Anda di halaman 1dari 16

BAB I

LAPORAN KASUS

OBSERVASI FEBRIS

I. IDENTITAS
A. Identitas Anak
Nama : An. M
Tempat Tanggal Lahir : Banjar, 2 Januari 2008
Usia : 6 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Langkap Lancar RT 01 RW 02 Kota Banjar
Tanggal Pemeriksaan : 28 Maret 2014
B. Identitas Orang Tua
Nama Bapak / Usia : Agus / 37 tahun
Pekerjaan : Pekerja Swasta
Nama Ibu/ Usia : Tuti / 31 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Langkap Lancar RT 01 RW 02

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
BAB = normal
BAK = normal
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ada riwayat batuk lama yang diderita oleh kakek pasien
Ibu alergi terhadap cuaca dingin dan makanan berupa telur
Tidak ada riwayat kejang demam atau epilepsy
Tidak ada riwayat hipertensi
1
Tidak ada riwayat diabetetes mellitus
E. Riwayat Kepribadian, Sosial, dan Lingkungan
Senang bermain dengan teman-teman sebayanya
Dekat dengan ibunya
Mudah dekat dengan orang
Diasuh oleh ibunya sendiri
Aktifitas dilingkungan bermain cukup baik

III. PEMERIKSAAN FISIS


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat bada n : 21,3 kg
A. Tanda vital :
Nadi : 60 x/menit
Pernafasan : 30x/menit
Suhu : Normal
B. Pemeriksaan fisis keseluruhan
Kepala-Leher
Kulit : Berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata OD : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan
diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)
OS : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, skelra tidak ikterik,
palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat dengan
diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+), mata cekung (-)

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, tidak ada
serumen

2
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, terdapat sekret
berwarna hijau kental
Mulut : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembab, lidah kotor,
arkus faring simetris, letak uvula di tengah, faring tidak hiperemis,
tonsil T1-T1, mukosa mulut tidak ada kelainan.
Pertumbuhan gigi : Normal
Leher : Pembesaran KGB -/-
Thorax :

Inspeksi :
Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris
Permukaan dada : Papula (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-), vena
kolateral (-), massa (-).
Iga dan sela iga : Pelebaran ICS (-)
Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis : cekung, simetris kiri dan kanan
Fossa jugularis : Tidak tampak deviasi
Tipe pernafasan : Torako-abdominal

Palpasi

Trakea : Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V


linea parasternal sinistra
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan
Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan

Perkusi

Sonor seluruh lapang paru


Batas paru-hepar : Inspirasi ICS V, Ekspirasi ICS V
Batas paru-jantung :
Kanan : ICS II linea parasternalis dekstra

3
Kiri : ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi

Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).


Pulmo :
Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru
Rhonki (-/-)
Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi :

Bentuk : Simetris
Umbilicus : Masuk merata
Permukaan Kulit : Tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),massa (-),
vena kolateral (-), papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-),spider navy (-).
Distensi (-)
Ascites (-)

Auskultasi

Bising usus (+) normal


Metallic sound (-)
Bising aorta (-)

Perkusi

Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)


Nyeri ketok (-)

Palpasi

Nyeri tekan epigastrium (-)

4
Massa (-)
Hepar / lien : tidak teraba

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Belum dilakukan
V. DIAGNOSIS
Observasi Febris
VI. PENATALAKSANAAN
Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah :
kkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Pengobatan nonfarmakologi berupa saran kepada pasien untuk :
1. Makan secara teratur, lembek, tidak pedas atau asam
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan makanan bergizi.
3. Istirahat yang cukup.

BAB II
DATA PASIEN

I. KEADAAN PASIEN :
A. Profil Pasien
An. x adalah seorang anak tunggal yang hanya tinggal dirumah bersama ibunya,
sedangkan ayah pasien tidak menetap di rumah karena bekerja di Jakarta.Pasien tidur
bersama ibunya, An. X sudah menginjak Taman Kanak-kanak.
B. Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
Rumah pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang TV, ruang makan, kamar
mandi, dapur dan gudang penyimpanan padi serta pupuk. Ventilasi dirumah cukup baik,
ruang makan beralaskan tanah, gudang tempat penyimpanan padi dan pupuk berdinding bilik
bambu dengan keadaan kotor sehingga banyak debu disekitar gudang, Kondisi kamar tidur

5
dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup baik, kamar mandi dan dapur cukup
bersih.Peralatan rumah tangga yang cukup lengkap, dan terdapat 1 motor.Lingkungan
disekitar rumah pasien cukup bersih.
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari penuturan ibu pasien diketahui bahwa kakek pasien menderita riwayat saluran
pernafasan, ibu pasien alergi terhadap cuaca dingin dan makanan berupa telur.
D. Pola Konsumsi Makanan
Pola Konsumsi keluarga tersebut cukup baik dengan asupan gizi.Pasien sering
mengkonsumsi es/ minuman dingin.
E. Psikologi dalam hubungan antar anggota keluarga
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota keluarga yang lain terutama
paman pasien.
F. Kebiasaan
Pasien sering mengkonsumsi permen dan es/ minuman dingin.
G. Lingkungan
Lingkungan pemukiman keluarga cukup bersih dan cukup tertata dengan baik.Sampah
tersimpan pada tempatnya, demikian juga dengan tata letak peralatan dan perlengkapan
rumah.Hubungan dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal baik.
H. Keadaan Pasien
Pilek yang disertai sekret yang kental. Pasien minum obat tidak teratur karena menurut
penuturan ibu pasien sedang mengkonsumsi obat lain sehingga ibu menghentikan obat
pemberian puskesmas.

6
BAB III
ANALISIS KASUS

Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun 3 bulan datang ke puskesmas diantar ibunya
dengan keluhan utama batuk berdahak berwarna hijau, tenggorokan terasa gatal,demam,
pilek dengan sekret berwarna hijau sejak 1 hari yang lalu. Demam turun sewaktu pasien
diberi obat warung berupa contrexin oleh ibunya. Pernah mengalami gejala yang sama
sekitar 4 bulan lalu, ibunya membawa pasien ke dokter dan sembuh. Kecurigaan bahwa An.
M menderita ISPA berawal dari keluhan-keluhan yang dialami oleh pasien yang relevan
dengan gejala-gejala timbulnya ISPA, yakni berupa batuk, demam serta pilek.
ISPA dapat disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus namun demikian pathogen
tersering yang menyebabkan ISPA adalah virus atau infeksi gabungan virus bakteri.Keluhan
An. M berupa batuk produktif dengan sputum berwarna hijau dapat dijumpai pada beberapa
pasien ISPA namun hal ini tidak dapat membedakan secara spesifik penyebab ISPA tersebut
bakteri atau virus.Untuk mengetahui lebih jelas penyebab dari ISPA perlu dilakukan
pemeriksaan sputum.
An. M adalah seorang anak tunggal yang tinggal hanya bersama ibunya dirumah, An. M
sering bermain bersama pamannya yang perokok. An. M sering mencoba menghisap rokok
yang dikonsumsi oleh pamannya, selain itu paman An. M juga sering merokok didekat An.
M. Dirumah tempat tinggal An. M terlihat ruang makan yang beralaskan tanah sehingga
meningkatkan kelembaban udara di dalam rumah , terdapat gudang penyimpanan pupuk dan
padi yang berdinding bilik dengan debu yang tebal. Dari uraian yang singkat ini dapat
diketahui bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor risiko An. M menderita ISPA.

7
Obat yang diminum oleh An. M adalah Glyceryl Guaiacolate,Paracetamol dan Vitamin
C. An. M diberikanGlyceryl guaiacolate yang mempunyai cara kerja mengencerkan dahak
pada saluran pernapasan sehingga mempermudah pengeluaran dahak. Oleh karena itu obat
ini digunakan untuk meredakan batuk berdahak.Obat ini bertindak sebagai ekspektoran
dengan meningkatkan volume dan mengurangi viskositas sekresi dalam trakea dan
bronkus.Dosis yang diberikan pada anak-anak Glyceryl Guaiacolate 5 12 tahun = 100-200
mg, 3-4 kali sehari.
Paracetamol adalah obat yang mempunyai efek mengurangi nyeri (analgesic) dan
menurunkan demam (antipiretik). Cara menurunkan demam dengan cara menghambat pusat
pengatur panas tubuh di hipotalamus. Pada kondisi demam, paracetamol hanya bersifat
simptomatik yaitu meredakan keluhan demam (menurunkan suhu tubuh) dan tidak mengobati
penyebab demam itu sendiri. Dosis dalam bentuk Paracetamol tablet 500 mg 3x tab.

Vitamin C adalah vitamin yang biasa digunakan uuntuk mencegah dan mengobati
demam.Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan
mempertajam kesadaran.Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di
seluruh tubuh. Selain itu vitamin C juga dapat memperkuat daya imunitas dalam tubuh.

Selain terapi farmakologis, diperlukan terapi non farmakologis berupa saran-saran kepada
ibu An. M yang mengasuhnya, misalnya menjaga pola hidup sehat, makan yang bergizi dan
teratur serta istirahat yang cukup.

BAB IV

8
TINJAUAN PUSTAKA

OBSERVASI FEBRIS

I. DEFINISI

Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena
adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas
yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang.
Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu
dalam tubuh. (Ngastiyah, 2005)

Definisi demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 380C (100,4 0F). suhu
normal dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,1 0C-380C (970F-100,4oF).
umumnya suhu tubuh pada anak-anak lebih tinggi, emudian menurun hingga padaa
tingkat dewasa pada usia 13-14 tahun pada anak perempuan, dan 17-18 tahun pada anak
laki-laki. (Robert, 2007)

Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 380C. demam
merpakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, buakan suatu penyakit dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Data klinis terkait menemukan tanda yang menunjukkan
keseriusan demam (missal: anak yang aktif dan sadar memiliki suhu 400C secara umum
kurang mengkhawatirkan dibandingkan dengan bayi yang lesu dan letargik dengan suhu
390C. (Muscari, 2001)

Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah:

- Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan mengigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
- Demam remiten

9
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
- Demam intermiten
Suhu badanturun ketingkat yang normalselama beberapa jam dalamsatu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
- Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang etrus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
- Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti: abses, pneumonia, infeksi
saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013)

Menurut beberapa definisi tentang febris di atas, dapat disimpulkan bahwa febris
adalah peningkatan abnormal suhu badan minimal 380C sebagai akibat dari perubahan
pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.

II. ETIOLGI

Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.

10
Beberapa hal khusus perlu dipeehatikan pada demam adalah cara timbul demam,
lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
(aplikasi nanda)
Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus, atau
sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan berikut:
- Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernapasan atas dan bawah,
faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan enteric. Reaksi vaksinasi dan
pakaian yang terlalu tebal juga seringmenjadipenyebab demam pada bayi.
- Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih, pneumonia,
bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker, gangguan imunologik,
keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi. (Muscari, 2001)

III. PATHOGENESIS

Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan
suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point
(Julia,2000)

Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi
atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh
akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh
(pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi
imunologik terhadap benda asing (noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan
cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas.

11
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing
tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai
yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan
kembali ke tingkat normal. (Corwin, 2000)

IV. MANIFESTASI KLINIS

Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)


Kulit kemerahan
Hangat pada sentuhan
Peningkatan frekuensi pernapasan
Menggigil
Dehidrasi
Kehilangan nafsu makan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk


digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba
darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi

12
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus
dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody di
dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif dinytakan
dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena antara
lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah
kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit
imunologik lain.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus dibuat
dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang demam
disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin
diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap
penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan DNA
kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji
ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi)
serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto, 2007)

13
VI. DIAGNOSIS
Observasi Febris
VII. PENATALAKSANAAN

1. Non Medikamentosa
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap 4-
6 jam. Perhatikan apakan anak tidur gelisah, sering terkejut atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik keatas
atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang
yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.
2. Medikamentosa
Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
di atas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Suriadi dan
Yuliani, R., 2001)

VIII. PROGNOSIS

14
Prognosis tergantung dari penyebab febris
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2007.
2. Usman, Iskandar. 2012. Penderita ISPA. (online) Diakses 30 Maret 2014.
3. Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. 2011. Laporan Program P2 ISPA Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Rubin, Michael A, et al. Harrisons Principle of Internal Medicine, USA : McGraw Hill.
2005.
5. Ditjen P2PL. 2007. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta : Depkes RI
6. Abdullah. 2003. Pengaruh Pemberian ASI terhadap Kasus ISPA pada Bayi Umur 0-4
Bulan. Tesis Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
7. Ditjen P2PL. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta : Depkes RI.
8. Machmud, Rizanda. (2006). Pneumonia balita di Indonesia dan peranan kabupaten
dalam menanggulanginya. Andalas University Press.
9. Achamadi, Umar Fahmi. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : UI
Press.
10. Ria, Epi. 2012. Kualitas Lingkungan Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Warakas
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia : Skripsi.
11. Rerung, Ribka. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Lembang Batu Sura. Jurnal FKM Universitas Hasanuddin Makassar.
12. Deasy, Joan and Werner. 2009. Acute Respiratory Tract Infenstions; When Are
Antibiotics Indicated. Available from www.jappa.com
13. Dahlan Z. Pnuemonia. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Editors, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran Universitas
Indonesia.
14. Savitri Oryza. Rekam Medik Pasien Poli dalam scribd.com
15. Whaley and Wrong, 2000. Nursing care of Infant And Childern, Mosby, Inc. Yasir, 2009,
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
16. Supatondo dan Roosheroe AG. 2007. Pedoman Memberi Obat pada Pasien Geriatri Serta
Mengatasi Masalah Polifarmasi. In Sudoyo A.W., Setyiohadi B., Alwi I., Simadibrata M.
dan setiati S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

15
16

Anda mungkin juga menyukai