemah
Fistula Perianal
GCS 456 Infus RL lifeline
Post OP Fistulectomy Post
TD 150/80 mmHg Inj. Santagesik 3x1g IV
Follow Up 2 Tidak ada keluhan Fistulectomy
Nadi 80x/mnt Tab Metronidazole 3x500mg PO
11 September BAK dbn HHD
RR 20x/menit Tab Amlodipin 10 mg 1–0–0
2019 Mual, muntah, pusing (–) DM – ND V
T 36,60C Rendam duduk Kalium Permanganat
OFF tampon post op saat malamnya Hiperkalemia
SpO2 99% 0,9% selama 30 menit 2x sehari
GDA 120 mg/dL
KU : lemah
GCS 456
Fistula Perianal Infus RL lifeline
TD 140/80 mmHg
Post OP Fistulectomy Post Inj. Santagesik 3x1g IV
Follow Up 2 Nadi 78x/mnt
Tidak ada keluhan Fistulectomy Tab Metronidazole 3x500mgPO
12 September RR 20x/menit
BAB 1x pagi ini HHD Tab Amlodipin 10 mg 1–0–0
2019 T 36,3◦C
BAK dbn DM – ND V Rendam duduk KP 0,9% selama 30 menit
SpO2 99%
Hiperkalemia 2x sehari
GDA 124 mg/dL
15
GDP 90 mg/dL
ABSES PERIANAL
ANATOMI
Anterior
oFascia Denovilier
oLinea Dentata / Pectinate atau yang disebut
Anal Transtition Zone
oColumna Morgagni
Coloum of Morgagni yang membentuk lipatan
longitudinal di bagian distal dari dentate line
hingga bagian bawah dari rectum.
Anal crypts of Morgagni yang berada pada katup
anal yang merupakan akses dari anal glands

17
DEFINISI
Abses anorektal superficial tepat dibawah kulit sekitar anus yang merupakan
infeksi jaringan lunak di sekitar kanalis analis, dengan pembentukan rongga
abses yang sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistula (fistula tract).
Fistula perianal merupakan bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak
sembuh sehingga membentuk traktus

18 Hebra, 2014
Infeksi pada kelenjar kanalis anal
menyebabkan penyumbatan &
terperangkapnya feses & bakteri dalam
kelenjar.

Penyumbatan oleh karena trauma,


Etiologi pengeluaran feses yang keras, atau inflamasi.

Colitis yang disertai proktitis, seperti TBC,


amoebiasis, atau crohn.

19
Hukum Goodsall.
✢Goodsall Rule adalah garis imajiner transversal
yang melewati anus membagi perineum menjadi
area anterior dan posterior.
✢Salmon Goodsall Law dapat membantu untuk
mengantisipasi keadaan anatomi dari fistula
perianal.
✢Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior
umumnya berbentuk lurus.
✢Fistel dengan lubang yang berasal dari kripta di
sebelah dorsal umumnya tidak lurus tetapi bengkok
ke depan karena radang dan pus terdorong ke
anterior disekitar m.pubrorektalis dan dapat
membentuk satu lubang perforasi atau lebih di
sebelah anterior.

20 Hebra, 2014
PATOFISIOLOGI
A=Infeksi dari usus menyerang
kriptus analis atau kelenjar analis lain.
Proses primer ini terjadi pada linea
dentata
B dan C=Infeksi menyebar ke
jaringanperianal dan perirektal secara
tidak langsung melalui system
limfatik atau secara langsung melalui
struktur kelenjar
D=Terbentuk abses
E=Abses pecah spontan, menorehkan
lubang pada permukaan kulit perianal
dan terbentuk fistula komplit ;
F=Terbentuk fistula
Organisme umum terlibat dalam pembentukan abses termasuk Escherichia coli, spesies Enterococcus, dan spesies
Bacteroides, namun, tidak ada bakteri tertentu telah
21 diidentifikasi sebagai penyebab unik dari abses.
Letak – Letak Abses
Abses Ischiorektal (20 – 25 %)
Abses Perianal (40 – 50 %)
Menyebar melalui sphincter exsternal menghasilkan abses iskiorektalis. Dapat
Manifestasi paling umum dan muncul sebagai pembengkakan yang nyeri di membesar hingga tidak terlihat di daerah perianal. Pemeriksaan digital rektal
ambang analis. dapat ditemukan pembengkakan yang nyeri di lateral fossa iskiorektalis.

Abses Intersfingterik (2 – 5 %) Abses Supralevator (2,5 %)


Abses intersfingterik terjadi di ruang intersfingterik dan sangat sulit untuk Jarang terjadi dan mungkin hasil dari perpanjangan abses intersfingterik atau
didiagnosa, sering membutuhkan pemeriksaan di bawah anestesi. 22 iskiorektalis ke atas, atau perpanjangan abses intraperitoneal ke bawah.
Penyebaran Abses (Horseshoeing)

Selain pergerakan ke atas, ke bawah, dan lateral, proses supuratif dapat menyebar melingkari anus.
Jenis penyebaran dapat terjadi pada tiga lapangan; ruang ischiorektal, ruang intersfingterik, dan
ruang supralevator. Penyebaran ini dikenal sebagai Horseshoeing.

23 Hebra, 2014
Pembentukan Fistel

24 Hebra, 2014
Klasifikasi Fistula
Perianal Menurut
Parks

Intersfingteric Transfingteric Suprasfingteric Extrasfingteric

70% kasus 25% kasus 5% kasus 1% kasus

Karena penetrasi
Diakibatkan oleh Diakibatkan oleh Mengakibatkan benda asing pada
abses perianal. abses ischiorektal. pemanjangan rektum, Morbus
bentuk tapal kuda. Crohn

Paling sering
Bukaan
iatrogenic sekunder
eksternalnya kulit
setelah pemeriksaan
perianal 25
berlebih saat operasi.
Klasifikasi Fistula Perianal
26 Poggio, 2015
Gejala Merasakan nyeri berdenyut yang semakin lama semakin
Klinis nyeri

Nyeri diperburuk oleh pergerakan dan saat duduk.

Nyeri timbul bila abses terletak pada anus, disekitar anus


atau kulit perianal.

Gejala peradangan bisa sistemik (demam, leukositosis,


dan bisa tampak toksik)

Tanda dan gejala lokal tergantung pada letaknya abses.

Tidak ada gangguan defekasi


Sjamsuhidajat, 2010
27
GEJALA KLINIS

ABSES ABSES ABSES ABSES


PERIANAL ISCHIORECTAL INTERSFINGTERIK SUPRALEVATOR

Nyeri saat defekasi, Gluteus terasa sangat


Mudah diraba pada batas Sangat nyeri demam (+), keluarnya nyeri terutama sekitar
anus dengan kulit perianal
pus dari anus anus
Dengan bertambah
Demam, lekositosis atau Demam (+)
besarnya abses, jadi merah RT : teraba massa yang
sepsis (-) pada pasien
& menonjol lebih lateral nyeri pada kanalis rectal.
imunitas baik.
Leukositosis (+)
Pemfisik : eritematosa,
Pasien tampak sangat tidak Nyeri rektum, benjolan
benjolan kecil,
nyaman, demam (+). di intersphincteric (+)
berfluktuasi dan ada massa Limfadenopati
subkutan dekat lubang inguinalis (gejala khas)
anus. RT : teraba masa nyeri, dasar Perlu konfirmasi CT scan
eritematosa, massa tomografi, MRI, atau USG
berfluktuasi dgn indurasi Teraba pada pemeriksaan
Abses & nyeri dubur. RT / colok vagina.
mengganggu aktivitas
untuk berjalan / duduk
Leukositosis Penggunaan modalitas Konfirmasi melalui foto
terbatas untuk CT scan tomografi, MRI,
konfirmasi adanya abses atau USG dubur
28
intersphincteric Burgess, 2011
DIAGNOSIS Pasien dgn fistel perianal harus dilengkapi dengan rektoskopi untuk
ABSES menentukan adanya karsinoma atau proktitis TB, amuba, morbus Crohn.
PERIANAL

EUA (Examination Under Anasthesia), CT Scan, USG endoanal untuk


menentukan hubungan antara traktus primer dengan sfingter anal,
menentukan apakah simpel / kompleks dengan perpanjangan, dan
menentukan lokasi bukaan primer)

MRI sangat akurat mengidentifikasi bukaan internal & traktus fistula.


MRI pilihan utama dalam mengidentifikasi fistula yang kompleks.

Endoskopi (transrektal dan transanal) adalah cara terbaik untuk


mengevaluasi fistula dan abses perianal.
Tingkat keparahannya bisa divisualisasikan dengan jelas
Gearheart, 2008;
Hebra, 2014 29
USG Endoanal

CT Scan
Abses dan
Fistula
Perianal
Fistulografi (anteroposterior)
30
Prinsip Penatalaksanaan
Abses Perianal

Menghilangkan abses dan Mempertahankan otot


Mencegah kekambuhan
keluhan spincter

31
Prodesur Drainase Fistula Perianal
• APD : Sarung tangan, Pelindung wajah, Gaun
• Persiapan obat anastesi : Anestesi topikal, Jarum suntik 10 mL, Jarum 27 & 18.
Persiapa • Persiapan lokasi tindakan : prep kulit, handuk steril
n • Instrumen : Scalpel, forceps, swab untuk kultur abses, Irigasi, Kasa steril

• Pemberian anestesi lokal dengan ¼% Marcaine atau 1% lidokain dengan atau tanpa epinefrin.
Anastesi • Epinefrin untuk mengurangi jumlah perdarahan di lokasi sayatan.

• Pasien mungkin diposisikan prone atau supine. dorsal litotomi memberikan pandangan lokasi tindakan
Position yang jelas
ing
• Menghilangkan semua debris nekrotik dan nanah dari rongga abses.
• Membuka abses secara luas untuk drainase
• Penyembuhan luka hanya perlu di tutup dengan kasa dan mengganti kasa secara teratur.
Teknik • AB spektrum luas IV diberikan sebelum operasi.
• AB post op disesuaikan hasil kultur bakteri

32
Hal yang Perawatan luka: dengan dressing harus dirubah dari basah ke kering dua
perlu kali sehari sampai luka sembuh. Dressing basah menjadi kering berfungsi
diperhatikan untuk debride luka.
post
tindakan
drainase Manajemen nyeri: obat nyeri oral untuk manajemen nyeri pada periode
abses pasca operasi.
perianal
Antibiotik pasca operasi: ditentukan dari hasil kultur luka. Meskipun
kemungkinan besar akan diberikan antibiotik pasca operasi, beberapa
perdebatan masih terjadi mengenai apakah perlu atau tidaknya antibiotik
setelah drainase.

Follow up: Pasien akan kontrol di klinik bedah 1-2 minggu setelah
drainase, sampai luka sembuh.
Luka harus terus ditutup kasa dan dijaga agar kasa tetap kering sampai
rongga bekas insisi mengalami penyembuhan
(Stevenson, 2016)33
Penatalaksanaan Fistula Anal
✢ Lay – open fistula – in – ano
✢ Cutting Seton
✢ Seton Stitch
✢ Fistulotomy
✢ Fibrin Glue Injection
✢ Fistula Plug
✢ Endorectal Advancement Flap

34
Lay – Open Fistula – In - Ano
✢ Operasi memotong fistula
✢ Setelah fistula telah dibuka akan diganti balut setiap hari
dalam waktu singkat untuk memastikan kesembuhan
luka dari dalam ke luar.
✢ Timbul bekas luka, tergantung pada posisi fistula pada
otot sphincter, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
inkontinensia.
✢ Pilihan ini tidak cocok untuk fistula yang menembus
seluruh sphincter internal dan exsternal anal
Prosst, 2012 35
Cutting Seton
✢ Fistula letak tinggi dan melewati sebagian besar otot sphincter,
seton cutting (dari bahasa Latin, "bulu") dapat digunakan.
✢ Dengan memasukkan tabung tipis (seton) melalui saluran fistula
dan mengikatnya diluar anus.
✢ Seton diperketat dari waktu ke waktu, secara bertahap supaya bisa
memotong otot sphincter dan terjadi penyembuhan luka fistula.
✢ Meminimalkan terjadinya jaringan parut dapat menyebabkan
inkontinensia.
✢ Setelah saluran fistula berada dalam posisi yang cukup rendah.
✢ Seton tetap dipertahankan sampai luka benar-benar sembuh.
Prosst, 2012 36
Seton Stitch
✢ Jahitan Seton panjang dilingkarkan
melalui fistula yang terbuka sehingga
memungkinkan nanah mengalir
keluar.
✢ Seton = drainase
✢ Stitch ditempatkan dekat dengan
cincin ano–rektal yang mendorong
penyembuhan dan membuat operasi
lebih lanjut mudah.
Prosst, 2012 37
Fistulotomy

Prosst, 2012 38
Fibrin Glue Injection
✢ Menyuntikkan pada fistula bahan glue (lem)
biodegradable yang secara teori bisa
menutup fistula dari dalam maupun keluar,
dengan membiarkannya sembuh secara
alami.
✢ Jika berhasil, ini menghindari risiko
inkontinensia, dan menciptakan stres
minimal untuk pasien.

Prosst, 2012 39
Fistula Plug
✢ Diposisikan dari dalam anus dengan jahitan kedalam fistula.
✢ Tingkat keberhasilan 80%.
✢ Prosedur Fistula Plug Steker butuh rawat inap hanya sekitar 24 jam.

Garg, 2010 40
Endorectal Advancement Flap
✢ Pembukaan fistula interna yang sudah
teridentifikasi kemudian dilakukan
flap dari jaringan mukosa yang
dipotong disekitar fistula interna.
✢ Flap diangkat agar fistula interna
terekspos kemudian dibersihkan, dan
fistula interna dijahit.
✢ Setelah memotong ujung flap di mana
pembukaan internal, flap ditarik ke
bawah pembukaan internal yang
dijahit dan dijahit di tempat
Prosst, 2012 41
Fistulotomy
✢ Fistel di insisi dari lubang awal sampai ke lubang kulit,
dibiarkan terbuka, sembuh persekundam intentionem.
✢ Tindakan bedah untuk mengobati anal fistula dengan cara
membuka saluran yang menghubungkan anal canal dan
kulit kemudian mengalirkan pus keluar.
✢ Fistulotomy dikerjakan bila saluran fistula melewati sphincter
ani, dan bila tidak melewati sphincter ani maka dilakukan
Fistulectomy.

Prosst, 2012 42
Teknik Dilakukan anestesi regional atau general
Operasi
(Posisi Sebelum melakukan operasi sangat penting untuk meraba adanya
Litotomi / jaringan fibrotik saluran fistel di daerah perianal maupun dekat linea
dentata, sehingga dapat ditentukan asal dari fistel
Knee Chest)
Dengan tuntunan rektoskopi dicari internal opening dengan cara
memasukkan methilen blue yang dapat dicampuri perhidrol

Bila internal opening belum terlihat dilakukan sondage secara perlahan


dengan penggunaan sonde tumpul yang tidak kaku kedalam fistula dan
ujung sonde diraba dengan jari tangan operator yang ditempatkan dalam
rektum.

Bila internal opening telah ditemukan, dengan tuntunan sonde, dapat


dilakukan fistulotomi yaitu dengan insisi fistula searah panjang fistula
dan dinding fistula dilakukan curettage untuk pemeriksaan patologi.
Hati-hati jangan sampai memotong sphincter eksterna.

Luka operasi ditutup dengan tampon Gearheart, 2008;


Hebra, 2014 43
Fistulotomy

44
Fistulektomi
✢ Jaringan granulasi harus dieksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan fistula.
✢ Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya
terbuka.

45
PROGNOSIS
✢ Dapat terjadi kembali bila hiegene tidak diperhatikan.
✢ Setelah dilakukan incise drainase kekambuhan abses
perianal dapat terjadi pada 10% populasi dan abses perianal
dapat ber
✢ Pasien fistel perianal dapat kambuh bila lubang dalam tidak
turut dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel tidak turut
dibuka atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
granulasi mencapai permukaan.
✢ Setelah operasi risiko kekambuhan fistula sekitar 21%
menjadi fistula anorektal pada > 50% pasien
46
Resume
Seorang laki – laki, 58 tahun, masuk rumah sakit tanggal 9 September 2019 dengan keluhan nyeri
pada benjolan di dekat anus sejak 1 minggu SMRS. Benjolan awalnya kecil dan makin hari makin
membesar, terasa tidak sakit saat dipakai duduk dan beraktivitas. Benjolan berwarna kemerahan dan
teraba keras. Demam disangkal. Pasien sempat mengeluhkan mual muntah selama 3 hari awal
munculnya benjolan. Bisa BAB jika dibantu dengan microlax. BAK tidak bisa lancar oleh karena
pasien berusaha menahan pipisnya hingga perut terasa begah dan harus dipasang kateter. Pasien
memiliki riwayat penyakit dahulu pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, Hipertensi (+),
DM (+), Maag (+), Alergi Ciprofloxacin.
Status Lokalis pada regio perianal Tampak Massa (Benjolan) didekat anus sebelah kanan, berwarna
kemerahan tidak sama dengan kulit sekitar, terlihat meradang, benjolan tidak ada luka terbuka, tidak
mengeluarkan darah atau pus. Massa teraba satu di regio perianal dengan ukuran ± 1x1,5 cm, bentuk
asimetris, batas tegas, konsistensi kistik, tidak mobile, nyeri tekan (+), hangat (+).
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap leukosit↑, neutrofil↑, eritrosit↓, hemoglobin↓,
hematokrit↓, MCV↓, MCH↓, MCHC↓, kalium↑, albumin↓, BUN↑, serum kreatinin↑. Foto thorax
kesan cardiomegali 47
Terima Kasih

48

Anda mungkin juga menyukai