MASTITIS
Disusun oleh :
Diajukan kepada :
PROGRAM INTERNSHIP
BATURAJA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar ibu menyusui merasakan nyeri pada payudara sehingga sering
pada payudara, salah satunya disebut mastitis. 1 Mastitis adalah peradangan payudara,
yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi,
sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. 1,2 Mastitis infeksi
dapat terjadi ketika bakteri memasuki payudara sementara menyusui. Puting susu
dapat menjadi retak atau sakit akibat menyusui. Mastitis terjadi pada 1-2% ibu yang
keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses
dari mastitis.1,2
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik
menyusui yang buruk merupakan penyebab yang penting. Sementara itu, mastitis
nonlaktasi disebabkan oleh infeksi pada kulit sekitar areola dan puting. Penanganan
mastitis yang tidak adekuat atau lambat menyebabkan kerusakan jaringan payudara
yang lebih luas atau terjadinya abses. Abses yang luas dapat mempengaruhi laktasi,
selanjutnya pada 10% perempuan, bahkan dapat menghasilkan bentuk payudara yang
tidak baik atau kehilangan payudara akibat reseksi payudara atau mastektom.1,2
Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran,
dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi
dalam 12 minggu pertama.3 Abses payudara juga paling sering terjadi pada 6 minggu
pertama pasca kelahiran. Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi.
Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Usia : 36 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pasien datang dngan keluhan nyeri pada payudara sebelah kiri, nyeri sudah
dirasakan semenjak 4 hari lalu, nyeri dirasakan semakin hari semakin memberat,
nyeri awalnya terasa di putting susu bila menyusui, payudara juga semakin
membengkak, bengkak dirasakan sejak 2 bulan terakhir, teraba panas dan berwarna
kemerahan, pasien memiliki bayi yang masih menyusui. Pasien juga merasakan
demam 1 hari yang lalu, pusing (-), mual dan muntah (-), bab dan bak biasa.
Riwayat perkawinan
Menarche saat 14 tahun. Siklus haid teratur setiap 28 hari dengan lama haid 4- 5 hari.
Banyaknya haid 2-3 kali ganti pembalut. Nyeri haid (-) sampai tidak bisa bekerja.
Riwayat KB : -
Keputihan :-
Penyakit kelamin :-
Operasi : -
Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, hati, kencing manis, darah tinggi disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 16 kali/menit
Kepala : Normocephali
Genitalia : normal
Inspeksi : tampak kulit eritema, batas tidak tegas, edema (+), pus (-),
Palpasi : permukaan kulit menegang, nyeri tekan (+), massa (-), ditekan keluar
darah(+)
DIAGNOSIS KERJA
Mastitis Sinistra
TATALAKSANA
Kompres Hangat
BAB III
PEMBAHASAN
DEFINISI
Mastitis adalah peradagan pada payudara yang biasanya di alami oleh wanita
dalam masa menyusui, namun dapat juga terjadi pada wanita hamil bahkan wanita yang
sedang tidak hamil atau tidak menyusui. 1 Peradangan dapat diseratai dengan infeksi
bakteri ataupun tidak. Penyebab tersering adalah statis ASI atau gangguan pada
aliran ASI. Seperti pada kausus pasien merupakan ibu menyusui, seperti pada
kepustakaan mastitis memang sering terjadi pada ibu yang sedang menyusui dan
penyebab tersering adalah gangguan aliran ASI dikarenakan proses menyusui yang tidak
baik, dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam
payudara.4
EPIDEMIOLOGI
Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau
tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33%
wanita. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran,
dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi
dalam 12 minggu pertama. Namun, mastitis dapat terjadi pada setiap tahap laktasi,
termasuk pada tahun kedua. Abses payudara juga paling sering terjadi pada 6 minggu
DIAGNOSIS
atau ngilu seluruh tubuh, Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan
terasa sangat nyeri pada payudara yang meradang mengakibatkan peningkatan kadar
natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin, dan
terkadang dapat juga timbul garis-garis merah ke arah ketiak atau pembengkakan KGB
di sekitar ketiak.4
ETIOLOGI
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. 1 Gunther
pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh
stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat
mencegah keadaan tersebut.5 Ia menyatakan bahwa infeksi, bila terjadi, bukan primer,
tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri. Thomsen
dan kawan-kawan pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang pentingnya
stasis ASI. Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudara dengan
Bendungan payudara
Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir, sehingga stasis ASI
terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal mastitis, atau
kongesti, untuk mencegah perkembangan penyakit dan pernbentukan abses. Isapan bayi
Frekuensi menyusui
Tahun 1952, Illingworth dan Stone secara formal menunjukkan dalam uji coba
dengan kontro1, bahwa insiden stasis asi dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi
disusui tanpa batas. Hubungan antara pembatasan frekuensi dan durasi menyusui dan
mastitis telah diuraikan oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis bila
mereka tidak menyusui atau bila bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman
Pengisapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien,
saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Nyeri puting dan puting
pecah-pecah sering ditemukan bersama dengan mastitis. Penyebab nyeri dan trauma
puting yang tersering adalah pengisapan yang buruk pada payudara, kedua kondisi ini
dapat terjadi bersama-sama. Selain itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu menghindar
untuk menyusui pada payudara yang sakit dan karena itu mencetuskan stasis ASI dan
bendungan.
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara
dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu telah dinyatakan bahwa pengisapan
yang tidak tepat, yang menyebabkan stasis ASI dan mastitis, lebih mungkin terjadi pada
Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu pengisapan pada
payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah. Hal ini juga mengurangi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara
diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI.
Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan
mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga
tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar
sel sehingga memicu respons imun, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan
Fisiologi Laktasi
Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan protein, laktose dan garam
organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara. Asi terbentuk dari berbgai
macam proses yang berhubungan dengan kehamilan. Pada bulan terakhir kehamilan,
kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai mengahsilkan ASI. Kondisi normal, pada hari
pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari.
Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI semakin
efektif dan terus-menerus meningakat pada 10-14 hari setelah melahirkan. Kondisi
tersebut berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Bayi yang sehat mengkonsumsi
kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I.4,5 Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu,
tingkat Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI
sebenarnya.2 Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan
kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya
produksi ASI setelah melahirkan nanti. Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan
turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan human placental lactogen (HPL)
secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI
dalam periode 45 menit, dan kemudian, dan kemudian kembali ke level sebelum
rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam
alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah
putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan
mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua
minggu bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu Sistem kontrol hormon endokrin mengatur
produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan Ketika
produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan
Laktogenesis III.1,4,5
Patofisiologi
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara
normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis, dan dengan
pengisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih
dengan cepat.4 Namun, dapat berkembang menjadi bendungan, dan kedua kondisi ini
sering membingungkan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat, dan
tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan
edematous. Payudara penuh yang bersifat fisiologis maupun penuh karena bendungan,
biasanya mengenai kedua payudara. Namun, terdapat beberapa perbedaan penting, yaitu.
payudara yang perih terasa panas, berat, dan keras. Tidak terlihat mengkilat, edema, atau
merah.1,5 ASI biasanya mengalir dengan lancar, dan kadang-kadang menetes keluar
secara spontan. Bayi mudah mengisap dan mengeluarkan ASI. payudara yang terbendung
membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema
dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir
dengan mudah, dan bayi sulit untuk mengisap ASI sampai pembengkakan berkurang.
dalam 24 jam.6,7
Penatalaksanaan
kompres hangat dan tetap melanjutkan proses menyusui, jika menyusui tidak
memungkinkan karena nyeri payudara atau penolakan bayi pada payudara yang
Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terdapat perbaikan,
Antibiotik yang tepat harus digunakan, Antibiotik B-laktamase harus ditambahkan agar
efektif terhadap Staph. aureus. Untuk organisme gram negatif, sefaleksin atau amoksisilin
mungkin paling tepat. Jika mungkin,8.9 ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensitivitas bakteri antibiotik ditentukan. Antibiotik terpilih harus diberikan dalam
jangka panjang. Saat ini dianjurkan pemberian 10-14 hari oleh kebanyakan ahli.
Setelah itu dapat diberikan terapi analgesik, Rasa nyeri merupakan faktor
penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam proses pengeluaran ASI.
Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang
dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam
asetaminofen. 10,11
pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri
atas membersihkan putting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan
kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu, yang memberi pertolongan kepada ibu
Komplikasi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba
keras , merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan
kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi
yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus dengan
bimbingan USG karena dapat bersifat kuratif. Hal ini dapat mengurangi nyeri
dibanding insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anastesia lokal. Pada
abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini
dilakukan ibu harus mendapat antibiotik.9 ASI dari sekitar tempat abses juga perlu
dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya. Bila payudara
yang dibedah sudah sembuh, maka bayi diwajibkan menyusui payudara yang terkena
Mastitis dan abses payudara sangat mudah dicegah, bila menyusui dilakukan
dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI, dan
bila tanda dini seperti bendungan, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu
Organization. 2000.
http://www.thefreedictionary.com/
http://www.bayisehatbalitacerdas.com/