MUNTAH DARAH
Anda sedang bertugas di UGD, malam hari datang seorang laki-laki usia 55 tahun
diantar anaknya dalam keadaan panik mengeluh muntah darah merah segar.
1
BABII
KATA KUNCI
2
BAB III
PROBLEM
3.1 SEBAB
1. Seorang laki-laki usia 55 tahun diantar anaknya datang ke UGD dalam keadaan
panik.
1.2 AKIBAT
1. Penyakit apa yang menyertai gejala dari keluhan yang dirasakan laki-laki itu ?
3
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Batasan
Muntah warna merah segar (hematemesis) pada umumnya disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran pencernaan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerahan dan bergumpal.
4.2 Anatomi
Liver atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
abdomen. Pada kondisi hidup, hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan
darah. Beratnya 1200-1800 gram, dengan permukaan atas terletak bersentuhan dibawah
diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan diatas organ-organ abdomen. Batas
atas liver sejajar dengan ruang interkosta V kanan dan batas bawah menyerong ke atas
dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis (Snell, 2006).
Liver disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu vena porta hepatika yang berasal
dari lambung dan usus yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida,
vitamin yang larut dalam air dan mineral dan arteri hepatika, cabang dari arteri koliaka
yang kaya akan oksigen. Pembuluh darah tersebut masuk hati melalui porta hepatis yang
kemudian dalam porta tersebut vena porta dan arteri hepatika bercabang menjadi dua
yakni ke lobus kiri dan ke lobus kanan. Darah dari cabang-cabang arteri hepatika dan
vena porta mengalir dari perifer lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar yang
disebut sinusoid. Sinusoid ini terdapat diantara barisan sel-sel liver ke vena sentral. Vena
sentral dari semua lobulus hati menyatu untuk membentuk vena hepatika (Sloane, 2004).
Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi bagian perifer
lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler empedu yang
dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan diantara lembaran sel hati. Plexus (saraf)
hepaticus mengandung serabut dari ganglia simpatis T7-T10, yang bersinaps dalam
plexuscoeliacus, nervus vagus dexter dan sinister serta phrenicus dexter (Amirudin,
2009).
4
Sumber: Paulsen and Waschke, 2013
4.3 Histologi
Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan selmakrofag
yang disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbunlemak). Sel hepatosit berderet
secara radier dalam lobulus hati danmembentuk lapisan sebesar 1-2 sel serupa dengan
susunan bata. Lempengsel ini mengarah dari tepian lobulus ke pusatnya dan
beranastomosis secarabebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara
lempeng-lempeng ini mengandung kapiler yang disebut sinusoid hati (Junquiera et al.,
2007).
Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan melebar, diameternyatidak
teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh. Sinusoiddibatasi oleh 3 macam sel,
yaitu sel endotel (mayoritas) dengan inti pipihgelap, sel kupffer yang fagositik dengan inti
ovoid, dan sel stelat atau selIto atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan
vitamin A danmemproduksi matriks ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di
sinusoidberasal dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawadarah kaya
nutrisi dari saluran pencernaan dan juga kaya oksigen darijantung (Eroschenko, 2010).
Traktus portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darahyang
berasal dari vena portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis.Traktus portal terdiri
dari 3 struktur utama yang disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula
portal terminal yang dibatasi olehsel endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan
dinding yang tebalyang merupakan cabang terminal dari arteri hepatik. Dan yang
ketigaadalah duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur
itu,ditemukan juga limfatik (Junqueira et al., 2007)
5
Sumber: Eroschenko, 2010
4.4 Fisiologi
Menurut Guyton & Hall (2014), liver mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi liver dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogendalam
jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi
glukosa,glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting
darihasil perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi liver yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain mengoksidasi
asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yanglain, membentuk
sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein,membentuk lemak dari
protein dan karbohidrat
c. Metabolisme protein
Fungsi liver dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam
amino,pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan
tubuh,pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino
danmembentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan vitamin,
hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati membentuk zat-
6
zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati
mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormone dan zat lain.
4.5 Patofisiologi
Perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai
virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran besar dan
berwarna normal, namun kadang-kadang ada edema, membesar dan pada palpasi terasa
nyeri di tepian.
sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan periportal. Perubahan ini bersifat
reversibel sempurna bila fase akut penyakit mereda. Namun pada beberapa kasus
nekrosis, nekrosis submasif atau masif dapat menyebabkan gagalhati fulminan dan
4.6 Patomekanisme
Sel-sel pada hati akan memperbanyak diri untuk menggantikan sel-sel yang
rusak karena luka atau karena sudah tua. Seperti proses pembentukan sel lain di dalam
tubuh, proses ini juga dikontrol oleh gen-gen tertentu dalam sel. Kanker hati berasal dari
satu sel yang mengalami perubahan mekanisme kontrol dalam sel yang mengakibatkan
pembelahan sel yang tidak terkontrol. Sel abnormal tersebut akan membentuk jutaan
kopi, yang disebut klon. Mereka tidak dapat melakukan fungsi normal sel hati dan terus
menerus memperbanyak diri. Sel-sel tidak normal ini akan membentuk tumor(Anonim,
2004).
Kanker hepar dapat bermula dari organ bagian hepar (hepatocellular cancer)
atau dapat juga berasal dari organ lain, misalnya dari kolon, yang menyebar ke hati
Kanker yang berasal dari organ hepar sering disebut sebagai kanker hepar dan
merupakan jenis kanker kelima yang memiliki insidensi terbesar di dunia. Penyakit yang
7
sering berhubungan dengan kanker hepar antara lain virus hepatitis dan sirosis hati.
Tumor hati jinak (benign) yang sering ditemui adalah hemangiomas (yaitu
kumpulan dari pembuluh darah abnormal yang membengkak), dan adenomas ( yaitu
kumpulan atau benjolan jaringan hati). Sedangkan kanker hati yang sering terjadi adalah
hepatocellular carcinoma (HCC) (80% kasus) yang muncul dari sel hati itu sendiri dan
perbatasan antara empedu dengan hati. Kanker hati yang jarang terjadi antara lain
angiocarcinoma (berasal dari pembuluh darah di hati), Lymphomas (berasal dari sel-sel
imun di hati) , dan carcinoids (berasal dari hormon yang dibuat oleh sel hati) (Anonim,
2004).
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari
penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati yang akan menyebabkan
penurunan fungsi hati dan bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya
penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang
akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar,
teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan Menurut Lindseth; Sirosis
hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang
normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati.Sirosis
hati dapat mengganggu sirkulasi sel darah intra hepatik, dan pada kasus yang sangat
lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati.
8
b. Ulkus peptikum
c. Tumor di lambung
d. Tukak Lambung
Tukak lambung adalah luka yang muncul pada dinding lambung akibat
terkikisnya lapisan dinding lambung.Luka ini juga berpotensi muncul pada dinding
bagian pertama usus kecil (duodenum) serta kerongkongan (esofagus).
9
Hematemesis yang dapat terjadi akibat ulkus yang menyebabkan perdarahan atau
karena rangsangan mukosa akibat muntah yang terjadi terus-menerus,melena dan
peritonitis.
c. Tumor di lambung
kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan,vomitus, rasa nyeri dan
tidak enek pada perut bagian atas (uluhati), rasa terbakar pada saat makan, muntah
darah dan atau berak darah, menurun atau hilangnya nafsu makan, dan sakit saat
makan, lemah
d. Tukak Lambung
Sakit perut, Perubahan nafsu makan, Penurunan berat badan, Mual dan
muntah.
4.9 Pemeriksaan Fisik
a. Data Pasien :
Nama : Tn.Budi
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : laki –laki
Pekerjaan : karyawan swasta
Status pernikahan : menikah
Pendidikan Terakir : diploma
b. Anamnesa :
- Keluhan Utama : muntah darah segar
- Keluhan yang menyertai : perut terasa mual, lemassetelah muntah,mata
berkunang kunang, perut membesar sejak 6 bulan terakir
- Riwayat penyakit sekarang : muntah darah segar
- Riwayat Penyakit Sebelumnya: tidak pernah sakit seperti sekarang, BAB pernah
berwarna hitam seperti petis 2 minggu sebelumnya, sakit kuning ketika remaja
setelah sembuh tidak perna kontrol lagi
- Riwayat penyakit keluarga : tidak ada yang sakit seperti pasien, ayah meninggal
usia 60 tahun karena kanker hati
- Riwayat kebiasaan sosial : sejak kuliah sering mengkonsumsi minuman
berakohol hingga usia 40 tahun, berhenti ketika dinyatakan sakit maag
10
- Riwayat pengobatan sekarang: minum jamu dan pil linu sejak tahun terakir, 1-2
perminggu
c. Pemeriksaan Fisik :
Status vital :
RR : 20x/menit
Suhu : 37,8 c
Thorak : Jantung normal , paru normal , mmamae kanan kiri agak membesar,
Abdomen : perut membesar, frog shape, tampak vena kolateral ,bising usus
normal , shifting dullness (+) , undulasi (+) , lain lain batas normal
d. Pemeriksaan penunjang
Tes Fungsi hati : AST 90 U/L , ALT 52U/L , albumin 2,9 g/dl , Globulin 4.1 mg/l
Tes faal pembekuaan darah : PPT 12,5 ( kontrol 13,2’) .APTT 54’ (kontrol 36.4’)
11
BAB V
1. Sirosis Hepatis
2. Ulkus peptikum
3. Tumor di lambung
4. Tukak Lambung
12
BAB VI
sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi
ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi
- Hati yang membesar. Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan
ke bawah. Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan
- Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis. Ketika liver kehilangan
dan air
B. PemeriksaanFisik
- Tampak lemah.
cairan)
13
Dada :
- Disritmia, gallop
C. PemeriksaanPenunjang
1. Ultrasonografi (USG)
tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase
2. Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati
yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya
A. Gejala Klinis
lambung yang asam terhadap epitel yang rentan. Penyebab yang tepat masih
14
belum dapat dipastikan. Beberapa kelainan fisiologis yang timbul pada ulkus
duodenum:
- Jumlah sel parietal dan chief cells bertambah dengan produksi asam yang
makin banyak.
B. PemeriksaanFisik
C. PemeriksaanPenunjang
ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat
3. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif
15
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan
makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes
A. GejalaKlinis
Nyeri biasanya timbul 2 sampai 3 jam setelah makan atau pada malam hari
Nyeri ini seringkali digambarkan sebagai teriris, terbakar atau rasa tidak
enak. Remisi dan eksaserbasi merupakan ciri yang begitu khas sehingga nyeri
di abdomen atas yang persisten. Pola nyeri-makan-hilang ini dapat saja tidak
khas pada tukak lambung. Bahkan pada beberapa penderita tukak lambung
Timbulnya muntah terutama pada tukak yang masih aktif, sering dijumpai
letaknya di antrum atau pilorus. Rasa mual disertai dipilorus atau duodenum.
Keluhan lain yaitu nafsu makan menurun, perut kembung, perut merasa selalu
16
penuh atau lekas kenyang, timbulnya konstipasi sebagai akibat instabilitas
B. PemeriksaanFisik
C. PemeriksaanPenunjang
17
BAB VII
DIAGNOSA AKHIR
Berdasarkan diskusi kelompok kami , dari mekanisme dignosis yang sudah dilakukan,
mulai dari anamnesis hingga pemeriksaan penunjang ,ditentukan hipotesis akhir (dignosis)
dari sknario 2 tentang Muntah darah adalah Sirosis Hepar
18
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Differential Diagnosis
muntah darah segar, perut terasa
mual, lemassetelah muntah,mata Hepatitis B
berkunang kunang, perut membesar
sejak 6 bulan terakir SirosisHepar
PemeriksaanFisik:
Kepala: konjungtiva anemis, lain lain normal KU: sakit berat, kesadaran : somnolen (GCS
3-5-6)
Thorak: Jantung normal , paru normal , mamae
kanan kiri agak membesar,tidak teraba massa Status vital : Tensi : 80/50 mmHg
19
BAB IX
9.1 Penatalaksanaan
Penatalaksaan syok :
b. Pemberian Cairan
2) Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan yang
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi
kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau
muntah.
5) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa
air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume intra
vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan
yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang
sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi
20
eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya
dengan darah lengkap.
6) Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang
berlebihan.
8) Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat pada
syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ
Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP,
“Swan Ganz” kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah.
Refrensi :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
21
berat badan(1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang
diberikanuntukjangka waktu 24-48 minggu
b) Terapi induksi IFN: Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan
dengan dosis yanglebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu
yangdilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggudengan
atau tanpa kombinasi dengan RIB.
c) Terapi dosis IFN tiap hari: Terapi dosis interferon setiap hari
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai
HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi
seperti :
A. Astises
B. Spontaneous bacterial peritonitis
C. Hepatorenal syndrome
D. Ensefalophaty hepatic
a. istirahat
b. Diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah
garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus
dirawat.
c. Penambahan albumin. Pada pasien serosis hepatis akan mengalamin penurunan kadar
albumin, umumnya indikasi pemberian albumin pada sirosis hati adalah untuk
mengurangi pembentukan asites atau untuk memperbaiki fungsi ginjal dan sirkulasi
d. Diuretik : Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah
garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg
setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah
hipokalemia dan halini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama
diuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan
dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum
tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemide.
22
Terapi lain :
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif.
Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan
asites dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan infus albumin
sebanyak 6 – 8 gr/l cairan asites yang dikeluarkan. Infeksi cairan dapat terjadi secara
spontan, atau setelah tindakan parasintese. Keadaan ini lebih sering terjadi pada
sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus penyakit ini timbul
selama masa rawatan. Pada sirosis hati terjadi permiabilitas usus menurun dan
mikroba ini beraasal dari usus.
Mengingat pengobatan sirosis hati hanya merupakan simptomatik dan
mengobati penyulit, maka prognosa SH bias jelek. Namun penemuan sirosis hati yang
masih terkompensasi mempunyai prognosa yang baik. Oleh Karena itu ketepatan
diagnose dan penanganan yang tepat sangatdibutuhkan dalam penatalaksanaan sirosis
hati.
23
BAB X
Dengan selalu mengingatkan pasien supaya minum obat teratur dan memberi
semangat pada pasien serta meyakinkan bahwa penyakit tersebut dapat di ringankan
dengan pengobatan yang teratur.
24
Jika sudah pernah mengalami perdarahan sekali saja, kemungkinan perdarahan
berulang menjadi sangat tinggi. Ditambah lagi, angka survival lebih rendah pada
pasien dengan perdarahan berulang dibandingkan dengan perdarahan yang baru
sekali terjadi. Karena itu, pencegahan sekunder yang bertujuan untuk tidak terjadi
perdarahan berulang penting dipikirkan untuk mengurangi ancaman kematian.
Pengelolaan pencegahan perdarahan berulang memerlukan tata laksana spesifik,
termasuk terapi farmakologi, terapi endoskopi ataupun terapi lain.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Amirudin, Rifal. 2009. Fisologi dan Biokimia Hati. In : Sudoyo, Aru W., Setiyohadi,
Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata, Marcellus., Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing, 627-633.
2. Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 11.
Jakarta: EGC. Hlm: 324-6, 331, 342.
3. Guyton, A.C., EJ. Hall, 2014, Buku Hajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-12, JM. Harjanto,
Liben, P., Effendi, C., dkk penerjemah; Ilyas, E.I.I, Widjajakusumah, M.D., Tanzil,
A., dkk, editor. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiologi. EGC. Jakarta.
6. Junqueira, LC. 2007. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC. Hal.318-330.
8. Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia :Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
9. Sloane, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC.
10. Snell RS. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.Jakarta: EGC.
26