Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN ABORTUS

Disusun Oleh:

Afifah Salsabila P1337420618001

Musyaffa Dzaki Santosa

Risyda Rafika Laily P1337420618030

Fazanisa Zulfa Izzati P1337420618047

Mutya Era Zora P1337420618053

Mahendra Aji Monzera P1337420618067

Gita Ayu Asmarani P1337420618069

Novia Putri Firmana P1337420618089

SARJANA KEPERAWATAN NERS KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup
di dunia,tampa mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang
perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara
“ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Manuaba, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa aborsi
termasuk dalam masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan
perhatian dan merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh
dunia.”Masalah aborsi menjadi suatu pokok perhatian dalam kesehatan
masyarakat karena pengaruhnya terhadap mobiditas dan ortalitas maternal”
(Sarwono, 2014: 7).
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun
2007 adalah perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi
24%, infeksi 11% dan aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab
tidak langsung adalah rendahnya akses pada perempuan dalam
mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda
0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan
9,4%.
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus
adalah bidan mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam
mendiagnosa suatu masalah tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan
melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh fasilitas yang
memadai.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian abortus?
2) Apa penyebab abortus?
3) Apa saja klasifikasi abortus?
4) Bagaimana manifestasi klinis abortus?
5) Bagaimana penatalaksanaan abortus?
6) Bagaimana pathways/WOC abortus?
7) Bagaimana membuat asuhan keperawatan tentang abortus?
8) Apa Evidence Based Practice abortus?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian abortus.
2) Untuk mengetahui penyebab abortus.
3) Untuk mengetahui klasifikasi abortus.
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis abortus.
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan abortus.
6) Untuk memahami pathways/WOC abortus.
7) Untuk memahami asuhan keperawatan tentang abortus.
8) Untuk mengetahui Evidence Based Practice abortus.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray 2002)

Saiffudin, dkk. (2002) menyatakan bahwa abortus adalah berakhirnya suatu


kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut
berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan.

Abortus dibagi dua, yaitu abostus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan
adalah abortus yng terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar(buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Terminologi umum untuk masalah kehamilan ini
adalah keguguran atau miscarriage. Sementara itu, abortus buatan adalah abortus
yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengkhiri proses
kehamilan. Terminologi untuk masalah ini adalah pengguguran, aborsi, atau
abortus provokatus.

2. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom, lingkungan
nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
b. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.
c. Abnormalitas traktur genitalis, serviks, inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversio uterus.
d. Kelainan plasenta.
3. Klasifikasi
a. Abortus Imiens adalah peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus
tanpa adanya dilatasi serviks.
b. Abortus insipiens adalah peristiwa pendarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat,
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konssepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam
uterus.
d. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil komsepsinya sudah
dikeluarkan.
e. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi
oleh ostium uterus eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya
terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, bentuknya
bundar dengan dinding menipis.
f. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
g. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih
dari 3 kali.
h. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman
atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritonium.

4. Manifestasi Klinis
Adanya dugaan klien hamil mengalami abortus jika mengalami pendarahan
segar per vagina, rasa nyeri perut bagian bawah dan kemungkinan keluar massa
hasil konsepsi. Apabila pendarahan banyak maka dapat menyebabkan rasa lemas
dan perubahan kesadaran ibu akibat kekurangan cairan.
5. Penatalaksanaan
a. Ibu hamil sebaiknya segera periksa apabila terjadi perdarahan.
b. Ibu harus beristirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi.
c. Terapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan apabila diperlukan.
d. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan uterus
melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortion jika janin
tidak keluar spontan.
e. Jika penyebab abortus adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya
ditunda sampai mendapatkan penyebab yang pasti untuk memulai terapi
antibiotik.

6. Pathways/WOC
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Jika selama kehamilan ditemukan pendarahan, maka identifikasi :
1) Umur kehamilan
2) Kapan terjadi perdarahan, berap lama, banyaknya, dan aktivitas yang
memengaruhinya.
3) Karakteristik darah: merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah,
dan lendir.
4) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan, seperti kejang, nyeri tumpul atau
tajam, mulas, serta pusing.
5) Gejala-gejala hipovolemia, seperti sinkop.

b. Diagnosis keperawatan
Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul, yaitu :
1) Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
vaskular dalam jumlah berlebih
2) Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia
3) Ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian pada diri
sendiri dan janin
4) Nyeri yang berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan, dan
kontraksi uterus
5) Resiko tinggi terjadi infeksi yang berhubungan dengan penahanan
hasil konsepsi.

c. Intervensi keperawatan
1) Diagnosis 1: Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangan vaskular yang berlebihan.
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 20 menit klien
menunjukkan keseimbangan nutrisi dengan kriteria hasil:
1. Tanda-tanda vital stabil
2. Pengisian kapiler cepat
3. Sensorium tepat
4. Pengeluaran, dan berat jneis urine adekuat secara individual.

Rencana Intervensi (NIC) Rasional


Mandiri
1 Evaluasi, laporkan, serta Perkiraan kehilangan darah membantu
catat jumlah, dan sifat membedakan diagnosis. Setiap gram
kehilangan darah, lakukan peningkatan berat pembalut sama dengan
perhitungan pembalut, kehilangan kira-kira 1 ml darah
kemudian timbang pembalut
2 Lakukan tirah baring, Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi
instruksikan untuk aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau
menghindari valsalva orgasme dapat merangsang perdarahan
manuver dan koitus
3 Posisikan klien dengan Menjamin keadekuatan darah yang tersedia
tepat, telentangkan dengan untuk otak, peninggian panggul menghindari
panggul ditinggikan atau kompresi vena kava. Posisi semifowler
posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai
tampon
4 Catat tanda-tanda vital, Membantu menentukan beratnya kehilangan
pengisian kapiler pada dasar darah, meskipun sianosis dan perubahan pada
kuku, warna membran. teknan darah dan nadi adalah tanda-tanda
Ukur tekanan vena sentral lanjut dari kehilangan volume sirkulasi
bila ada
5 Pantau aktivitas uterus, Membantu menentukan sifat hemoragi dan
status janin, dan adanya kemungkinan akibat dari peristiwa hemoragi
nyeri tekan pada abdomen
6 Hindari pemeriksaan rektal Dapat meningkatkan hemoragi
atau vagina
7 Pantau masukan/keluaran Menentukan luasnya kehilangan cairan dan
cairan. Dapatkan sampel menunjukkan perfusi ginjal
urine setiap jam, ukur berat
jenis
8 Auskultasi bunyi nafas Bunyi nafas adventitus menunjukkan
ketidaktepatan/kelebihan pergantian
9 Simpan jaringan atau hasil Dokter perlu mengevaluasi kemungkinan
konsepsi yang keluar retensi jaringan, pemeriksaan histologi
mungkin diperlukan
Kolaborasi
Rencana intervensi Rasional
1 Dapatkan pemeriksaan Menentukan jumlah darah yang hilang dan
darah cepat: HDL jenis dan dapat memberikan informasi mengenai
pencocokan silang, titer Rh, penyebab harus dipertahankan diatas 30%
kadar fibrinogen, hitung untuk mendukung tranpor oksigen dan nutrien
trombosit, APTT, dan kadar
LCC
2 Pasang kateter Keluaran kurang dari 30 ml/jam menandakan
penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan
terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran yang
dapat ditentukan oleh derajat defisit individual
dan kecepatan penggantian
3 Berikan larutan intravena, Meningkatkan volume darah sirkulasi dan
ekspander plasma, darah mengatasi gejala-gejala syok
lengkap atau sel-sel
kemasan sesuai indikasi
2) Diagnosis 2: Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan
hipovolemia.
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam klien
menunjukkan perfusi jaringan membaik dengan kriteria hasil
1. Perfusi jaringan adekuat dibuktikan dengan denyut jantung janin
(DJJ) dalam batas normal.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
1 Perhatikan status fisiologis Kejadian perdarahan potensial merusak hasil
ibu, status sirkulasi, dan kehamilan. Kemungkinan menyebabkan
volume darah hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2 Auskulatasi dan laporkan Melakukan pengkajian berlanjutnya hipoksia
DJJ. Catat bradikardi atau janin, pada awalnya janin berespon pada
takikardi. Catat perubahan penurunan kadar oksigen dengan takikardi
aktivitas janin. dan peningkatan gerakan. Bila tetap defisit,
bradikardi dan penurunan aktivitas terjadi.
3 Catat kehilangan darah klien Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks,
karena adanya kontraksi tirah baring, dan medikasi barangkali tidak
uterus. efektif dalam mempertahankan kehamilan.
Kehilangan darah ibu scera berlebihan
menurunkan perfusi plasenta.
4 Catat tinggi fundus ibu Menghilangkan tekanan pada vena kava
inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta/janin dan pertukaran oksigen.
5 Anjurkan tirah baring pada Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk
posisi miring. janin.Janin mempunyai beberapa kepastian
perlengkapan untuk mengatasi hipoksia,
dimana disosiasi Hb jannin lebih cepat
daripada Hb dewasa dan jumlah eritrosit janin
lebih besar dari dewasa, sehingga kapasitas
oksigen yang dibawa janin meningkat
Kolaborasi
Rencana Intervensi Rasional
1 Berikan suplemen oksigen Mengevaluasi dengan menggunakan Doppler
pada ibu. Lakukan sesuai respons DJJ terhadap gerakan janin, apakah
indikasi janin dalam keadaan asfiksia
2 Ganti kehilangan Mempertahankan volume sirkulasi yang
darah/cairan ibu adekuat untuk transpor oksigen.
Hemoragi maternal memengaruhi transpor
oksigen uteroplasenta secara negatif,
menimbulkan kemungkinan kehilangan
kehamilan atau memperburuknya status janin.
Bila menyimpan oksigen mentap, janin akan
kehilangan tenaga untuk melakukan
mekanisme koping dan kemungkinan susunan
saraf pusat (SSP) rusak, sehingga janin bisa
meninggal.
3 Bantu dengan ultrasonografi Menentukan maturitas janin dan usia gestasi.
dan amniosentesis Membantu menentukan viabilitas dan
perkiraan hasil secara realistis.
4 Dapatkan tes darah ibu Membedakan darah ibu dari darah janin
untuk mengevaluasi serum dalam cairan amnion menunjukkan implikasi
ibu, darah Hb atau produk terhadap pemberian oksigen serta kebutuhan
lavase lambung ibu terhadap injeksi imunoglobulin Rh
(RhilG) bila kelahiran terjadi.
5 Siapkan ibu untuk intervensi Pembedahan perlu dilakukan bila terjadi
bedah pelepasan plasenta yang berat atau bila
perdarahan berlebihan, terjadi penyimpanan
oksigen janin, dan kelahiran melalui vagina
tidak mungkin seperti pada kasus plasenta
previa total, dimana pembedahan mungkin
perlu diindikasikan untuk menyelamatkan
hidup janin.
3) Diagnosis 3: Ketakutan yang berhubungan dengan ancaman kematian
pada diri sendiri atau janin.
NOC :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam klien
ketenangan mengenai dirinya dan janin dengan kriteria hasil:
1. Klien mendiskusikan ketakutan mengenai diri janin dan masa
depan kehamilan
2. Klien dapat berdiskusi mengenai ketakutan yang sehat dan tidak
sehat.
Rencana Intervensi Rasional
1 Diskusikan tentang situasi Memberikan informasi tentang reaksi
dan pemahaman tentang individu terhadap apa yang terjadi
keadaan ini dengan ibu dan
pasangan
2 Pantau respon verbal dan Menandai tingkat rasa takut yang sedang
nonverbal ibu dan pasangan dialmi ibu/pasangan
3 Dengarkan masalah ibu Meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi
dengan penuh perhatian. dan memberikan kesempatan pada ibu
untuk mengembangkan solusi sendiri
4 Berikan informasi dalam Pengetahuan akan membantu ibu untuk
bentuk verbal dan tertulis mengatasi apa yang sedang terjadi dengan
serta beri kesempatan klien lebih efektif. Informasi sebaiknya tertulis,
untuk mengajukan agar nantinya memungkinkan ibu untuk
pertanyaan mengulang informasi akibat tingkat stres,
ibu mungkin tidak dapat mengasimilasi
informasi. Jawaban yang jujur dapat
meningkatkan pemahaman dengan lebih
baik serta menurunkan rasa takut.
5 Libatkan ibu dalam Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk
perencanaan dan membantu mengontrol situasi, sehingga
berpartisipasi dalam dapat menurunkan rasa takut.
perawatan sebanyak
mungkin
6 Jelaskan prosedur dan arti Pengetahuan dapat membantu menurunkan
gejala rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol
terhadap situasi.
d. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri merupkan tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, serta bkan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Disisi
lain, tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan
oleh hasil keputusan bersama oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.

e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian perkembangan ibu
hasil implementasi keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.

8. Evidence Based Practice


Berdasarkan tinjauan pustaka yang ditulis oleh Nur Ilham Sucipto dengan judul
“Abortus Imminens : Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan Penatalaksanaan.”
Bahwa tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus imminens
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279 (96%)
dokter umum meresepkan istirahat pada perdarahan hebat yang terjadi pada awal
kehamilan, meskipun hanya delapan dari mereka yang merasa hal tersebut perlu,
dan hanya satu dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja baik.
Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT) tentang efek tirah baring
pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang mengalami
perdarahan pada usia kehamilan kurang dari delapan minggu yang viabel, secara
acak diberi perlakuan berbeda yaitu injeksi hCG, plasebo atau tirah baring.
Persentase terjadinya keguguran dari ketiga perlakuan tersebut masing-masing
30%, 48%, and 75%. Perbedaan signifikan tampak antara kelompok injeksi hCG
dan tirah baring namun perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan plasebo atau
antara kelompok plasebo dan tirah baring tidak signifikan. Meskipun pada
penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan tirah baring,
namun ada kemungkinan terjadi sindrom hiperstimulasi ovarium, dan mengingat
terjadinya abortus imminens dipengaruhi banyak faktor, tidak relevan dengan
fungsi luteal, menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk tidak
melanjutkan penelitian tentang penggunaan hCG.
Dalam sebuah penelitian retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS
dengan keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146 wanita
yang melakukan tirah baring mengalami keguguran, dibandingkan dengan
seperlima wanita yang tidak melakukan tirah baring. Sebaliknya, sebuah studi
kohort observasional terbaru dari 230 wanita dengan abortus imminens yang
direkomendasikan tirah baring menunjukkan bahwa 9,9% mengalami keguguran
dan 23,3% baik-baik saja (p=0,03). Lamanya perdarahan vagina, ukuran
hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis tidak mempengaruhi tingkat
terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat dapat
mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa hari
dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh
emosional. Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat,
namun tidak perlu membatasi aktivitas ringan sehari-hari.
Namun progestogen disebutkan dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat
daripada tirah baring, terlepas dari kemungkinan bahwa pemakaiannya pada
abortus imminens mungkin dapat menyebabkan missed abortion. Tirah baring.
Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada bukti pasti tentang
efektivitasnya, namun membantu wanita merasa lebih aman, sehingga
memberikan pengaruh emosional.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi
kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Murray
2002). Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, infeksi akut, abnormalitas traktur genitalis,
kelainan plasenta. Kelasifikasi abortus adalah abortus imiens, abortus
insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, abortus servikalis,
abortus septik.
Pengkajian jika selama kehamilan ditemukan pendarahan, maka
identifikasi umur kehamilan, kapan terjadipendarahan, karakteristik darah.
Diagnosa, intervensi dan implementasi bisa dilakukan menurut NANDA
NIC&NOC. Evaluasi perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan
dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Sucipto, Nur Ilhaini. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan,


Pemeriksaan, dan Penatalaksanaan. Tinjauan Pustaka. CDK-206/ vol. 40 no. 7

Pribadi, Adi dkk. 2015. Kehamilan Resiko Tinggi. Jakarta : CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai