Anda di halaman 1dari 54

Ny.

M Usia 50 Tahun dengan


Congestive Heart Failure (CHF)+ Atrial
Fibrilasi (AF) + Dispepsia

Case Report
Rahmad Nopriady

Pembimbing:
d r. M. R a s y i d
R i d h a Sp.Pd

RUMAH SAKIT UMUM


DAE RAH A L I M U D D I N U M A R
LIWA 2020
I D E N T I TA S PAS IE N
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Lampung
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Pesisir Barat
Tanggal Masuk : 15 desember 2020
RM : 113599

Sesak Napas y a n g
memberat sejak Jantung berdebar-
Keluhan 5 hari yang lalu. d e b a r, m u a l ,
Utama muntah, nafsu
makan menurun,
Keluhan dan lemas.
Tambahan
R I WAYAT PERJALANAN P E N YA K IT

Keluhan sesak nafas (+), sesak nafas timbul


apabila pasien berativitas dan berkurang
apabila pasien istirahat. Ketika tidur pasien
beberapa kali terbangun karena sesak nafas.
Pasien menggunakan 2 bantal ketika tertidur
untuk mengurangi sesak napas.
Pasien berdebar-debar yang semakin memberat sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien mengeluhkan berdebar-debar sejak 1 bulan yang lalu. Berdebar-
debar semakin memberat apabila pasien beraktivitas. Pasien
mengeluhkan berdebar-debar membaik ketika beristirahat. Keluhan
Mudah lelah (-), keringat berlebih, berat badan turun (-), gugup (-).

Pasien mengeluhkan adanya nyeri pada ulu hati yang


disertai mual dan muntah. Pasien mengeluhkan setiap
makan muntah. Nafsu makan menurun. Pasien
mengeluhkan lemas. Pasien sudah berobat ke
Puskesmas rawat inap sebanyak 2 x tetapi tidak ada
perbaikan. Bak dan Bab dalam batas normal.
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit
Keluarga
Dahulu
Riwayat hipertensi.
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes
(+) tetapi pasien
melitus, penyakit
tidak minum obat,
jantung, asma, dan
riwayat mag (+),
alergi dalam keluarga
diabetes melitus,
disangkal.
penyakit jantung,
asma, dan alergi
disangkal.

Riwayat Personal
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku tidak pernah mengonsumsi alkohol
maupun merokok.Akan tetapi, suami pasien sering
merokok saat di rumah.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT

KEADAAN UMUM KESADARAN


TAMPAK SAKIT SEDANG COMPOS MENTIS

Ta n d a V i t a l
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 98 x/menit, irreguler
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,4 ºC
: 99% (Terpasang O2 2 lpm)
Spo2
Status Generalisata
Kepala :Normosefali, rambut hitam, distribusi
merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik
(-/-) Eksoftalmus (-/-)
Telinga :Normotia (+/+), perdarahan (-/-), otorrea
(-/-), lapang (-/-), hematoma
retroaurikuler (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-/-), perdarahan (-/-),
rhinorrea (-/-)
Mulut : Bibir pucat dan kering, sianosis (-), lidah
kotor (-)
Paru-paru

Inspeksi Kanan Simetris saat statis dan


dinamis
Kiri Simetris saat statis dan dinamis

P a lp a si Kanan - Tidak ada benjolan


-Vokal fremitus simetris

Kiri - Tidak ada benjolan


-Vokal fremitus simetris
Perkusi Kanan Sonor di seluruh lapang paru

Kiri Sonor di seluruh lapang paru


Auskultasi
Kanan - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (+)

Kiri - Suara vesikuler


- Wheezing (-), Ronki (+)
Jantung

Inspeksi Ic tu s cordis tidak terlihat

Palpasi I c t u s Cordis s u l it te r a b a

Perkusi Batas atas : Sela i g a I I I g a r is p a r a s t e r n a l


kiri Batas kiri : Sela i g a V I I garis
axila anterior (kesan melebar)
Batas k a n a n : Sela i g a I V g a r i s p a r a s t e r n a l
kanan

Auskulta Bunyi jantung 1 dan 2 irreguler di semua katup.


si Ti d a k t e r d e n g a r m u r m u r, gallop
ataupun pericardial rub.
Abdomen
Inspeksi :Datar
Auskultasi :Bising Usus (+)
Palpasi :Hepar lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) pada
epigastrium.
Perkusi :Timpani

Ekstremitas :
Edema
- -

+ -

+ +
Akral
Hangat
+ +

CRT < 2 + +

detik
+ +
PEMERIKSAAN PENUNJANG 15 September 2020
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN N I L A I NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.3 g/dL 12-14
Hematokrit 42 % 35 – 43
Leukosit 11600 /uL 4500 – 10500
Tr o m b o s i t 227 10^3/uL 150-400
Hitung Jumlah
Leukosit
E o si n o f i l 0 % 0-3
B a so f i l 0 % 0-1
Netrofil Batang 1 % 2-6
Netrofil Segmen 76 % 50-70
Limfosit 21 % 20-40
Monosit 2 % 2-8
MCV 83 Mikro3 77-93
MCH 27 Pikogram 27-23
MCHC 33

Glukosa Darah 183 mg/dL 70-115


Thoraks
CTR > 50%
Kesan : Kardiomegali
PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI

Irama: Aritmia

L a j u QRS 1 9 0 x / m e n i t r e g u l e r

Axis: Left Axis Deviation (LAD)


0
L e f t Ve n t r i c u l a r H i p e r t r o f i ( LV H )
DIAGNOSIS

O
Chronic Heart Failure(CHF) Stage III +
Atrial Fibrilation (AF) RVR + Dyspepsia
Ta t a L a k s a n a

• Nasal Canul O2 2 liter /menit


• IVFD Ringer Lactat X gtt/menit
Mikro
• Inj furosemide 20 mg/ 24 jam
• Digoxin 2 x 1/2 tab Po PROGNOSIS
• Inj Omeprazole 40 mg/ 24 jam
• Inj Ondansentrone 4 mg/ 8
jam
• Sucralfat 4 x II cth syr Po Ad vitam : Dubia ad Bonam

Ad fungsionam : Dubia ad

Ad sanationam: Dubia ad bonam


16/09/2 S / Sesak Napa s ( + ) , Lem as ( + ) , M u a l ( + ) , M u n t a h ( + ) P/
0 • IVFD Ringer Lactat X g t t / m e n i t
O/ Tss, CM
Td: 100/70 mmhg Mikro
N: 104 irreguler • I n j Furosemide 2 0 m g / 2 4 j a m I V
Rr: 24 x /me nit
• Spironolacton 1 x 12.5 m g tab po
Status Lokalis
• Captopril 2 x 6.25 m g tab po
M a t a : CA ( - / - ) , S I ( - / - )
• D i g o x i n 2 x 1 t a b Po
To r a k s : S i m e t r i s , Ve s ( + / + ) , R h ( + / + ) , W h ( - / - )
• I n j Ranitidine 50 m g / 1 2 j a m I V
B j I - I I i r r e g u l a r, M u r m u r ( - )
• I n j Ondansentrone 4 m g / 8 ja m
A b d o m e n : D a t a r, B u ( + ) , NTE ( + )
IV
Ekstrimitas: Akral h a n g a t ( + / + / + / + ) , Edem ( - / - / - / - ) , • Sucr alfat 4 x I I c t h s y r Po
CRT < 2 d e t i k ( + / + / + / + )

A / CHF g r I I I + AF RVR + D i s p e p s i a
17/09/2 S/ Lemas (+) • IVFD Ringer Lactat X gtt/menit Mikro
0
• Inj Furosemide 20 mg/ 24 jam IV
O/ Tss, CM
Td: 136/87 mmhg • Spironolacton 1 x 12.5 mg tab po
N: 92 irreguler
• Captopril 2 x 6.25 mg tab po
Rr: 22 x/menit
Status Lokalis • Digoxin 2 x 1 tab Po
Mata: CA
(-/-), SI (-/-)
• Inj Ranitidine 50 mg/ 12 jam IV
Toraks : Simetris, Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-) • Inj Ondansentrone 4 mg/ 8 jam IV
Bj I-II irregular, Murmur (-)
• Sucralfat 4 x II cth syr Po
Abdomen: Datar, Bu (+), NTE (-)

Ekstrimitas: Akral hangat(+/+/+/+), Edem (-/-/-/-), CRT < 2


detik (+/+/+/+)

A/ CHF gr III + AF RVR + Dispepsia


Ti n j a u a n P u s t a k a
Congestive Heart
Failure
Definisi Gagal J a n tu n g
Etiologi

Etiologi

Penurunan
Meningkatnya beban Meningkatnya beban
kontraktibilitas
awal karena regurgitasi akhir karena
miokardium karena
aorta dan adanya stenosis aorta serta
infark miokard, ataupun
cacat septum ventrikel. hipertensi sistemik.
kardiomiopati.
Klasifikasi
Diagnosis Mayor
• Paroksismal nocturnal Dispneu
• Distensi Vena Leher
• Ronki Paru
• Kardiomegali
• Edem Paru Akut
• Gallop S3
• Peninggian Tekanan Vena
Jugularis
• Refluks Hepatojugular

Minor
• Edema Ekstrimitas
• Batuk Malam Hari
• Dispnea d’effort
• Hepatomegali
• Efusi Pleura
• Penurunan Kapasitas vital 1/3 dari
normal
• Takikardia (>120 x/menit)

Gagal jantung dapat ditegakkan apabila memenuhi


2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Pengobatan Gagal Jantung Kronik dengan
Simtom Nyha II-IV
Pengobatan Gagal Jantung Kronik dengan
Simtom Nyha II-IV
Pengobatan Edem / Kongesti Paru Akut
Atrial Fibrilasi
Definisi
Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supraventrikular yang khas, dengan aktivasi atrium
yang tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium.

Ciri-ciri AF

Tidak dijumpainya
Interval antara dua
EKG permukaan gelombang P yang jelas pada gelombang aktivasi atrium
menunjukkan pola interval EKG permukaan. Kadang- tersebut biasanya bervariasi,
RR yang ireguler kadang dapat terlihat aktivitas umumnya kecepatannya
atrium yang ireguler pada melebihi 450x/ menit.
beberapa sadapan EKG,
paling sering pada sadapan
V1.
Klasifakasi AF

Klasifikasi AF

Waktu Kecepatan laju


Ciri-ciri dari
presentasi dan respon ventrikel
pasien
durasinya (interval RR)
Klasifakasi Waktu presentasi dan durasinya
Klasifakasi Ciri-ciri
dari pasien

FA sorangan
FA non-valvular FA sekunder
(lone)
Berdasarkan
Kecepatan laju
ventrikel

FA dengan respon FA dengan respon FA dengan respon


ventrikel cepat: ventrikel normal: ventrikel lambat:
Laju ventrikel Laju ventrikel 60- Laju ventrikel <60x/
>100x/menit 100x/menit Menit
Diagnosis
Tata Laksana

Tata
Laksana
Fase Akut

Kendali
Kendali Laju
Irama Fase
fase akut
Akut
Kendali Laju fase akut
• Pada Pasien stabil gunakan B-Blocker/ antagois
Kanal Kalsium non dihidropiridin
• Digoksin/amiodaron AF dengan gagal jantung
/hipotensi
• AF dengan Preeksitasi diberikan Antiaritmia kelas 1
Propafenon, disopiramid, mexiletine/ amiodaron.
• Af dengan bradikardi dapat digunakan atrofin.
• Pada fase akut target laju jantung 80- 100 kpm

Kendali Irama Fase Akut


• Pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil harus
dilakukan kardioversi elektrik.
• Kardioversi farmakologi, Pada pasien yang telah
diberikan terapi kendali laju optimal tetapi masih
hemodinamik tidak stabil dan simtomatik dapat
menggunakan amiodaron.
Gagal Jantung dengan AF
Dispepsia
Definisi

Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau
beberapa gejala berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium,
rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas,
mual, muntah, dan sendawa.

Dispepsia menurut
kriteria Roma III
Nyeri epigastrium

Rasa penuh atau


Rasa terbakar di Rasa cepat
tidak nyaman
epigastrium kenyang
setelah makan
Diagnosis
Alur Tata Laksana
Dispepsia di berbagai
Tingkatan
ANALIS
KASUS
Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

Chronic Heart Failure(CHF) Stage III

Kriteria Framingham untuk diagnosis Kriteria Minor


CHF.
• Edema Ekstrimitas
Kriteria mayor • Batuk Malam Hari
• Paroksismal noctur nal Disnea • Dispnea d’effort
• Distensi Vena Leher • Hepatomegali
• Ronki Paru • Efusi Pleura
• Kardiomegali • Penurunan Kapasitas vital
• Edem Paru Akut 1/3 dari normal
• Gallop S3 • Ta k i k a r d i a ( > 1 2 0
• Peninggian Tekanan Vena x/menit)
Jugularis
• Refluks Hepatojugular
Pada pasien ini terdapat 3 gejala mayor dan 3 gejala minor.
Diagnosis CHF dapat ditegakkan apabila terdapat 2 kriteria mayor
atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Atrial Fibrilasi

Keluhan berdebar-debar yang memberat


sejak 1 bulan .
Gangguan Irama/ Hipertiroid ?

Pada anamnesis pasien mengeluhkan adanya


keluhan berdebar-debar yang kemudian pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya takikardi
dan nadi tidak reguler.

EKG didapatkan Diagnosis hipertiorid di singkirkan


- irama aritmia
dengan menghitung indeks wayne.
- frekuensi 190 x/menit irreguler, Pada pasien ini i n d e k s w a y n e
- Left axis deviation, + 2 yang menandakan E u t i r o i d .
- Jumlah (R V5/V6)+(S V1/V2) 36 mm, R V6 19 Hipertiroid apabila indeks wayne >
mm, V6> V5 tanda ini menandai adanya left 19 sehingga pada pasien ini
ventricular hepertrofi (LVH). diagnosis hipertiroid dapat
- K e sa n : a t r i a l f i b r i l a s i , LAD, d a n LVH. disingkirkan.
Klasifikasi FA pada pasien ini adalah FA y a n g
p e r t a m a k a l i t e r d i a g n o s i s dan FA RVR
( R a p i d v e n t r i c u l a r r e s p o n s e ) atau FA
respon ventrikel cepat karena ini merupakan
gejala pertama dan pasien baru pertma kali
datang untuk pengobatan dan laju ventrikel >
100 x/menit.
Dispepsia

kriteria Roma III yaitu suatu


penyakit dengan s a t u a t a u Pada pasien ini mengeluhkan
l e b i h g e j a l a yang mual dan muntah. Setiap makan
berhubungan dengan pasien muntah dan mengelukan
gangguan gastroduodenal n y e r i p a d a u l u h a t i . Pasien
yang diantaranya: mengeluhkan nafsu makan
• Nyeri epigastrium menurun. P a s i e n m e m i l i k i
• Rasa terbakar di riwayat m a g sebelumnya.
epigastrium Hasil dari pemeriksaan fisik
• Rasa penuh atau tidak didapatkan adanya n y e r i t e k a n
nyaman setelah makan pada epigastrium.
• Rasa cepat kenyang.

Diagnosis ny.M yaitu CHF Kelas III + Atrial


fibrilasi RVR + Dispepsia sudah tepat.
Apakah diagnosis
Ta t a L a k s a n a pada kasus ini sudah
tepat?

Nasal Canul O2 2 liter /menit

• Fungsi pemberian oksigen pada pasien ini untuk memperbaiki


cardiac output.
• Pemberian oksigen yang diberikan pada pasien ini merupakan
terapi oksigen jangka pendek.
• oksigen harus segera diberikan dengan adekuat di mana
pemberian oksigen yang tidak adekuat akan menibulkan
kecacatan tetap atau kematian.
• 1-4 liter/menit dengan fraksi oksigen 24-44%.
Pemberian
oksigen tidak boleh melebihi FiO2 44% melalui nasal canul
karena dapat merusak dari mukosa hidung.
Ta t a L a k s a n a

IVFD Ringer Lactat X gtt/menit Mikro

• Retriksi cairan berdasarkan pedoman CHF PERKI 1.5 – 2


liter / hari.
• BB 40 Kg. Kebutuhan Cairan pada wanita 30 cc/kgbb/Hari .
Kebutuhan Cairan 1200 ml/hari . Minum dan makan oral 900
ml/hari

300 x 60
Tetesan
= 12.5
Infus
24 x 60 tpm
Ta t a L a k s a n a

Inj furosemide 20 mg/ 24 jam


Spironolacton 12.5 mg/ 24 jam tab po

• Pada pasien dengan CHF memiliki mekanisme kompensasi dengan


meningkatkan retensi cairan dan garam yang dapat menimbulkan
edema baik sistemik maupun paru.

• Penggunaan diuretic pada terapi CHF ditunjukkan untuk meringankan


gejala dyspnea serta mengurangi retensi air dan garam.

• Kombinasi Spironolacton dan furosemide dapat menurunan overload


dengan cara meningkatkan ekskresi urin dan penghambatan
aldosterone.
• Dosis spironolactone 12.5 – 25 mg per hari.

• Pemberian furosemide pada pasien CHF dosis awal 20-40 mg. Dosis
yang diberikan pada pasien ini s u d a h t e p a t d e n g a n p e m b e r i a n 2 0
m g / 2 4 jam.
Ta t a L a k s a n a

Captopril 2 x 6.25 mg tab po

• Captopril adalah golongan ACE Inhibitor mempunyai mekanisme


kerja menurunkan sekresi angiotensin II dan aldosteron dengan
cara menghambat enzim yang dapat mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II.

• Pada pasien ini captoprilyang diberikan 2 x 6.25 mg. Dosis


captopril untuh pasien dengan CHF dosis 6.25 – 12.5 mg per 8 –
12 jam. Dosis yang diberikan sudah sesuai.

• Captopril juga dapat mengurangi kejadian remodeling jantung


serta retensi air dan garam. ACEI memperbaiki fungsi ventrikel
dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit
karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka
kelangsungan hidup.
Ta t a L a k s a n a

• Digoxin 2 x 0.125 mg Po

• Digoksin yang fungsinya untuk mengontrol laju ventrikel.


Pemberian digoksin dianjurkan melaui intravena dengan dosis
0.125 – 0.5 mg per hari dengan syarat fasilitas kesehatan sudah
memadai untuk pemberian digoksin intravena dan mengobservasi
dari efek pemberian digoksin.
0,25-0,5 mg intravena
• Dosis yang diberikan sudah tepat.

• Pemberian oral dikarenakan pada IGD tidak memiliki fasilitas yang


memadai untuk pemberian digoksin secara intravena.

• Untuk pemberian intravena dosis 0.125 mg harus dicampurkan


dengan 10 ml larutan isotonic diberikan selama 2 menit.
Pemberian ini agar tepat memerlukan alat syring pump atau infus
pump sedangkan di IGD tidak ada sehingga pemberiannya
diberikan secara oral.
Ta t a L a k s a n a

Inj Omeprazole 40 mg/ 24 jam

• Omeprazole merupakan golongan obat proton pump inhibitor (PPI)


yang fungsinya untuk menekan sekresi asam lambung oleh
penghambat spesifik pompa proton H+/K+- ATPase yang
ditemukan pada permukaan sekresi sel parietal lambung.

• Omeprazole dapat meringankan gejala panas perut, kesulitan


menelan, menyembuhkan kerusakan akibat asam di lambung dan
kerongkongan, membantu mencegah luka lambung, dan dapat
mencegah kanker kerongkongan.

• Dosis obat omeprazole 20 -40 mg per hari jadi pemberian


omeprazole sudah tepat.
Ta t a L a k s a n a

• Inj Ondansentrone 4 mg/ 8 jam

• Ondansetrone adalah golongan antagonis reseptor serotonin (5-


HT3) merupakan obat yang selektif menghambat ikatan serotonin
dan reseptor 5-HT3. Pelepasan serotonin akan diikat reseptor 5-
HT3 memacu aferen vagus yang akan mengaktfkan reflek mutah.
Reflek muntah dapat dicegah dengan pemberian ondansetrone.

• Pemberian ondansetrone secara intravena dengan dosis 0.1


mg/kgbb pemberiannya per 8 atau 12 jam. BB pasien I ni 40 kg.
sehingga pemberian ondansetrone intravena sudah tepat 40 mg/
8 jam.
Ta t a L a k s a n a

• Sucralfat 4 x II cth syr Po

• Sucralfat merupakan obat yang bekerja dengan cara membentuk


kompleks polimer yang dapat melapisi jaringan tukak dengan
meningkatkan eksudat protein pada lokasi ulkus. Komplekas
polimer yang terbentuk berfungsi sebagai sawar/barrier yang
mencegah keluarnya asam, pepsin, dan asam empedu, sehingga
dapat melindungi mukosa lambung dan kerusakan lebih lanjut.

• Pemberian dosis sukralfat 1 gram per 6 jam sehingga dosis


sucralfat sudah tepat dalam pemberiannya.
Ta t a L a k s a n a

Inj Ranitidin 50 mg/ 12 jam IV

• Ranitidine adalah merupakan antagonis reseptor histamine H2


yang menghambat produksi asam lambung.

• Dosis ranitidin yang digunakan untuk pasien dengan


dispepsia 150 mg per 12 jam untuk penggunaan
tablet.Penggunaan ranitidine IV dosisnya 50 mg per 6-12 jam.
Pada pasien menggunakan dosis 50 mg per 12 jam melalui IV.
Dosis yang diberikan sesuai.

Anda mungkin juga menyukai