OLEH :
NI PUTU SINTHA DEVI SUARDIANTI (P07120319036)
I GEDE AGUS PUTRA ADITYA (P07120319037)
NI LUH PUTU PUSPA DEWI (P07120319038)
CHANDRA DEWI (P07120319039)
NI MADE APRILAYONI ASTUTI (P07120319040)
I DEWA GEDE WISNU BUDI SURYAWAN (P07120319041)
GUSTI AYU SANTIKA DEWI (P07120319042)
PUTU TAMARA SUCI ARTINI (P07120319043)
I PUTU BAYU SUADNYANA (P07120319044)
NYM. AYU SRI MELDYA RYANDAYANTI (P07120319045)
KETUT RATIH KIMILANINGSIH (P07120319046)
PUTU DIAH PEBRISUNDARI (P07120319047)
I GEDE PATRIA PRASTIKA (P07120319048)
NLP MEGA WIJAYANTHI (P07120319049)
PUTU SUSMITHA DEVY LARASATI (P07120319050)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
typhi sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa,
Penyakit ini mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga
menular yang disebabkan oleh bacillus (salmonella) pada tahun 1880 di Amerika
serikat. Wabah penyakit demam typhoid pertama kali muncul di Amerika Serikat
pada tahun 1907 yang disebabkan oleh Mary Mallon yang dikenal sebagai karier
Typhoid yang sehat, dan dijuluki sebagai “typhoid mary” (Filio, et al., 2013).
dengan sanitasi yang buruk. Delapan puluh persen kasus Typhoid di dunia berasal
dari Banglades, Cina, India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan. Demam Typhoid
menginfeksi setiap tahunnya 21.6 juta orang (3.6/1.000 populasi) dengan angka
kematian 200.000/tahun (Date, et al., 2014; Widodo, 2015; Ochiai, et al., 2008).
Di Indonesia, Typhoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena
2006). Di Indonesia insidensi kasus demam typhoid masih termasuk tinggi di Asia,
yakni 81 kasus per 100.000 populasi per tahun. Prevalensi Typhoid banyak
ditemukan pada kelompok usia Sekolah (5 – 14 tahun) yaitu 1.9% dan terendah
pada bayi (0.8%). Kelompok yang berisiko terkena demam typhoid adalah anak –
anak yang berusia dibawah usia 15 tahun (Ochiai, et al., 2008; Depkes RI, 2008).
angka kejadian yang masih tinggi serta merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang buruk. Demam
diagnosis pada anak dengan demam juga menjadi tantangan bagi para dokter.
Demam Typhoid merupakan penyebab demam yang umum pada anak dengan
tanda dan gejala yang sangat bervariasi dibandingkan dengan penderita Demam
Typhoid yang dewasa (Retnosari & Tumbelaka, 2000; Depkes RI, 2008; Ahmad,
et al., 2016).
Karakteristik Klinis demam Typhoid pada anak usia sekolah dengan infant dan
usia <5 tahun berbeda. Pada anak usia sekolah di awitan awal telah menunjukkan
berbagai gejala seperti demam, nyeri perut, malaise, batuk, dan lain – lain. Pada
infant dan <5 tahun, biasanya hanya menunjukkan kondisi demam dan malaise
serta diikuti diare yang sering disangka oleh praktisi sebagai gejala infeksi virus
atau gastroenteritis akut (Nelson, 2004). Orang tua jarang menyadari bila anaknya
3
mengalami demam Typhoid, kondisi demam yang lama pada anak tidak membuat
orang tua untuk membawa anaknya ke faskes terdekat terlebih dahulu, bahkan
pemberian antibiotic secara mandiri (tanpa resep) sehingga terjadi resistensi dan
komplikasi dari demam Typhoid. (Ahmad, et al., 2016; Parry, et al., 2011).
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya demam Typhoid adalah dengan
mendasar, komplit, melibatkan banyak pihak dan sektor, serta merupakan bagian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstakramium. Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi
(demam). Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang
paling utama adalah infeksi. Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat
Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi
dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan
dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab
tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4
minggu tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus dibedakan
dengan epilepsi yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Untuk itu, diagnosis yang tepat, pemberian terapi antipiretik dan antibiotika yang
tepat, perawatan yang baik serta usaha preventif yang bermakna terhadap penyakit
ini perlu dilakukan agar morbiditas dan mortalitas pada penderita demam Typhoid
kasus ini sebagai bahan pembelajaran dalam upaya penanganan penyakit demam
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
5
e. Mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan pada anak dengan
C. Manfaat
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
adalah suatu penyakit infeksi sistematik bersifat akut yang disebabkan oleh
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
B. Etiologi
diperoleh dari makanan atau air yang terkontaminasi bakteri dari tinja yang
oleh infeksi kuman Salmonella typhos atau Eberthella typhosa yang merupakan
kuman gram negative, motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat
hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih
rendah, serta mati pada suhu 70˚c ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini,
7
1. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar).
C. Manifestasi Klinis
Menurut ngastiyah (2005: 237), demam thypoid pada anak biasanya lebih
ringan daripada orang dewasa. kemudian gejala klinis yang biasanya
ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan
limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada
minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah
suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps
terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zatanti.
Kuman Salmonella
thypii
makanan dan
minuman
Masuk sampai ke
usus halus
11
e) Obat-obatan anti piretik tidak perlu diberikan secara rutin pada penderita
Thypoid.Pada penderita toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau
parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap selama 5 hari, hasil
biasanya memuaskan. Kesadaran penderita menjadi baik dan suhu tubuh
cepat turun sampai normal, akan tetapi kortikosteroid tidak boleh
diberikan tanpa indikasi karena dapat menyebabkan pendarahan intestinal.
4. Non Farmakologi
a) Bed rest
b) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah
serat.
5. Farmakologi
Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian
oral atau IV selama 14 hari.
Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis
200 mg/KgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian intravena saat
belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis
100 mg/KgBB/hari, terbagi selama 3-4 kali. Pemberian oral/intravena
selama 21 hari kortrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/KgBB/hari
terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral selama 14 hari.
Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/KgBB/hari
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/KgBB/hari , sekali sehari, intravena
selama 5-7 hari.
Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolone
G. Komplikasi
a. Komplikasi Intestinal
1) Perdarahan Usus
Sekitar 25% penderita demam Typhoid dapat mengalami perdarahan minor
yang tidak membutuhkan tranfusi darah.Perdarahan hebat dapat terjadi
hingga penderita mengalami syok.Secara klinis perdarahan akut darurat
bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.
2) Perforasi Usus
Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada
minggu pertama.Penderita demam Typhoid dengan perforasi mengeluh
nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang
kemudian meyebar ke seluruh perut.Tanda perforasi lainnya adalah nadi
cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.
b. Komplikasi Ekstraintestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis),
miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi
intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis
4) Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis
5) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
6) Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.
13
H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur
orang tua, pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain.
2. Keluhan Utama
Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing
demam, nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang
bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi)
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada
hubungannya dengan saluran cerna atau tidak.Kemudian kaji tentang obat-
obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat
alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-obatan atau makanan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada
epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau
pusing, letih atau lesu.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainnya.
d. Riwayat psikologis
Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana hati klien kurang baik
(gelisah) dan keluarga biasanya cemas.
e. Riwayat sosial ekonomi
Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga bagaimana dari
segi ekonomi dan tinggal bersama siapa klien.Bagaimana interaksi klien
baik di kehidupan sosial maupun masyarakat atau selama di rumah sakit.
f. Kebiasaan sehari-hari
Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien sebelum
sakit dan saat sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara pengobatan
dan perawatan pasien, biasanya mencakup :
1) Nutrisi
2) Eliminasi
14
3) Pola istirahat/ tidur
4) Pola kebersihan
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama
sekali.
b. Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine
menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada
klien.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah
sakit dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, persafasan dan tekanan darah klien
c. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau
lesi pada kepala
d. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
15
e. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan
pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
f. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan
yang
keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
g. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada
kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada
kesulitan
dalam berbicara.
h. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis
i. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah
ada gangguan dalam pernafasan.
j. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri
tekan pada
abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus,
apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
k. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada
laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.Pada wanita lihat
keadaan labia
minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
l. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah
ada nyeri
tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
m. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
bentuk.
16
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
3) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik
17
J. Rencana Asuhan Keperawatan
Objektif
1. Kulit merah
18
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Edukasi :
Gejala dan tanda minor 1. Anjurkan tirah baring
19
Subjektif : 2. Anjurkan melakukan aktivitas
1. Dispnea saat/setelah aktivitas secara bertahap
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas 3. Ajarkan strategi untuk mengurangi
3. Merasa lemah kelelahan
Kolaborasi
Objektif : 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
1. Tekanan darah berubah >20 % dari kondisi cara meningkatkan asupan
istirahat makanan.
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/
setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
20
Gejala dab Tanda Mayor 2. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Subjektif
Edukasi :
1. Anjurkan memonitor nyeri secara
Objektif : mandiiri
1. Tampak meringis 2. Jelaskan stratetgi meredakan nyeri
2. Bersikap protektif (mis, waspada posisi
menghindari nyeri ) Kolaborasi :
3. Gelisah 1. Kolaborasi pemberian analgetik,
4. Frekuensi nadi meningkat jika perlu.
5. Sulit tidur
Objektif :
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir tertanggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
21
BAB III
I. IDENTITAS
A. Anak
1. Nama : An. S
2. Anak yang ke : 1 (Pertama)
3. Tanggal lahir/umur: 10 Februari 2014 / 66 Bulan
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Agama : Hindu
B. Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Tn.Sw ( Kandung)
b. Umur : 30 Tahun
c. Pekerjaan : Pegawai Swasta
d. Pendidikan : SMK
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Dadakan Abiantuwung, Kediri, Bali
2. Ibu
a. Nama : Ny. Lm ( Kandung)
b. Umur : 24 Tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Pendidikan : SD
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Dadakan Abiantuwung, Kediri, Bali
II. GENOGRAM
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan
: Status Perkawinan 22
: Tinggal serumah
: Pasien
Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan Utama: Demam
b. Riwayat Keluhan
Orang tua pasien mengatakan pasien demam sejak 7 hari yang lalu SMRS
terutama menjelang sore hari, pasien mengeluh pusing, pilek mual,BAB
terakhir 2 hari yang lalu, BAK normal, makan minum berkurang.
c. Keluhan saat pengkajian
Orang tua pasien mengatakan pasien masih demam, lemas, nafsu makan
berkurang.
d. Riwayat kesehatan Anak (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
1) Prenatal care :
a) Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu : tidak ada keluhan
b) Imunisasi TT : Ya
2) Natal :
a) Jenis persalinan : Normal
b) Penolong persalinan : Dokter
c) Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirnya dan setelah
melahirkan : Tidak Ada
3) Post Natal :
a) Kondisi bayi : Baik , AFGAR : 7-8
b) BB lahir : 3000 kg, PBL: 49 cm LK/LD : 33/31
e. Riwayat Penyakit Keluarga :
Orang tua pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan
24
Nasi tim saring diberi umur : 1 Tahun
Nasi tim diberi umur : 1,5 Tahun
Makanan tambahan lainnya : Snack Bayi , diberi umur : 6 Bulan
Pola makan : Baik
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Sebelum MRS BAB 1-2 Kali perhari, setelah MRS pasien BAB terakhir 2
hari yang lalu saat ini pasien belum bisa BAB
Sebelum MRS BAK biasanya 6-9 kali perhari, dengan warna kuning
Sesudah MRS BAK biasanya 6-9 kali perhari dengan warna kuning
D. Aktifitas/Latihan
Orang tua pasien mengatakan sebelum MRS pasien sangat aktif dan tidak
rewel
Saat MRS pasien hanya tidur di tempat tidur
F. Kognitif –Persepsi
Saat melakukan pengkajian pasien mengeluh lemas dan pusing
26
IX. PEMERIKSAAN FISIK
D. Kepala :
Bentuk kepala Mesochepale, warna rambut hitam, tidak ada luka, benjolan
ataupun hematum
E. Mata :
Tidak cowong, tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor
F. Hidung :
Tidak ada sekret, tidak ada pergerakkan cuping hidung.
G. Telinga
Tidak ada pemakaian alat bantu dengar, tidak ada sekret ,
tidak ada cairan darah
H. Mulut:
Mukosa bibir kering, mulut bersih.
I. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis
J. Thoraks
Bentuk dada simetris, irama pernapasan reguler, suara napas
vesikuler, tidak adanya nyeri dada.
K. Jantung
Tidak ada pembesaran, suara jantung : lub dub S1S2 normal,
tidak ada murmur
L. Abdomen :
Tidak ada pembesaran organ bising usus : 38 kali/menit
M. Ekstremitas :
Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada edema
N. Genetalia dan anus :
Genetalia dan anus ada, kebersihan baik
O. Neurologi :
a. Nervus I-XII : normal tidak ada kelainan
b. Tanda-tanda perangsangan selaput otak ( kaku kuduk, kernig sign, reflek
babinzinki) : normal
P. Antropometri (ukuran pertumbuhan)
1. BB : 15 Kg
2. TB = 100 cm
3. Lingkar kepala = 55 cm
4. Lingkar dada = 53 cm
5. Lingkar lengan = 18 cm
X. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
- IVFD Futrolit
- Anbacim 3 x 500 mg
- Pct Flash 3 x 150 mg
- Ambroxol 3 x 1 cth
28
XII. ANALISA DATA
TGL/JAM DATA FOKUS INTERPRETASI/PENYEBAB MASALAH
Senin Kuman salmonella Thypii Hipertermi
9/9/19
DS :
Masuk tubuh melalui mulut
Ibu mengatakan pasien
bersama makanan dan
demam, lemas, dan pusing minuman
disertai pilek.
Masuk sampai ke usus halus
DO :
Pasien tampak lemah, Bakteri mengadakan
multiplikasi di usus
demam dan tampak gelisah
TD : 110/70 mmhg
Masuk keperedaran darah
S : 39,6 O C
N : 98 x/menit
Demam (panas, muka merah,
RR : 20x/menit
kulit terasa kering)
Hipertermi
DO :
Bakteri mengadakan
Pasien tampak lemah, multiplikasi di usus
tampak terbaring di tempat
tidur,tampak aktivitas di Gejala mual, muntah nafsu
makan menurun
bantu oleh keluarganya.
Intoleransi Aktivitas
30
XIII. DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
Objektif : Kolaborasi
2. Suhu tubuh diatas nilai 2. Kolaborasi pemberian cairan dan
normal elektrolit intravena, jika perlu
Objektif
6. Kulit merah
7. Kejang
8. Takikardi
9. Takipnea
32
10. Kulit terasa hangat
34
Gejala dab Tanda Mayor Kolaborasi :
Subjektif 2. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
Objektif :
6. Tampak meringis
7. Bersikap protektif (mis,
waspada posisi
menghindari nyeri )
8. Gelisah
9. Frekuensi nadi meningkat
10. Sulit tidur
Objektif :
8. Tekanan darah meningkat
9. Pola napas berubah
10. Nafsu makan berubah
11. Proses berfikir tertanggu
12. Menarik diri
13. Berfokus pada diri sendiri
14. Diaforesis
36
CATATAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
/ NO.
NO TANGGAL NAMA
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI / TTD
DX
1 Senin 1 Mengkaji KU pasien Ds :
15. 10 Orang tua pasien
Wita mengatakan pasien
demam dan lemas nafsu
makan berkurang
DO :
Pasien tampak lemah,
dan tampak demam.
DO:
Pasien tampak lemah,
TD : 110/70 mmHg
N : 98 x/menit
S : 39,8 OC
RR : 20x/menit
DO :
Pasien tampak di
kompres hangat di dahi,
ketiak, selangkan.
18. 15 1 Memonitor suhu tubuh DS :
Wita pasien Orang tua pasien
mengatakan pasien
masih merasa demam
DO :
Pasien tampak gelisah,
S : 38,7OC
DO:
Pasien tampak gelisah
DO :
Pasien tampak lemah
dan tampak gelisah
DO : Pasien tampak
lemah
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 38,1oC
RR : 20x/menit
38
09.30 2 Memberikan kompres hangat DS:
Wita Orang tua pasien
mengatakan bersedia
memberi kompres
hangat
DO :
Pasien tampak gelisah
dan demam
DO :
Pasien tampak nyaman
DO :
Tampak pasien tertidur
dengan nyaman di
samping ibunya
DO :
Pasien tampak lebih
aktif
DO :
TD : 110/70 mmHg
N: 80x/menit
S: 36,1oC
R : 20 x/menit
2
16.30 Melakukan pemeberian obat DS :
Wita secara delegatif Orang tua pasien
Anbacim 3x500mg mengatakan pasien
Dexamethasone 3x2,5mg sudah tidak pusing dan
lebih aktif
DO :
Pasien tampak aktif dan
tampak lebih sehat
40
17.15 Menyediakan lingkungan DS :
Wita dan memberikan posisi yang Orang tua pasien
nyaman mengatakan pasien
nyaman
DO:
Pasien tampak nyaman
2
18.45 Menganjurkan melakukan DS :
Wita aktivitas secara bertahap Orang tua pasien
mengatakan pasien
mulai aktif
DO :
Pasien tampak aktif
2
20.00 Menganjurkan tirah baring DS :
Wita Orang tua pasien
mengatakan pasien
nyaman tidur di samping
ibunya
DO:
Pasien tampak nyaman.
42
XIV. EVALUASI
NO TANGGAL DIAGNOSIS EVALUASI (SOAP) NAMA /
KEPERAWATAN TTD
Rabu Hipertermi S : Orang tua pasien mengatakan
1
11/9/19 demam sudah turun, nafsu
20.20 makan membaik
Wita
O : Pasien tampak mulai tenang
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
R : 20x/menit
S: 36,1oC
A : Hipertermi
A : Intoleransi Aktivitas
P : Pertahankan Kondisi
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada An.
September 2019 dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori
dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga
A. Diagnosa Keperawatan
hanya jika ada penjelasan yang masuk akal untuk tanda-tanda tersebut dengan
konteks suatu situasi, ini adalah proses berpikir aktif ketika perawat
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana
(Herdman, 2012).
(SDKI, 2018).
Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung, yaitu
Suhu tubuh diatas nilai normal. Alasan diagnosa tersebut diangkat karena saat
pasien saat itu. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit di tandai dengan
gelisah, nampak demam S : 3 9,6oC, Kulit terasa hangat, terpasang infus IVFD
dengan adanya hasil frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat.
Implementasi
a. Hipertermi b/d proses penyakit d/d suhu tubuh diatas nilai normal
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah
46
melakukan pendinginan eksternal/ kompres, menganjurkan tirah baring,
Evaluasi
1. Hipertermi b/d proses penyakit d/d suhu tubuh diatas nilai normal
mengatakan demam pada anaknya sudah turun. Dari data subjektif dan objektif
tersebut dapat disimpulkan bahwa diagnosa Hipertermi sudah teratasi dan perlu
aktif dan sudah bias beraktivitas di ruangann. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa diagnosa intoleransi aktivitas sudah teratasi dan perlu untuk
mempertahankan kondisinya.
BAB V
A. Simpulan
Adanya demam typhoid dapat dicegah dengan melakukan rutinitas cuci
dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
48
hindari makanan pedas dengan kata lain lebih fokus ke perbaikan sanitasi
banyak pihak dan sektor, serta merupakan bagian terpenting dalam upaya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S., Banu, F., Kanodia, P., Bora, R., Ranhotra, A., 2016. Evaluation
Of Clinical and Laboratory Profile of Typhoid Fever in Nepalese Children
A Hospital - Based Study. International Journal of Medical Pediatrics and
Oncology, Vol 2(2), pp. 60-66.
Date, K. A., Bentsi-Enchill, A., Fox, K. K., Abeysinghe, N., Mintz, E. D.,
Khan, M. I., Sahastrabuddhe, S., Hyde, T. B., 2014. Typhoid Fever
Surveillance and Vaccine Use South-East Asia and Western Pacific
Regions, 2009 - 2013. morbidity and mortality week report, Vol 63(2), pp.
855-860.
Filio, M., Gregory, T., Marianna, K. & George , A., 2013. Mary Mallon
(1869 -1938) and The History of Typhoid Fever. Annals Of
Gastroenterology, Vol 26, pp. 1-3.
Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 2), Jakarta,
Salemba Medika.
Ochiai, R., Acosta, C. J., Baiqing, D., Bhutta, Z. A., Clemens, J. D., Farrar,
J., 2008. A Study of Typhoid Fever in Five Asian Countries:
Disease Burden and Implications for Control. bulletin of the world
organization, Vol 86(4), pp. 260-68.
Parry C.M., Hien T.T., Dougan G. (2011). Typhoid fever. N Engl J Med,
347(22): 1770-82.
50
Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Trofik pada Anak: Edisi. 2. EGC.
Jakarta.
Retnosari & Tumbelaka A. R. (2000). Pendekatan Diagnostik Serologik dan
Pelacak Antigen Salmonella Typhi. Sari Pediatri, 2, 90-95.
Soedarmo, S.S.P., Garna, H. & Hadinegoro, S.R., 2015. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, Edisi II Hal 338-345.
IDAI: Jakarta.
Valman Bernad. 2006. Gangguan & Penyakit Yang Sering Menyerang Anak
Serta Cara Mengatasinya: Edisi pertama. Yogyakarta.
Widodo Darmowandoyo. Demam Typhoid. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis.Edisi pertama. 2002.
Jakarta ;Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Widodo, D., 2015. Demam Typhoid. In: Siti, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing, pp. 549-558.