Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

FIBROADENOMA MAMAE SINISTRA

Oleh :
Sagifa Anovianty
H1A014071

Pembimbing :
dr. Sunanto, Sp.BA

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2019
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. N H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Alamat : Praya, Lombok Tengah
Nomor RM : 028346
Tanggal MRS : 23 April 2019

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Benjolan di payudara kiri

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli bedah RSUP NTB dengan keluhan sebuah benjolan pada payudara
kiri yang semakin membesar sejak satu bulan yang lalu. Awalnya benjolan muncul sebesar
biji kacang ijo kemudian bertambah besar menjadi sebesar biji jagung. Selain itu pasien
juga mengeluhkan nyeri pada payudara kirinya terutama pada daerah benjolan dan bisa
digerakkan. Tidak ada cairan yang keluar dari benjolan dan tidak terdapat benjolan di
tempat lain. Riwayat datang bulan pertama kali sekitar umur 13 tahun. Riwayat datang
bulan dirasakan teratur setiap bulannya

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak terdapat keluhan serupa pada keluarga. Terdapat riwayat penyakit diabetes melitus
pada keluarga. Riwayat penyakit hipertensi, asma, gagal ginjal dan jantung disangkal.

Riwayat Pengobatan

Tidak terdapat riwayat pengobatan sebelumnya.


Riwayat Alergi

Pasien disangkal adanya alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu..

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : compos mentis

2. Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Napas : 19x/menit
Suhu : 36,0°C
3. Status Generalisata
Kepala
rambut warna hitam, rontok (-)
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+)
- Hidung : tidak tampak adanya deformitas, tidak tampak adanya sekret,tidak
tampak adanya perdaharan/epistaksis/rhinorhagic
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : bentuk simetris, ukuran normal, pergerakan dinding dada simetris,
pelebaran sela iga (-), retraksi sela iga (-), penggunaan otot bantu nafas (-)
Palpasi : pergerakan dan fremitus raba simetris
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : tak tampak iktus kordis
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi :- batas kanan jantung : SIC II linea parasternal dekstra
- batas kiri jantung : SIC V linea midklavikula sinistra
Auskultasi : S1S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : distensi abdomen (-), luka bekas operasi (-)
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas
 atas: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
 bawah: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)

4. Status Lokalis
Mammae sinistra

 Inspeksi
Tidak tampak kemerahan pada bagian benjolan dipayudara, payudara tampak
simetris kanan kiri, retraksi papil (-), dimpling (-), peau d’orange (-), nipple
discharge (-), ulkus (-)

 Palpasi
Teraba sebuah massa di superior lateralis sinistra, bentuk bulat lonjong, permukaan
licin, konsistensi lunak kenyal, mobile, berbatas jelas, nyeri tekan (-), ukuran 1 x 2
cm. Tidak terapat pengeluaran discharge.
KGB axilla dextra-sinistra

Tidak teraba benjolan di axilla dextra dan sinistra

KGB supraclavicula dextra-sinistra

Tidak teraba benjolan di supraklavikula dextra dan sinistra

IV. RESUME

Ny. N, usia 32 tahun, mengeluhkan terdapat benjolan pada bagian sisi kiri payudara
atas yang dirasakan 1 bulan yang lalu. Awalnya benjolan muncul sebesar biji kacang ijo
kemudian bertambah besar menjadi sebesar biji jagung dan terasa nyeri yang muncul
hilang timbul.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan adanya satu buah massa pada payudara kiri yang
terletak di superior lateralis sinistra, bentuk bulat lonjong, permukaan licin, konsistensi
lunak kenyal, mobile, berbatas jelas, nyeri tekan (-), ukuran 1 x 2 cm. Tidak terapat
pengeluaran discharge. Papilla mamae normal dan pembesaran KGB aksila tidak ada.

V. DAFTAR MASALAH

Benjolan pada payudara kiri

VI. DIAGNOSA KLINIS


 Fibroadenoma mammae sinistra
VII. DIAGNOSA BANDING
 Fibrokistik mammae sinistra
VIII. PLANNING
Diagnostik
 Pemeriksaan darah lengkap, kimia klinik, dan elektrolit untuk persiapan operasi
Terapi
 Non medikamentosa
Pro eksisi biopsi - PA
 Medikamentosa
o IVFD RL 20 tpm
o Inj ceftriaxone 500 mg
 Monitoring
o Keluhan
o Tanda vital

IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah lengkap Hasil Nilai Normal

HGB 12.4 L: 14,0 – 18,0 g/dL

RBC 5.45 L: 3,5 – 5,5 (10^6/uL)

HCT 40 L: 40,0 – 50,0 (%)

MCV 87.9 82,0 – 92,0 (fL)

MCH 29.5 27,0 – 31,0 (pg)

MCHC 34.7 32,0 – 37,0 (g/dL)

WBC 8.37 4,0 – 11,0 (10^3/uL)


PLT 340 150 – 400 (%)

PT 14’6” 11.5-15.5 detik


APTT 35’0” 28-38 detik
Kimia Klinik Hasil Nilai Normal

GDS 86 < 160 mg%

Ureum 11 10 – 50 mg %

Kreatinin 0.9 L : 0,9 – 1,3 mg%

SGOT 16 < 40 U / L

SGPT 13 < 41 U / L

Elektrolit Hasil Nilai Normal

Na 139 135-146 mmol/uL

K 3.9 3.4 – 5.4 mmol/uL

Cl 107 95 – 108 mmol/uL

X. LAPORAN OPERASI

Didapatkan tumor 12-15 cm di sisi lateral kiri payudara superior – inferior. Dilakukan eksisi
sampai dasar otot. Defek dievaluasi.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum
ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana
komponen epitelnya menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen
epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan
berkaitan dengan aktivitas estrogen.1
B. Epidemiologi
Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di
bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause.
Insidensi terjadi 15% yang dirasakan, 20% kasus terjadi bilateral dan 20% multiple.
Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di Jamaica, yaitu
sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh penyakit
fibrokistik, sekitar 19, 3 %.1,2
C. Etiologi
Walaupun penyebab pasti fibroadenoma ini belum dapat diketahui dengan
jelas, namun terdapat beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini antara lain
peningkatan mutlak aktivitas estrogen yang diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant
di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma yang akan
berkembang mengikuti aktivitas ovarium.3
D. Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses
hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan
dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak
diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang
memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan
dalam pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara
spontan tiap tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah
mencapai diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.3,4
Fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi
pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan kekebalan
imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien –
pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma
berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.4
E. Diagnosis
Pasien dengan massa pada payudara harus melakukan evaluasi medis yaitu
dari perjalanan penyakit, riwayat penyakit keluarga, hal-hal yang berhubungan
dengan trauma payudara sebelumnya, riwayat malignansi atau radiasi dan gejala
konsitusional. Selain itu perlu dipertimbangkan lokasi massa, durasi, perubahan
ukuran, terdapat nyeri atau discharge. Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan
ukuran, mobile atau imobile dan konsistensi dari massa. Pemeriksaan tambahan yakni
apakah terdapat produksi discharge dan pembesaran kelenjar getah bening axila.5
Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya menunjukkan sedikit
perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala
berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma
tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Secara klinik, fibroadenoma
bermanifestasi sebagai massa soliter dan mudah digerakkan. Fibroadenoma dapat
ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada quadran
lateral atas payudara.1,2
F. Pemeriksaan penunjang

1. Mammografi

Fibroadenoma digambarkan sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan batas
yang halus dan berukuran sekitas 4 – 100 mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas
yang sama dengan jaringan kelenjar sekitarnya tetapi pada fibroadenoma yang besar,
dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Gambaran kalsifikasi pada fibroadenoma
biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval atau berlobus – lobus. Pada wanita
postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya
meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.2,3
Gambar 1. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk bulat dan
berbatas tegas6

Gambar 2. Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang


kasar dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence6

2. Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk bulat,
oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan diameter
anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari
isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan
gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma
tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan
pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya. Melalui
pemeriksaan ini dapat membedakan massa solid atau kistik.5,6
Gambar 3. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada sebagian lobus merupakan
khas dari fibroadenoma.6

3. Magnetic Resonances Imaging (MRI)

Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika


dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dengan massa berbentuk bulat atau oval.6

Gambar 4. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terlihat dari mamografi.
Pemeriksaan dengan MRI post-contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa
pembersihan, yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma6

G. Tatalaksana

Manajemen awal dari suatu massa yang dianggap fibroadenoma harus mencakup
pengamatan selama setidaknya satu siklus menstruasi lengkap, dengan asumsi pola
menstruasi normal. Jika massa payudara berlanjut, studi pencitraan dapat dilakukan untuk
menentukan apakah massa konsisten dengan fibroadenoma. Ultrasonografi adalah metode
yang paling umum digunakan untuk menggambarkan massa payudara. Metode ini dapat
menentukan apakah massa padat atau kistik, meskipun ultrasonografi terbatas ketika
membedakan antara massa padat seperti fibroadenoma dan tumor phyllodes, lesi yang
berpotensi ganas. Ultrasonografi serial mungkin berguna untuk secara objektif
mendokumentasikan perubahan ukuran dari waktu ke waktu. Magnetic resonance
imaging (MRI) dan mamografi adalah teknik alternatif, tetapi belum direkomendasikan
untuk digunakan pada remaja karena kepadatan jaringan payudara pada populasi ini.5

Pada payudara yang berkembang, risiko iatrogenik lebih besar daripada manfaat
operasi, terutama karena risiko keganasan rendah dan fibroadenoma sering sembuh dari
waktu ke waktu. Aspirasi jarum halus atau biopsi harus dilakukan, tetapi teknik ini
menghadirkan risiko iatrogenik yang serupa pada payudara yang sedang berkembang. 5

Eksisi bedah fibroadenomam dapat dilakukan jika massa bergejala dan / atau tumbuh
dengan cepat. Fibroadenoma biasanya dirawat secara pembedahan karena
pertumbuhannya yang cepat, dan giant fibroadenoma dieksisi karena ukurannya. Eksisi
bedah untuk fibroadenoma yang lebih kecil mungkin ditawarkan ketika massa tidak
bergerak, keras, membesar, lunak, terfiksasi pada kulit di atasnya atau pada puting susu,
terkait dengan limfadenopati aksila atau supraklavikular.5

Eksisi fibroadenoma dapat dilakukan dengan anestesi lokal dan / atau umum. Sayatan
yang optimal atau di lipatan inframammary untuk meminimalkan jaringan parut yang
terlihat. Sayatan lengkung atau semilunar di atas massa mungkin menjadi pilihan terbaik
jika fibroadenoma terletak lebih jauh dari perbatasan areolar. Enukleasi total massa harus
dilakukan. Massa yang meliputi lebih dari sepertiga payudara dapat diangkat melalui
sayatan lipatan inframammary dan mungkin membutuhkan penempatan drainase.5

Pasca operasi, pasien harus menahan diri dari aktivitas berat selama 6 hingga 8
minggu dan mengenakan rompi kompresi atau bra olahraga selama 4 hingga 6 minggu
untuk meminimalkan pembengkakan dan rasa sakit. Pasien harus diperiksa sekitar 4 dan 8
minggu pasca operasi, setiap 3 bulan untuk tahun berikutnya, dua tahun sekali untuk
tahun kedua, dan kemudian setiap tahun. Hal ini untuk menilai setiap komplikasi,
kekambuhan massa, dan massa insiden tambahan. Pasien dapat mengalami kelainan
kosmetik pasca operasi atau asimetri sekunder, terutama setelah pengangkatan
fibroadenoma raksasa, tetapi operasi rekonstruktif biasanya tidak dipertimbangkan
sampai setidaknya satu tahun setelah prosedur dan pasien telah mencapai kematangan
kerangka. Selain itu, parenkim payudara dapat mengembang untuk mengisi defek yang
terjadi. Bahkan, kami telah mengamati wanita muda dengan asimetri payudara yang
menjalani eksisi fibroadenoma raksasa selama masa remaja di mana payudara yang
terkena tumbuh secara signifikan lebih besar daripada sisi yang tidak terpengaruh.5

I. Prognosis

Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi
untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus diperiksa secara
teratur.3
Daftar Pustaka

1. Rangaswamy, Purushothaman, and Shaikh Afzal Rubby. "Clinical study on


fibroadenoma of the breast." International Surgery Journal 3.4 (2016): 1916-1919.
2. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M.,
Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in
Jamaica : Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000 – 2002. Available
from : http://lib.bioinfo.pl/
3. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan
dan Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins
Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2007. Hal. 793 – 794.
4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :
http://emedicine.medscape.com/. Update on January 21st, 2019.
5. Cerrato, Felecia, and Brian I. Labow. "Diagnosis and management of fibroadenomas
in the adolescent breast."Seminars in plastic surgery. Vol. 27. No. 01. Thieme
Medical Publishers, 2013.
6. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from :
http://www.gehealthcare.com/.
7. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://caonline.amcancersoc.org/.

Anda mungkin juga menyukai