HEPATITIS AKUT
Pembimbing:
Disusun Oleh:
1910221036
HEPATITIS
Disusun Oleh
1910221036
Mengetahui
Pembimbing
Puji dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, serta
hidayah-Nya dalam penulisan presentasi kasus ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabat sehingga tugas yang
berjudul “Hepatitis” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. B
Susanto Permadi, Sp.PDselaku pembimbing di kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini,
oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga presentasi kasus yang
disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara serta masyarakat luas pada
umumnya di masa yang akan datang.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
No RM : 178968-2019
Nama : Ny. S
Tgl Lahir : 6 - 7 - 1997
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pekerja Pabrik
Alamat : Kupang Lor 5/3 Kab. Ambarawa
Tgl Masuk : 16 Oktober 2019
Tgl Keluar : 20 Oktober 2019
II. Anamnesis
II.1 Keluhan Utama
Demam
V. Diagnosis Awal
a. Observasi Febris H+5 dengan ikterik
b. Susp. Hepatitis Akut
VI. Penatalaksanaan Awal
a. IVFD Asering 18 tpm
b. Inj Ondansentron 1x1
c. Inj Omeprazole 1x1
16/10/19 06.00 S : Demam masih dirasakan saat malam hari. Mual dan muntah
mulai berkurang. Mual (+) muntah (+) sebanyak 1 kali saat subuh.
Nyeri ulu hati dirasakan serta pasien mengeluh mata berwarna
kuning serta BAK seperti teh.
O : KU Sakit Ringan, Compos Mentis
TD: 127/71, HR : 68x/menit, RR: 21x/menit, S :37,8ºC, SPO2 : 96%
CA -/- Si +/+ CRT < 2s
NT Abdomen (+) di regio Epigastrium
A : Obs. Febris, Hepatitis Akut
P : IVFD Asering 20 tpm → IVFD Dextrose 5% 20 tpm
Inj Ondansentron 2x1
Inj Omeprazole 2x1
+ Paracetamol 3x500 mg prn
+ Asam Ursodeoksikolat 3x1
Rencana pemeriksaan laboratorium urin lengkap
17/10/19 06.00 S : Demam masih dirasakan saat malam hari namun keparahan
berkurang. Mual (+) muntah (-). Nyeri ulu hati (+) mata kuning (+).
BAK masih seperti teh. BAB dbn.
O : KU Sakit Ringan, Compos Mentis
TD: 120/80, HR : 70x/menit, RR : 20x/menit, S : 37ºC, SPO2 : 95%
CA -/- Si +/+ CRT < 2s
NT Abdomen (+) di regio Epigastrium
Lab Urin: Bakteri ↑
A : Hepatitis Akut ; ISK
P : IVFD Dextrose 5% 20 tpm
Inj Ondansentron 2x1
Inj Omeprazole 2x1
PO Paracetamol 3x500 mg prn
PO Asam Ursodeoksikolat 3x1
+ Inj Ceftriaxone 2x1
+ Aminoleban 1 botol/hari
18/10/19 06.00 S : Demam sudah tidak lagi dirasakan saat malam. Mual (+)
berkurang dan muntah (-). Nyeri ulu hati masih sedikit terasa. Mata
kuning (+). BAK mulai berwarna kuning. BAB dbn.
O : KU Sakit Ringan, Compos Mentis
TD: 120/80, HR: 65x/menit, RR: 18x/menit, S : 36.7ºC, SPO2 : 99%
CA -/- Si +/+ CRT < 2s
NT Abdomen (+) di regio Epigastrium (berkurang)
A : Hepatitis Akut ; ISK
P : IVFD Dextrose 5% 20 tpm
Aminoleban 1 botol/hari
Inj Ondansentron 2x1
Inj Omeprazole 2x1
Inj Ceftriaxone 2x1
PO Paracetamol 3x500 mg prn
PO Asam Ursodeoksikolat 3x1
19/10/19 06.00 S : Keluhan demam sudah tidak dirasakan. Mual dan muntah sudah
tidak dirasakan. Nafsu makan mulai meningkat. Mata kuning (+)
berkurang. BAK dbn BAB dbn.
O : KU baik, Compos Mentis
TD: 118/73, HR: 78x/menit, RR : 20x/menit, S : 37ºC, SPO2 : 99%
CA -/- Si +/+ CRT < 2s
NT Abdomen (-)
A : Hepatitis Akut ; ISK
P : IVFD Dextrose 5% 20 tpm
Aminoleban 1 botol/hari
Inj Ondansentron 2x1
Inj Omeprazole 2x1
Inj Ceftriaxone 2x1
PO Paracetamol 3x500 mg prn
PO Asam Ursodeoksikolat 3x1
20/10/19 06.00 S : Seluruh keluhan sudah berkurang dan tidak dirasakan.
O : KU baik, sulit untuk diajak berkomunikasi
TD: 118/73, HR: 78x/menit, RR : 20x/menit, S : 37ºC, SPO2 : 99%
A : Hepatitis Akut ; ISK
P : IVFD Dextrose 5% 20 tpm
Aminoleban 1 botol/hari
Inj Ondansentron 2x1
Inj Omeprazole 2x1
Inj Ceftriaxone 2x1
PO Paracetamol 3x500 mg prn
PO Asam Ursodoeoksikolat 3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Peradangan sel hati oleh infeksi virus yang ditandai dengan nilai abnormal tes
fungsi hati dan perubahan histologi dari biopsi yang dapat terjadi secara akut maupun
kronik.
II.2 Epidemiologi
Epidemiologi dan transmisi Virus Hepatitis A mencakup beberapa faktor sebagai berikut:
Seuntai molekul RNA terdapat dalam kapsid, satu ujung RNA ini disebut viral
protein genomic (VPg) yang berfungsi menyerang ribosom sitoplasma sel hati. Virus
hepatitis A bisa dibiak dalam kultur jaringan. Replikasi dalam tubuh dapat terjadi dalam
sel epitel usus dan epitel hati. Virus hepatitis A yang ditemukan di tinja berasal dari
empedu yang diekskresikan dari sel-sel hati setelah replikasinya, melalui sel saluran
empedu dan dari sel epitel usus. Virus hepatitis A sangat stabil dan tidak rusak dengan
perebusan singkat. Stabil pada suhu udara dan pH yang rendah. Tahan terhadap pH
asam dan asam empedu memungkinkan VHA melalui lambung dan dikeluarkan dari
tubuh melalui saluran empedu.
Masa inkubasi hepatitis A akut bervariasi antara 14 hari sampai 49 hari, dengan
rata-rata 30 hari. Penularan hepatitis A yang paling dominan adalah melalui fecal-oral
yaitu melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh virus hepatitis A.
Umunya penularan dari orang ke orang, akan tetapi sering ditemukan kerang sebagai
pembawa virus. Untuk kelompok homoseksual, sangat mungkin cara penularannya
adalah fecal-anal-oral.
II.5 Diagnosa
Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala klinis dan dibantu dengan sarana
penunjang pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis didapatkan gejala-gejala
prodromal dan riwayat kontak.
Pemeriksaan fisik: warna kuning terlihat paling mudah pada sclera, kulit, pada
kasus yang berat (fulminant) didapatkan mulut yang berbau spesifik (foetor
hepaticum). Pada perabaan hati membengkak, 2-3 jari dibawah arcus costae dengan
konsistensi lunak, tepi tajam, dan sedikit nyeri tekan. Perkusi pada abdomen kuadran
atas, menimbulkan rasa nyeri dan limpa kadang-kadang membesar, teraba lunak.
Pemeriksaan laboratorium: tes fungsi hati (terdapat peninggian bilirubin,
SGOT, SGPT dan kadang-kadang dapat disertai peninggian GGT, fosfatase alkali),
dan tes serologi anti-HAV, yaitu IgM anti-HAV yang positif.
II.6 Patogenesis
Gambaran histologi dari sel parenkim hati yaitu terdapatnya nekrosis sel hati
berkelompok, dimulai dari senter lobules yang diikuti dengan inflitrasi sel limfosit,
makrofag, sel plasma, eosinofil, dan neutrofil. Ikterus terjadi sebagai akibat hambatan
aliran empedu karena kerusakan sel parenkim hati, terdapat peningkatan bilirubin
direk dan indirek dalam serum. Ada 3 kelompok kerusakan yaitu di daerah portal,
dalam lobules dan dalam sel hati sendiri. Daerah lobules yang mengalami nekrosis
terutama yang terletak di daerah sentral. Kadang-kadang hambatan aliran empedu ini
mengakibatkan tinja berwarna pucat dan terjadi peningkatan enzim alkali fosfatase, 5
nukleotidase dan gamma glutamil transferase (GGT), kerusakan sel hati akan
menyebabkan pelepasan enzim transaminase ke dalam darah. Peningkatan SGPT
memberi petunjuk adanya kerusakan sel parenkim hati lebih spesifik dari peningkatan
SGOT. Laktat dehydrogenase (LDH) juga akan meningkat pada kerusakan sel hati.
II.7 Patofisiologi
Menekan cholengioles
Bilirubin direk
Ruptur darah
2. Nekrosis sehingga hilang kontinuitas kanal biliaris
Bilirubin indirek
3. Inflamasi sel-sel radang di parenkim portal
ginjal
jaringan
Ke usus
Bilirubin urin
ikterik meningkat
Urobilin
Peningkatan urobilinogen (tidak
meningkat ginjal terjadi siklus enterohepatik)
Peningkatan sterkobilin
II. 8 Penatalaksanaan
1. Tirah baring
Terutama pada fase awal penyakitnya dan dalam keadaan penderita merasa lemah.
2. Diet
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat dan rendah lemak untuk pasien dengan
anoreksia dan nausea.
3. Pemberian obat-obatan simtomatik seperti:
Tablet antipiretik paracetamol untuk demam, sekit kepala, nyeri otot, nyeri sendi,
pemberian anti mual muntah dapat membantu menhilangkan keluhan mual.
4. Hindari alkohol dan dibatasi pemakaian obat.
Prognosis penyakit ini baik dan sembuh sempurna. Angka kematian akibat
hepatitis fulminan berkisar antara 0,1%-0,2%. Laporan lainnya menunjukan bahwa
gagal hati fulminan, hanya terjadi pada 0,13%-0,35% kasus-kasus hospitalisasi.
Kematian dikaitkan dengan umur penderita atau bila ada penyakit hepatitis kronik
lainnya, terutama hepatitis kronik C.