Anda di halaman 1dari 61

ISSN 2338-4514

JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 69

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.R DENGAN
GANGGUAN KEPUTIHAN ( FLOUR ALBUS)

Di SUSUN OLEH
NELA SAGITHA DEVI
2008056

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJAR 2020 / 2021
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 70

ASUHAN KEPERAWATAN

“KEPUTIHAN “

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 4 Januari 2021

Jam : 09.00 WIB

I. Identitas

Nama pasien : An.R

Umur : 17 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Status perkawinan: Belum menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Alamat : Jl Perum Bringin Asri

Tanggal masuk :-

No.reg :-

Diagnosa medis : Keputihan (flour albus)

Penanggung jawab

Nama : Ny. P

Umur : 55 Tahun

Hubungan dengan pasien: ibu kandung klien

Suku/bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga


ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 71

II. Riwayat keperawatan

1. Keluhan utama:

Pasien mengukapkan saat ini ia mengeluarkan cairan melalui kemaluan, cairan

berwarna kekunigan kental rasa gatal pada sekitar kemaluan.

2. Riwayat kesehatan sekarang:

Pasien mengatakan merasakan adanya pengeluaran cairan/lendir yang berwarna putih dan

mulai timbul raa gatal.

3. Riwayat kesehatan masa lalu:

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat kesehatan masa lalu

4. Riwayat kesehatan keluarga:

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

5. Riwayat reproduksi:

a. Riwayat haid:

Menarche : umur 12 tahun sikus haid : tidak teratur

Durasi haid: 7 hari keluhan haid: keputihan

b. Riwayat obsetri

Anak ke Kehamilan Persalinan Anak


No Tahu Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Jenis BB PJ

n
Kehamilan

6. Riwayat keluarga berencana: -

7. Pengkajian pola fungsional gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Kelurrga klien mengatakaan jika ada aggota keluarga yang sakit selalu di bawa ke

pelayanan kesehatan
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 72

b. Pola nutrisi

Frekunsi makan: 1-2 x sehari

Nafsu makan: baik

Jenis makanan rumah: nasi, lauk pauk, sayur dan buah

Makanan yang tidak disukai: -

c. Pola eliminasi

Bak

Frekuensi: 6-7 kali

Warna: kuning jernih

Keluhan yang berhubungan dengan Bak: -

Bab

Frekuensi: 1 kali

Warna: kuning

Bau: khas

Konsisten: lunak

Keluhan: -

d. Pola aktifitas dan latihan

Klien mengatakan seblum nyeri haid biasanya melakukan kgitan membersihkan rumah

e. Pola persepsi dan kognitif

Klien mengatakan nyeri haid

f. Pola tidur dan istirahat

Lama tidur: 8 jam/hari

Kebiasaan sebelum tidur: berdoa

Keluhan: -

g. Pola hubungan sosial

Klien mengataka tidak pernah

h. Pola seksualitas dan reproduksi


ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 73

Klien berjenis perempuan dan belum menikah

i. Persepsi diri dan konsep diri

Persepsi diri:

klien igin beraktifitas seperti biasa

Konsep diri:

Identitas diri: klien mengatakan dirinya perempuan

Peran dri: klien berperan sebagai anak

Ideal diri: klien ingin bisa bekerja

Bodi image: klien mengatakan bagian tubuh semua di sukai

j. Pola mekanisme koping

Klien megatakan bahwa dia sakit nyeri hanya bisa mengeluh

k. Pola nilai dan kepercayaan/agama

Klien mengatakan agama islam sholat 5 waktu dan membaca al-quran

8. Pemeriksaan fisik

Kesadaran

Pengkajian GCS : E4, M5, V6

Tingkat kesadaran: Compos Mentis

b. Tekanan Darah :120/80mmhg

c. Nadi :80x/menit

d. Pernafasan : 22x/menit

e. Suhu tubuh : 36oC

f. BB : 66kg

g. TB :160cm

Kepala: tidak kotor, rambut hitam

Mata: tidak anemis, warna kantung mata merah

Hidung: bersih, tidak ada polit, simetris


ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 74

Telinga: bersih tidak ada kotoran, bentuk simetris

Mulut: tidak ada pendarahan pada gigi dan gusi

Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Dada:

Paru: I: bentuk simetis

P: tidak nyeri saat ditekan

P: suara normal pada paru

A: suara vasikuler

Jantung: I: ictus cordis terlihat

P: ictus cordis teraba

P: suara normal

A: terdengar suara jantung 1 dan 2

Perut: I: bentuk abdomen cembung

P: peristaltik 12x/ menit

P: tidak ada tekanan

A: terdengar normal

Genitalia: -

Ekstermitas: ekstermitas atas dan bawah tidak terpasang infus

Kulit:

9. Data penunjang-

10. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan dismenore

11. Program therapi

Menjelaskan tentang penkes keputihan

Mmengajarkan cara membuat air rebusan daunsirih hijau

12. Diit

B. ANALISA DATA
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 75

TGL/JAM Data Fokus Problem Etiologi TTD


06-01- DS:Pasien Gangguan rasa gejala penyakit

2021 mengatakan tidak nyaman

nyaman dengan SDKI(D.007EMPT)

penyakitnya

DO: Pasien tampak

gelisah

TD:120/80mmhg

N:60x/menit

S : 360C

RR:22x/menit
06-01- DS: Pasien Defisit pengetahuan Kurangnya terpapar

2021 mengatakan SDKI(D.0111) informasi

bingung dengan

penyebab

keputihan

DO: Pasien tampak

gelisah

C. DIAGNOSAKEPERAWATAN

1. gangguan rasanyaman berubungandengan gejala penyakit

2. defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpaparnya informasi

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl/jam Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Planning TTD

Keperawatan
06-01-2021 gangguan Setelah dilakukan tindakan Ajarkan teknik non-

rasanyaman keperawatan selama 8x 24 jam farmakologis

berubungandengan diharapkan (relaksasi nafas

gejala penyakit gangguanrasanyamandapat dalam)


ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 76

berkurang dengan KH Ajarkan membuat

1.. Mampu menggunakan rebusan lidah

teknik non- buaya/obat alami

farmakologis(relaksasi nafas

dalam)

2..mampu mengatasi penyakit

keputihan
06-01-2021 defisitpengetahuan Setelah dilakukan tindakan -Jelaskan penyebab

Berhubungan dengan keperawatan selama 8x 24 jam keputihan

kurangnya diharapkan defisit -Berikan penyuluhan

terpaparnya pengetahuan berhubungan tentang keputihan

informasi dengan terpaparnya informasi

dapat berkurang dengan KH:

1.Dapat menyebutkan tanda

dan gejalakeputihan

E. Implementasi

Tgl/ Jam Diagnosa Implementasi Respon TTD

Keperawatan
06-01-2021 gangguan - Mengajarkan teknik Ds: Pasien

rasnyaman relaksasi nafas dalam mengatakan bersedia

Do: Pasien mampu

mengikuti relaksasi

nafas dalam
-mengajarkan DS: pasien

membuat obat mengatakan bersedia

alami/rebusan lidah Do: pasien tampak

buaya kooperatif
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 77

Defisitpengetahuan Memberikan Ds: Pasien

berhubungan Penkes/pengarahan mengatakan bersedia

dengan terpaparnya mengenai Keputihan Do:Pasien tampak

informasi kooperatif

F. EVALUASI

Tgl / jam Diagnosa kep Evaluasi TTD


0-01- defisit pengetahuan berhungan S: pasien mengatakan bingung

2021 dengan terpaparnya informasi penyebab nyeri

O:pasien tampak gelisah

A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

-memberikan penkes/menjelaskan

tentang keputihan
gangguan rasanyaman S: pasien mengatakan

berubungandengan gejala tidaknyamandenganpenyakitnya

penyakit O: pasien tampak gelisah

Td: 120/80 mmhg

N: 80x/menit

RR: 20x/menit

S:36 C

A: Masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

Ajarkan teknik non-farmakologis

(relaksasi nafas dalam)


ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 78

PENGARUH PEMBERIAN AGAR-AGAR LIDAH BUAYA

TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN

Cecilya Kustanti*

*Dosen Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Whitish in adolescents is often found in adolescents who are less concerned about the

cleanliness and maintenance of the area genetalia.High rates of vaginal discharge in women and

girls in the world and in Indonesia, as well as the impact that fatal if not addressed properly so we

need a way / srategi to overcome white, one with consuming aloe vera jelly that has efficacy

without side effects.

Objective: To investigate the effect of Aloe Vera Jelly on the incidence of white girls.

Methods: This study used a quasi-experimental methods (quasi experiment) or experimental

research design using the design of treatment Time Series Design.Treatment respondents 35 people,

25 control respondents that was done in Suren Kulon village, Canden, Jetis, Bantul, Yogyakarta on

stage preparation was carried out in April 2015 and the implementation of activities in June 2015

and the completion of a report in July 2015

Results: Based on the analysis of the decline in average order granting that aloe vera visible

difference was statistically significant with p = 0.001 p (= 0.05) between the treatment group and

the control group. A decrease in vaginal discharge that occurred in the treatment group -11.6211 of

pre-test to post-test.
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 79

Conclusion: Giving Aloe Vera Jelly has an influence on discharge rate reduction experienced by

young women.

Keywords: Aloe vera jelly, vaginal discharge and young women

PENDAHULUAN Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan

Keputihan pada remaja sering kali gejala keputihan setiap tahunnya, bahkan di

dijumpai pada remaja yang kurang Amerika Serikat 1 dari 8 remaja. Berdasarkan

memperhatikan kebersihan dan perawatan Penelitian yang pernah dilakukan di Asia

daerah genetalia. Selain itu, keputihan juga Selatan, di daerah Bengal Selatan tentang

sering dijumpai pada remaja usia 12-14 tahun tingkat pengetahuan kebersihan organ

dimana remaja mengalami menstruasi yang reproduksi saat menstruasi dari 160 anak

pertama kali (menarche).1 WHO menyatakan perempuan didapatkan 67,5% memiliki

bahwa 5% dari remaja di dunia terjangkit pengetahuan baik, sedangkan 97,5% tidak
mengetahui tentang kebersihan alat membersihkan daerah vaginanya. Jika keputihan

reproduksi saat menstruasi.2 yang terjadi tidak segera diatasi maka banyak

Di Indonesia sendiri, jumlah wanita akibat yang terjadi meliputi, kurang percaya diri

yang mengalami keputihan ini sangat besar, dikarenakan keputihan yang terjadi terus

lebih dari 75% wanita di Indonesia pernah menerus, gatal-gatal didaerah kemaluan, radang

mengalami keputihan paling tidak satu kali pada panggul jika

dalam hidupnya. Lebih dari 70% wanita

Indonesia mengalami keputihan yang

disebabkan oleh jamur dan parasit seperti

cacing kremi atau protozoa (Trichomonas

vaginalis.3 Menurut Nurul4 sekitar 90%

wanita Indonesia berpotensi mengalami

keputihan, hal ini berkaitan erat dengan

kondisi cuaca lembab yang mempermudah

wanita Indonesia mengalami keputihan, hal

ini dikarenakan cuaca lembab dapat

mempermudah berkembangnya infeksi jamur.

Selain itu, menurut badan statistik Indonesia

tahun 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia

15-24 tahun berprilaku tidak sehat, ini

merupakan salah satu penyebab keputihan.5

Sedangkan menurut Depkes6 kejadian

keputihan banyak disebabkan karena olek

bakteri kandidosis vulvovagenitis pada daerah

Jakarta dan ini juga dikarenakan banyak

perempuan yang tidak mengetahui


tidak diatasi dapat menyebabkan pada wanita dan remaja putri di dunia dan di

kemandulan dalam jangka panjang.7 Indonesia, serta dampaknya yang fatal apabila

Peran Pemerintah dalam hal ini tidak ditanggulangi dengan baik sehingga

yaitu dengan ditetapkannya undang-undang diperlukan cara/srategi untuk mengatasi

nomer keputihan, salah satunya dengan

36 tahun 2009 pasal 1, bahwa kesehatan mengkonsumsi agar-agar lidah buaya yang

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, memiliki khasiat tanpa efek samping.

mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomis.8

Banyak yang dapat dilakukan untuk

mengurangi terjadinya keputihan

diantaranya secara farmakologi (obat-

obatan dari dokter), non farmakologi

seperti: perubahan tingkah laku, personal

hygiene, psikologis, serta mengkonsumsi

produk herbal yang dipercayai khasiatnya.9

Untuk memaksimalkan manfaat

lidah buaya yang kaya kandungan gizi dan

memiliki zat aloin serta tanpa efek

samping, maka lidah buaya dapat di buat

menjadi agar- agar. Hal ini, karena selain

rasanya yang lebih enak dengan bau tidak

tidak sedap (anyir), agar-agar dapat

bertahan 2-3 hari disuhu ruangan dan 1-2

minggu di kulkas .10

Karena tingginya angka keputihan


Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti Gambar 1. Desain penelitian

Agar-Agar Lidah Buaya untuk mengurangi

dan mengobati keputihan pada Pemudi di


Keterangan:
karangtaruna dusun Suren Kulon, Canden,
Kelompok eksperimen : Responden yang diberi
Jetis, Bantul, Yogyakarta.
agar-agar lidah buaya

X : Intervensi yang diberikan

peneliti kepada responden yaitu

METODE PENELITIAN dengan pemberian agar-agar

lidah buaya

Penelitian ini menggunakan metode


O1,O2,O3,O4 : Pengukuran pada kelompok
eksperimen semu (quasi experiment) atau
perlakuan sebelum
percobaan dengan kegiatan penelitian yang
diberikan intervensi dengan
dilakukan dengan memberikan percobaan atau
pemberian agar-agar lidah
perlakuan.
buaya (pre-test).
Desain penelitian ini menggunakan

rancangan Time Series Design. Desain ini O5,O6,O7,O8 : Pengukuran pada kelompok

seperti rancangan pre-post test, observasi perlakuan setelah

dilakukan berulang-ulang sebelum dan diberikan intervensi yakni


sesudah perlakuan. pemberian agar-agar lidah

buaya
Bentuk rancangan sebagai berikut :

Pre-tes Perlakuan Post-tes

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7
Populasi dalam penelitian ini adalah menganalisa data dengan menggunakan uji

seluruh Pemudi Karang Taruna Dusun independent sample t test. Hasil analisis

Suren Kulon, Canden, Jetis, Bantul, dengan uji independent sample t test dapat

Yogyakarta sejumlah 60 orang. Jumlah dilihat pada tabel-tabel berikut :

sampel yang diambil peneliti dari jumlah

populasi adalah total sampling. Sebelum

dilakukan uji statistik terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data dengan uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov. Dikatakan

data itu normal, bila pada baris Asymp. Sig

(2-tailed) nilainya lebih besar dari [>] 0,05 .

Bila data tersebut normal maka dilakukam

uji T-Test (Paired Samples T-Test) untuk

menguji hipotesis komparatif dua sampel

yang berkorelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hipotesis Pengaruh

Pemberian Agar-Agar Lidah Buaya

Terhadap Kejadian Keputihan Pada Pemudi

Karangtaruna Dusun Suren Kulon,Canden,

Jetis, Bantul, Yogyakarta kepada ketua

karangtaruna dusun Suren Kulon, Canden,

Jetis, Bantul Yogyakarta., maka penulis


1. Karakteristik responden jenis kelamin, tempat tinggal, dan umur

pada pre test

Tabel. 1. Uji kesebandingan berdasarkan

karakteristik responden

Tabel 1 menunjukkan bahwa semua

nilai p > 0,05. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kedua kelompok, yaitu perlakuan

dan kontrol, memiliki karakteristik yang

sama, baik jenis kelamin yaitu perempuan

ataupun kelompok umur, sehingga antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

tidak ada perbedaan berdasarkan uji

kesebandingan karakteristik responden.

Berikut ini ditampilkan tabel

perbedaan rerata dan simpangan baku pada

kelompok umur, tempat tinggal, dan jenis

kelamin pada hasil pre test.

Tabel 2. Perbedaan rerata pemberian agar

agar lidah buaya pada kelompok


Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa pre test adalah: 25,32 ± 5,89 dan Pemberian

pada jenis kelamin perempuan dan Agar-Agar Lidah Buaya post test pada

kelompok umur ≤ 21 tahun, memiliki rerata perempuan terjadi penurunan yang signifikan

Pemberian Agar-Agar Lidah Buaya pre (secara statistik), yaitu: 11,69 ± 2,77. Pada

yang berbeda secara bermakna (signifikan). kelompok kontrol,

Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p ≤

0,05. Artinya, pada jenis kelamin

perempuan dan kelompok umur ≤ 21 tahun.

Perbedaan ini bisa dilhat pada Tabel 4 yaitu

p = 0,030* dan p = 0,042* pada jenis

kelamin perempuan.

Berikut ini ditampilkan perbedaan

Pemberian Agar-Agar Lidah Buaya pre

pada semua kelompok

tanpa mempertimbangkan

karekteristik responden seperti yang

tercantum pada Tabel ke 3.

Tabel 3. Perbedaan Pemberian Agar-Agar

Lidah Buaya pre test ataupun post

test pada semua kelompok

Pada kelompok perlakuan,

Pemberian Agar-Agar Lidah Buaya hasil


Pemberian Agar-Agar Lidah Buaya hasil pre Pemberian Agar-Agar Lidah Buaya 10,6947,
test adalah: 22,69 ± 7,61 dan Pemberian tetapi pada kelompok kontrol mempunyai
Agar-Agar Lidah Buaya post test pada selisih 2,4167 dari pre 21,6875 menjadi
perempuan adalah: 23,10 ± 7,87, tidak terjadi 25,1042. Hal ini berarti pada kelompok
perubahan bahkan terjadi peningkatan. Ini perlakuan terjadi penurunan -11,6211 dan
bisa dilihat pada Tabel 3. Tanpa pada kelompok kontrol terjadi peningkatan
mempertimbangkan karakteristik responden, 2,4167.
uji beda rerata Pemberian Agar-Agar Lidah
Di bawah ini peneliti tampilkan
Buaya pre test, Pemberian Agar-Agar Lidah
penurunan keputihan Pengaruh Pemberian
Buaya post test dan perubahan Pemberian
Agar-Agar Lidah Buaya Terhadap Kejadian
Agar-Agar Lidah Buaya menunjukkan
Keputihan pada kelompok perlakuan di
terdapat perbedaan yang bermakna antara
Pemudi Karangtaruna Dusun Suren
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Kulon,Canden, Jetis, Bantul, Yogyakarta
(p<0,05).
peningkatan pada kelompok kontrol di
Berikut ini ditampilkan selisih antara Turen, Canden, Jetis, Bantul, Yogyakarta.
pre dan post pada kelompok perlakuan di

Pemudi Karangtaruna Dusun Suren

Kulon,Canden, Jetis, Bantul, Yogyakarta, Gambar 1. penurunan keputihan dari pre


serta selisih antara pre dan post pada test ke post test pada kelompok
kelompok kontrol di Pemudi Karangtaruna perlakuan.
Turen, Canden, Jetis, Bantul, Yogyakarta.

Tabel 4. Selisih pre dan post pada

kelompok perlakuan dan

kontrol
Kelompo
Kelompok
k Berdasar hasil analisis mengenai penurunan
kontrol
pre 26,3158 21,6875
perlakua rerata pemberian Agar agar lidah buaya terlihat
post 10,6947 25,1042
n perbedaan yang bermakna secara statistik dengan p =
selisih - 11,6211 2,4167
0,001 p (= 0,05) antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

Penurunan keputihan yang terjadi pada

Tabel di atas menunjukkan bahwa


kelompok perlakuan -11,6211 dari pre test ke
pada kelompok perlakuan mempunyai selisih
post test . Penurunan pada kelompok perlakuan
-11,6211, dari pre 26, 3158 setelah
ini disebabkan oleh adanya perlakuan 0,042* kelompok usia ≤ 21 tahun.

Pemberian Agar-Agar Lidah Buaya. Keadaan Keputihan tidak merupakan penyakit

ini membuktikan bahwa ternyata Pemberian melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu

Agar-Agar Lidah Buaya mempunyai pengaruh penyakit organ reproduksi wanita.10 Keputihan

terhadap penurunan angka keputihan yang (Fluor albus) yang fisiologis tidak memberi

dialami remaja putri. Remaja putri mengatakan dampak pada wanita. keputihan yang

merasa lebih nyaman setelah pemberian agar

agar lidah buaya. Kondisi seperti ini peneliti

dapatkan dari remaja putri. Mereka

mengatakan merasa nyaman dan bersyukur

menjadi responden dari penelitian ini, dan

menyatakan banyak manfaatnya.

Berdasarkan uji kesebandingan

menunjukkan semua nilai p > 0,05 ini berarti

kedua kelompok yaitu perlakuan dan kontrol

memiliki karekristik yang sama, jenis kelamin

perempuan, ataupun kelompok umur.

Perbedaan rerata remaja putri, dan umur

bahwa pada, kelompok umur ≤ 21 tahun, serta

pada remaja putri rerata keputihan pre yang

berbeda secara bermakna (signifikan). Hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.

Artinya pada remaja putri, kelompok umur ≤

21 tahun, terjadi penurunan keputihan

kelompok umur ≤ 21 tahun. perbedaan ini bisa

dilhat nilai p = 0,030* remaja putri, dan p =


memberi dampak pada ibu yaitu keputihan lidah buaya tumbuh. Mesir juga

yang patologis. Dengan adanya keputihan ibu mendokumentasikan kegunaannya dalam

merasa tidak nyaman karena menunjukkan mengobati luka bakar, dan infeksi. Lidah buaya

keluhan berbau busuk, gatal, vulva terasa dalam bentuk segar selalu digunakan Cleopatra

seperti terbakar. Apabila keputihan tidak

diobati maka infeksi dapat menjalar ke rongga

rahim kemudian sampai ke indung telur dan

akhirnya sampai kerongga panggul. Banyak

ditemukan wanita yang menderita keputihan

yang kronik menjadi.11

Penatalaksanaan keputihan meliputi

usaha pencegahan dan pengobatan yang

bertujuan untuk menyembuhkan seorang

penderita dari penyakitnya, tidak hanya untuk

sementara tetapi untuk seterusnya dengan

mencegah infeksi berulang.9

Lidah buaya adalah tanaman yang telah

lama dikenal di Indonesia karena kegunaanya

sebagai obat untuk aneka penyakit. Selain itu,

lidah buaya merupakan tanaman Liliaceae

yang mempunyai banyak jumlah spesies yang

berbeda, di antara spesies ini hanya satu jenis

yang telah lazim digunakan sebagai tanaman

obat sejak ribuan tahun yang lalu yaitu Aloe

vera atau yang sering disebut dengan nama

lidah buaya. Pertama kali dokumentasi lidah

buaya berasal dari Mesir Kuno di mana tempat


untuk menjaga kulitnya agar tetap halus dan Penggolongan obat ini berdasarkan pada

awet muda. kandungan lidah buaya seperti antibiotik,

Lidah Buaya banyak dimanfaatkan antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus,

dalam perawatan kesehatan dan kecantikan antijamur, antiinfeksi, antiperadangan,

serta pengobatan. Pemakaian dapat dilakukan antipembengkakan, antiparkinson,

secara internal dan eksternal. Secara internal

lidah buaya dikonsumsi dalam jus yang diramu

dengan berbagai bahan tambahan seperti madu,

gula, atau asam, serta dapat dikonsumsi dalam

bentuk agar-agar. Untuk pemakaian secara

eksternal, gel lidah buaya dioleskan pada

bagian tubuh yang memerlukan atau

ditempelkan pada dahi, pelipis atau perut.

Lidah buaya juga mempunyai sifat antiseptik

dan merangsang jaringan sel baru dari kulit.

Manfaat Lainnya secara umum bagian - bagian

dari tanaman lidah buaya yang sering

dimanfaatkan adalah dari sekitar 200 jenis

tanaman lidah buaya, yang baik digunakan

untuk pengobatan adalah jenis Aloe Vera

Barbadensis Miller. Lidah buaya jenis ini

mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh

tubuh. Diantara ke-72 zat yang dibutuhkan

tubuh itu terdapat 18 macam asam amino,

karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral,

enzim, hormon, dan zat golongan obat.


antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten

terhadap antibiotik.12

Dari hasil penelitian yang sudah DAFTAR PUSTAKA

dilakukan sebelumnya belum ditemukan efek 1. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang

samping penggunaan lidah buaya. Jika Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :

terdapat masalah biasanya berupa alergi pada Sagung Seto.2007.

mereka yang belum pernah mengonsumsi

lidah buaya, tetapi reaksi ini timbul karena

daya kerja Lidah Buaya dalam melawan

penyakit.12

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan hasil bahwa pemberian agar-agar

lidah buaya pada remaja efektif dalam

menurunkan kejadian keputihan. Pemanfaatan

hasil penelitian diharapkan bagi peneliti agar

melakukan penelitian serupa dengan berbagai

pengembangan sehingga dapat menambah

informasi baru dan pengalaman nyata tentang

manfaat Agar-agar Lidah buaya. Adapun hasil

penelitian ini diharapkan dapat menambah

informasi serta memperkuat teori tentang

manfaat Agar-Agar Lidah Buaya terhadap

penurunan angka Keputihan sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan.
2. Widyastuti, Y.. Kesehatan Reproduksi Wanita, Yogyakarta :Fitramaya.2009.

3. Egan M, Lipsky MS. Vaginitis [internet]. Chicago : Northwestern University Medical

School, Terjemahan: Siti Nurul Qomariyah. Retrieved Mei 26, 2013. 2009.

4. Nurul, Siti Qomariyah dkk. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) PadaPerempuan Indonesia.

Depok; Pusat Komunikasi Kesehatan Perspektif Gender bekerjasama dengan Ford Foudation.2005.

5. Maghfiroh,K. Hubungan Pengetahuan tentang Keputihan dengan Penanganan Keputihan pada siswi

Pondok Pesantren Darul Hasanah Kali Kondang Demak 2010. D III Kebidanan : Univeritas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS). Karya Tulis Ilmiah.2010.

6. Depkes RI. Profil Kesehatan Reproduksi, Jakarta: Depkes.

7. Rozanah, 2003. Keputihan. From http://www.republika.co.id. diakses tanggal 27 Desember 2013.

2008.

8. Urray, Rakmono, Widyawati. Persepsi Remaja Tentang Seksualitas Pranikah,

Kehamilan dan Cara Penularan


HIV/AIDS di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri Yogyakarta. 2006.

9. Endang, Darmani. Hubungan antara pemakaian AKDR dengan Candidiasis


vagina di RSUP Dr Pingadi Medan. http:// repository. usu. ac.id/ bistream/ 12345678/6373/1/ku;it-

endang. pdf. 28

Januari 2014. 2003.

10. Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.2001.

11. Jones, D. Panduan Terlengkap tentang Kesehatan,Kebidanan & Kandungan.Jakarta:Delapratasa

Publishing. 2005.

Yulianto, Eko. Sejuta Khasiat Lidah Buaya, Yogyakarta: Pustaka Baru D


IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

Winna Kurnia Sari. AZ

Fakultas Kesehatan dan Farmasi, Universitas Adiwangsa Jambi, Indonesia

ABSTRAK

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik

berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Adapun faktor perilaku yang

mempengaruhi keputihan adalah sikap, motivasi, keterpaparan informasi, dan peran orang tua

terhadap vulva hygiene. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan sikap, motivasi,

keterpaparan informasi, dan peran orang tua terhadap vulva hygiene dengan keputihan pada

remaja putri di SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun 2018. Jenis penelitian ini mengggunakan

metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah

seluruh siswi kelas X dan XI di SMAS Pertiwi Kota Jambi yang berjumlah 86 orang. Sampel

yang diambil dalam penelitian ini adalah total populasi. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner. Analisa data menggunakan uji

statistik chi- square. Hasil penelitian terdapat hubungan sikap (p value = 0,001), motivasi (p

value = 0,029), keterpaparan informasi (p value = 0,000), peran orang tua (p value = 0,006),

vulva hygiene (p value = 0,001) dengan keputihan. Untuk uji statistik logistic regression

terdapat variabel paling dominan pengaruhnya terhadap keputihan pada remaja putri di SMAS

Pertiwi Kota Jambi, yaitu variabel keterpaparan informasi dengan p value = 0,056. Kesimpulan

dari penelitian ini terdapat variabel keterpaparan informasi secara simultan dengan variabel

vulva hygiene mempengaruhi keputihan. Saran pada remaja putri untuk mengetahui penyebab
dan bahaya keputihan sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas kesehatan terutama

kesehatan reproduksi.

Kata Kunci : Keputihan, sikap, motivasi, keterpaparan informasi, peran orang tua, vulva hygiene

ABSTRACT

Vaginal discharge is out fluid besides blood from vaginal glands outside the habit, either

smelling or not, and accompanied by a local itch. The treatment factors that affect vaginal

discharge are attitude, motivation, exposure of information, and parents of vulva hygiene. The

purpose of this study is to know the relationship of attitude, motivation of informational

exposure, and the role of parents to vulva hygiene with vaginal discharge at adolescent girls at

SMAS Pertiwi of Jambi city 2018. This type of research uses analytic survey method with cross

sectional approach. Population of this research is all schoolgirl class X and XI in SMAS Pertiwi

Jambi which amounted to 86 people. The sample taken in this study is total population data

collecting technique in this study using primary data with questionnaire data analysis using chi

square statistic. The result of the research is attitude relationship (p value 0,001), motivation (p

value 0,029), exposure of information (p value 0,000), parents role (p value 0,006), vulva

hygiene (p value 0,001) with vaginal discharge. For statistic logistic regression there is the most

dominant variable to the vaginal discharge of female adolescent in SMAS Pertiwi of Jambi city,

that is the variable of information exposure with p value - 0,056. The conclusion of this study is

that the variable of information exposure simultaneously with the vulva hygiene variable affects

vaginal discharge. Advice on young women to know the causes and dangers of vaginal discharge

so them can improve the quality of health, especially reproductive health.

Keywords :Vaginal discharge, attitude, motivation, information exposure, parenting elder,

vulva hygiene
Pendahuluan kebersihan vulva adalah untuk membuat vulva tetap

Kesehatan reproduksi remaja putri kering, bebas dari infeksi dan iritasi (luka) yang dapat

terutama dalam menjaga dan merawat organ membuat vulva menjadi merah, bengkak, panas atau

reproduksi dipengaruhi oleh pengetahuan gatal22.

orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami

peran orang tua terutama ibu dalam keputihan 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi keputihan sebesar 25%. Di Indonesia sebanyak 75%

sehingga remaja putri dapat mengetahui dan wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali

merawat organ reproduksi21. Keputihan dalam hidupnya dan 45% di antaranya bisa mengalami

adalah keluarnya cairan selain darah dari keputihan sebanyak dua kali atau lebih6. Lebih dari 70%

liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau wanita Indonesia mengalami keputihan yang disebabkan

ataupun tidak, serta disertai rasa gatal oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa

setempat. Penyebab keputihan dapat secara (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam

normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh dengan Eropa yang hanya 25% saja karena cuaca di

hormon tertentu. Cairannya berwarna putih, Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur

tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab

laboratorium tidak menunjukkan adanya keputihan. Jamur dan bakteri banyak tumbuh dalam

kelainan15. kondisi tidak bersih dan lembab. Organ reproduksi

Akibat kebersihan vulva yang tidak terjaga merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga lebih

akan mempengaruhi seorang perempuan mudah untuk berkeringat, lembab dan kotor.

mengalami perasaan tidak nyaman pada

vulva, seperti keputihan, dan infeksi jamur.

Apabila kondisi ini tidak dicegah dapat

berlanjut menjadi kanker serviks. Tujuan dari


1
Untuk mencegah terjadinya akan mendorong seseorang untuk bersikap

keputihan berulang, maka wanita yang tidak benar terhadap keputihan. Persepsi

harus selalu menjaga kebersihan dan sikap yang tidak tepat akan

organ reproduksi bagian luar3. memperlemah motivasi seseorang untuk

Berdasarkan data dari Dinas berperilaku sehat dalam upaya pencegahan

Kesehatan Kota Jambi, remaja dan penanganan keputihan patologis, pada

putri yang mengalami keputihan siswi SMA Tunas Patria Ungaran didapatkan

di Puskesmas Putri Ayu yaitu bahwa ada hubungan yang antara sikap dan

pada tahun 2015 terdapat angka perilaku remaja dalam upaya pencegahan

kejadian keputihan 10 persen, keputihan patologis4. Hubungan pengetahuan,

tahun 2016 sebanyak sikap dan perilaku remaja putri tentang

8,6 persen, dan tahun 2017 kebersihan organ genitalia eksterna di

mengalami peningkatan yaitu Madrasah Tsanawiyah Pembangunan

sebanyak 61,2 persen. Angka menunjukkan bahwa terdapat hubungan

kejadian keputihan di Puskesmas antara pengetahuan, sikap dan perilaku yang

Putri Ayu pada tahun 2017 berdasarkan uji statistik chi- square

merupakan angka kejadian didapatkan nilai p < 0,0511.

paling tinggi dibandingkan Berdasarkan hasil survey awal yang

19 Puskesmas lainnya yang ada dilakukan peneliti di wilayah kerja

di Kota Jambi9. Puskesmas Putri Ayu tepatnya di SMAS

Meskipun banyak wanita yang Pertiwi Kota Jambi dengan melakukan

mengalami keputihan namun wawancara terhadap 10 siswi kelas X dan XI,

mereka menganggap hal yang didapatkan hasil bahwa 8 remaja putri

normal saja. Persepsi yang salah mengalami keputihan, setelah ditanyakan


2
tentang vulva hygiene, maka 2 dalam minimal dua kali sehari sehingga

orang selalu menjaga vulva mereka mengatakan jarang merasakan gatal –

hygiene dengan cara membasuh gatal pada vagina dan tahu dampak tidak

vagina dari arah depan ke melakukan vulva hygiene yaitu infeksi dan

belakang dan mengganti pakaian

keputihan, 7 orang yang membersihkan laboratorium tidak

vagina dengan sabun mandi dan 1 orang menunjukkan adanya kelainan15.

lainnya membersihkan vagina dengan Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami

sabun24. Penelitian ini bertujuan untuk keputihan. Keputihan dibedakan menjadi 2 yaitu,

mengetahui hubungan antara sikap, motivasi, keputihan fisiologis dan keputihan patologis. Keputihan

keterpaparan informasi, dan peran orang tua Fisiologis yaitu sekret yang keluar dari vagina yang

terhadap vulva hygiene secara simultan encer, tidak berbau busuk dan berwarna jernih atau putih,

dengan keputihan pada remaja putri di SMAS menjadi kekuningan bila kontak dengan udara yang

Pertiwi Kota Jambi tahun 2018 disebabkan oleh proses oksidasi. Keputihan fisiologis

tidak disertai dengan keluhan seperti rasa nyeri, gatal dan

perih. sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah

Tinjauan Pustaka bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme

Keputihan adalah keluarnya cairan selain terutama lactobacillus doderlein26.

darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik Keputihan patologis dikatakan tidak normal jika terjadi

berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal peningkatan volume (khususnya membasahi pakaian),

setempat. Penyebab keputihan dapat secara cairan yang keluar sangat kental dan berubah warna, bau

normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh yang menyengat, jumlahnya yang berlebih dan

hormon tertentu. Cairannya berwarna putih, menyebabkan rasa gatal, nyeri serta rasa sakit dan panas

tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan saat berkemih. Keputihan yang abnormal bisa disebabkan
3
oleh infeksi / peradangan yang terjadi karena dalam vagina, menggunakan celana dalam

mencuci vagina dengan air kotor, yang menyerap keringat, mengganti celana

pemeriksaan dalam yang tidak benar, dalam minimal dua kali sehari, tidak

pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, menggunakan celana dalam yang terlalu

pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya ketat, mengeringkan alat kelamin dengan

benda asing dalam vagina26. kertas pembersih (tisu), gerakan cara

Cara Pemeliharaan Organ Reproduksi membersihkan untuk perempuan adalah dari

Remaja Perempuan atau vulva hygiene adalah daerah vagina ke arah anus untuk mencegah

tidak memasukkan benda asing ke kotoran dari anus masuk ke vagina, tidak

menggunakan air yang kotor untuk mencuci

vagina, pemakaian pembilasan vagina

secukupnya, tidak berlebihan, dianjurkan

untuk mencukur atau merapikan rambut

kemaluan karena bisa ditumbuhi jamur atau

kutu yang dapat menimbulkan rasa tidak

nyaman dan gatal15.

Perilaku kesehatan di pengaruhi oleh tiga

faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan,

kepercayaan, sikap, motivasi, persepsi, nilai,

variabel demografi), faktor pendukung

(ketersediaan fasilitas, keterjangkauan

pelayanan, ketenagaan, sosial ekonomi,

keterpaparan informasi), dan faktor

pendorong (keluarga / orang tua, tenaga


4
kesehatan, tokoh masyarakat)17. dan tingkah laku8.

Sikap menggambarkan suka Dalam perkembangan sekarang termasuk

atau tidak suka seseorang dalam bidang kesehatan, masyarakat juga

terhadap objek. Sikap sering memperhatikan perihal informasi sebagai

diperoleh dari pengalaman sendiri aspek yang sangat penting dalam perubahan

atau dari orang lain yang paling perilaku kesehatan, yaitu dengan adanya

dekat. Sikap membuat seseorang komunikasi kesehatan masyarakat. Salah satu

mendekati atau menjauhi orang contoh adalah untuk upaya menumbuhkan

lain atau objek lain. Sikap positif kesadaran masyarakat remaja yang pada

terhadap nilai-nilai kesehatan awalnya tidak pernah memanfaatkan

tidak selalu terwujud dalam suatu pelayanan kesehatan (PKPR), karena adanya

tindakan nyata18. Motivasi adalah akibat dari proses komunikasi berupa

keinginan yang terdapat pada diri informasi bahwa adanya fasilitas pelayanan

seseorang individu yang kesehatan kepada remaja sesuai dengan apa

mendorongnya untuk melakukan yang mereka butuhkan

perbuatan- perbuatan, tindakan,

maka diharapkan para remaja mau media elektronik (radio, TV, internet) dan media cetak

memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut, seperti majalah, surat kabar, buletin dan sebagainya.

dan bahkan menganggap sebagai suatu Sumber informasi tersebut akan berdampak positif

kebutuhan17. apabila informasi tersebut baik dan dapat dipertanggung

Sumber informasi lain yang juga sebagai jawabkan, tetapi sebaliknya informasi yang salah dan dari

hiburan dan ini paling banyak di manfaatkan sumber yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dapat

yaitu media massa. Berdasarkan jenis media menyesatkan dan mempengaruhi perilaku seseorang

massa dikelompokkan menjadi dua yaitu, menjadi tidak benar. Untuk mengimbanginya maka
5
pemerintah dan pihak-pihak terkait mengeksplorasi diri sehingga dengan sendirinya

menyediakan fasilitas sumber informasi yang keterikatan dengan orang tua berkurang. Dukungan orang

benar dan tepat10. tua, sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja. Orang

Orang tua diharapkan dapat menjadi media Tua harus memberikan informasi pada remaja masalah

komunikasi untuk memberikan informasi dan kesehatan reproduksi, pada remaja sering dikonotasikan

pelatihan moral bagi pemahaman dan sebagai pendidikan seks dimana sebagaian besar

pengembangan seksual remaja. Pendidikan

seksualitas informal dalam keluarga biasanya

terjalin dalam bentuk komunikasi yang

hangat antara anak dan anggota keluarga

lainnya19.

Keluarga adalah tempat atau lingkungan

yang pertama dan utama bagi individu. Kita

sejak lahir hingga saat ini dibesarkan

dilingkungan kelurga, sebab itu pendidikan

pertama dan utama kita peroleh dari

lingkungan kelurga itu sendiri, dalam hal ini

peran kelurga atau khususnya orang tua

sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan

dan perkembangan anak, baik secara

langsung maupun tidak langsung5.

Remaja membutuhkan dukungan yang

berbeda dari masa sebelumnya, karena pada

saat ini remaja sedang mencari dalam


6
masyarakat Indonesia masih penelitian ini adalah 86 orang.

mentabukan hal ini1. Penelitian dilakukan di SMAS Pertiwi

Kota Jambi dan dilaksanakan pada tanggal 12

Metode Penelitian – 14 Mei 2018. Cara pengumpulan data

Jenis penelitian ini merupakan menggunakan data primer yaitu data yang

penelitian kuantitatif dengan diperoleh langsung dari responden dengan

metode survey analitik dan menggunakan kuesioner, dan data sekunder

pendekatan metode cross adalah data yang diperoleh dari pihak lain.

sectional yaitu suatu penelitian Pengumpulan data penunjang atau pelengkap

untuk mempelajari dinamika yang diambil dari SMAS Pertiwi Kota Jambi.

korelasi antara faktor-faktor Data yang di dapat akan di analisis secara

risiko dengan efek dengan cara univariat untuk mengetahui gambaran

pendekatan, observasi atau variabel independen (sikap, motivasi,

pengumpulan data sekaligus pada keterpaparan informasi, peran orang tua,

suatu saat/point time approach20. vulva hygine) dan dependen (keputihan), data

Sampel dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan

adalah siswi kelas X, dan kelas dinarasikan dalam bentuk tekstuler7.

XI di SMA Pertiwi. Teknik Kemudian dilakukan alisis bivariat untuk

pengambilan sampel dalam melihat hubungan dari tiap-tiap variabel

penelitian ini adalah total menggunakan uji statistik Chi square dengan

sampling, jumlah populasi yang


tingkat kemaknaan ( =0,05)2. Langkah
kurang dari 100, seluruh populasi
terakhir menggunakan analisis multivariat
dijadikan sampel penelitian25.
untuk mengetahui hubungan antara beberapa
Sampel yang diambil dari
7
variabel independen dengan satu mana yang dominan berhubungan

variabel dependen dan untuk berhubungan dengan variabel dependen13.

mencari variabel independen

Hasil Penelitian kurang terpapar sebesar 52 responden

Analisis Univariat (60,5%) dan yang terpapar adalah sebesar

Keputihan 34 responden (39,5%).

Diketahui bahwa dari 86

responden, yang pernah keputihan Tabel

sebesar 71 responden (82,6%) dan 4

yang tidak pernah keputihan adalah

sebesar 15 responden (17,4%). No Keterpaparan Frekuensi Persentase


Informasi (%)
Tabel 1 1 Kurang 52 60,5
Terpapar
No Keputihan Frekuensi Persentase
2 Terpapar 34 39,5
(%)
1 Pernah 71 82,6 Total 86 100
Keputihan
2 Tidak Pernah 15 17,4
Keputihan
Total 86 100

responden, yang memiliki negatif sebesar 53

responden (61,6%) dan yang positif adalah

sebesar 33 responden (38,4%).

Tabel 2
Sikap

Diketahui bahwa dari 86

8
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
Peran Orang Tua
1 Negatif 53 61,6
2 Positif 33 38,4 Diketahui bahwa dari 86
Total 86 100
responden memiliki orang tua yang

tidak berperan sebesar 53 responden

(61,6%) dan yang berperan adalah


Motivasi
sebesar 33 responden (38,4%).
Diketahui bahwa dari 86

responden, yang memiliki motivasi


Tabel
rendah sebesar
5

No Peran Orang Frekuens Persentas

Tua i e (%)
1 Tidak Berperan 53 61,6
2 Berperan 33 38,4
Total 86 100

Vulva Hygiene

Diketahui bahwa dari 86

responden yang memiliki vulva

hygiene kurang baik sebesar 54

responden (62,8%) dan yang baik

adalah sebesar 32 responden

53 responden (61,6%) dan yang bel 3

tinggi T
No Motivasi Frekuensi Persentase (%)
adalah sebesar 33 responden (38,4%). a
1 Rendah 53 61,6
9
2 Tinggi 33 38,4
Total 86 100
(37,2%

). Tabel 6
No Vulva Frekuensi Persentase (%)
Hygiene
1 Kurang 54 62,8
baik
2 Baik 32 37,2

Total 86 100

Keterpaparan Informasi

Diketahui bahwa dari 86

responden yang memiliki

keterpaparan informasi

Analisis Bivariat secara statistik pada alpa 5% artinya ada hubungan yang

Hubungan Sikap dengan Keputihan signifikan antara sikap secara parsial dengan keputihan

pada remaja putri di SMAS Pertiwi tahun 2018.


Hasil analisis hubungan antara sikap

dengan keputihan diperoleh bahwa dari 53


Hubungan Motivasi dengan Keputihan
responden yang memiliki sikap negatif yang
Hasil analisis hubungan antara motivasi dengan
pernah mengalami keputihan berjumlah 50
keputihan pada remaja putri diperoleh bahwa dari 53
orang (94,3%), lebih besar dibandingkan dari
responden yang bermotivasi rendah pernah mengalami
33 responden bersikap positif yang pernah
keputihan berjumlah 48 orang (90,6%) dan yang
mengalami keputihan berjumlah 21 orang
bermotivasi rendah tidak pernah mengalami keputihan
(63,6%), dan yang bersikap positif tidak
berjumlah 5 orang (9,4%). Dari 33 responden yang
pernah mengalami keputihan adalah 12 orang
bermotivasi tinggi namun pernah mengalami keputihan
(36,4%).
berjumlah 23 orang (69,7%), dan yang bermotivasi tinggi
Hasil hasil uji statistik menunjukkan p
dan tidak pernah mengalami keputihan berjumlah 10
value = 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa
10
orang (30,3%). (96,2%) dan yang kurang terpapar tidak

Hasil uji statistik menunjukkan p value = pernah mengalami keputihan berjumlah 2

0,029 maka dapat disimpulkan bahwa secara orang (3,8%). Dari 34 responden yang

statistik pada alpa 5% artinya ada hubungan terpapar namun pernah mengalami keputihan

yang signifikan antara motivasi secara parsial berjumlah 21 orang (61,8%), dan yang

dengan keputihan remaja putri di SMAS terpapar tidak pernah mengalami keputihan

Pertiwi Kota Jambi tahun 2018. Dari data berjumlah 13 orang (38,2%).

analisis diperoleh pula nilai Odd Ratio (OR) Hasil uji statistik menunjukkan p value =

= 4,174 artinya responden yang memiliki 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa secara

motivasi rendah mempunyai kecenderungan statistik pada alpa 5% artinya ada hubungan

4,174 kali mengalami keputihan yang signifikan antara keterpaparan informasi

dibandingkan dengan responden yang secara parsial dengan keputihan pada remaja

memiliki motivasi tinggi. putri di SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun

Hubungan keterpaparan informasi dengan 2018. Dari data analisis diperoleh pula nilai

keputihan Odd Ratio (OR) = 15,476 artinya responden

Hasil analisis hubungan antara yang kurang terpapar mempunyai

keterpaparan informasi dengan keputihan kecenderungan 15,476 kali mengalami

pada remaja putri diperoleh bahwa dari 52 keputihan dibandingkan dengan responden

responden yang kurang terpapar pernah yang terpapar.

mengalami keputihan berjumlah 50 orang Hubungan Peran Orang Tua dengan

Keputihan

Hasil analisis hubungan antara peran orang

tua dengan keputihan pada remaja putri

diperoleh bahwa dari 53 responden yang


11
orang tuanya tidak berperan secara statistik pada alpa 5% artinya ada

pernah mengalami keputihan hubungan yang signifikan antara peran orang

berjumlah 49 orang (92,5%) dan tua secara parsial dengan keputihan remaja

yang orang tuanya tidak berperan putri di SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun

tidak pernah mengalami 2018. Dari data analisis diperoleh pula nilai

keputihan berjumlah 4 orang Odd Ratio (OR) = 6,125 artinya responden

(7,5%). Dari 33 responden yang yang orang tuanya tidak berperan mempunyai

orang tuanya berperan namun kecenderungan 6,125 kali mengalami

pernah mengalami keputihan keputihan dibandingkan dengan responden

berjumlah 22 orang (66,7%) dan yang orang tuanya berperan.

yang orang tuanya berperan tidak Hubungan Vulva Hygiene dengan

pernah mengalami keputihan Keputihan

berjumlah 11 orang (33,3%).


Hasil analisis hubungan antara vulva
Hasil uji statistik
hygiene dengan keputihan pada remaja putri
menunjukkan p value = 0,006
diperoleh bahwa dari 54 responden yang
maka dapat disimpulkan bahwa

kurang baik pernah mengalami keputihan Hasil uji statistik menunjukkan p value = 0,001 maka

berjumlah 51 orang (94,4%) dan yang kurang dapat disimpulkan bahwa secara statistik pada alpa 5%

baik tidak pernah mengalami keputihan artinya ada hubungan yang signifikan antara vulva

berjumlah 3 orang (5,6%). Dari 32 responden hygienesecara parsial dengan keputihan pada remaja putri

yang baik namun pernah mengalami di SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun 2018. Dari data

keputihan berjumlah 20 orang (62,5%), dan analisis diperoleh pula nilai Odd Ratio (OR) = 10,200

yang baik tidak pernah mengalami keputihan artinya responden yang kurang baik mempunyai

berjumlah 12 orang (37,5%). kecenderungan 10,200 kali mengalami


12
keputihan dibandingkan variabel keterpaparan informasi bersama-sama (simultan)

dengan responden yang baik. Analisis dengan variabel vulva hygiene mempengaruhi keputihan

Multivariat pada remaja putri di SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun

Dari keseluruhan proses analisis yang telah 2018.

dilakukan terhadap lima variabel independen

yang diduga berhubungan dengan keputihan

ternyata ada dua variabel yang secara

signifikan berhubungan dengan keputihan

pada remaja putri di SMAS Pertiwi Kota

Jambi tahun 2018, yaitu variabel

keterpaparan informasi dan variabel vulva

hygiene.

Variabel keterpaparan informasi setelah

dilakukan analisis multivariat dan setelah

diseleksi dengan variabel independen lainnya

tetap mempunyai hubungan yang bermakna

secara statistik, dimana Odd Ratio (OR) :

13,403 (95 % CI: 0,936-191,861)

dengan p = 0,056, memberikan interpretasi

bahwa responden yang keterpaparan

informasinya kurang terpapar mempunyai

kecenderungan 13,403 kali untuk mengalami

keputihan, setelah diseleksi dengan variabel

vulva hygiene. Artinya dalam penelitian ini


13
Pembahasan perilaku yang tidak sehat sehingga dapat

Keputihan pada Remaja Putri memudahkan terkena infeksi jamur, bakteri,

di SMAS Pertiwi Kota Jambi dan kuman lainnya. Selain itu ada kebiasaan

tahun 2018 meminum jamu / ramuan tradisional seperti

daun sirih untuk pencegahan dan penanganan


Hasil penelitian tentang angka
keputihan tidak normal, kebiasaan ini jika
kejadian keputihan pada remaja
tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan
putri kelas X dan XI di SMAS
maka akan memperparah kondisi keputihan
Pertiwi menunjukkan dari 86
hendaknya dikonsultasikan ke dokter dahulu
responden sebanyak 71
untuk mengetahui pengobatan yang tepat.
responden pernah mengalami
Hubungan Sikap terhadap Keputihan
keputihan. Keputihan pada
pada Remaja Putri SMASPertiwi Kota
remaja putri biasanya terjadi pada
Jambi tahun 2018
saat menjelang haid dan sesudah
Dari hasil uji statistik menunjukkan p
haid, masa subur, dan stress
value = 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa
akibat pengaruh dari beberapa
secara statistik pada alpa 5% artinya ada ada
hormon, hampir semua
hubungan yang signifikan antara sikap secara
perempuan pernah mengalami
parsial dengan keputihan pada remaja putri di
nya.
SMAS Pertiwi tahun 2018.
Keputihan normal bisa
Hasil penelitian ini sesuai dengan
menjadi tidak normal bila
penelitian yang dilakukan Kursani (2013)
perawatan yang dilakukan tidak
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
tepat. Kebiasaan memakai celana
flour albus (keputihan) pada remaja putri di
yang ketat dan lembab adalah
SMA PGRI Pekanbaru, berdasarkan hasil
14
penelitian tersebut didapatkan Sikap merupakan hal yang paling penting

hasil uji statistik diperoleh nilai p dalam psikologi sosial untuk menentukan

value = 0,047, berarti terdapat perilaku seseorang. Melalui sikap remaja

hubungan yang signifikan antara terhadap keputihan bisa menentukan tindakan

sikap responden dengan flour nyata berupa perilaku sehat

albus.

terhadap penanganan dan pencegahan agar yang baik dan tidak baik dalam hal masalah penanganan

terhindar dari keputihan tidak normal. keputihan dengan cara memberikan pengetahuan dan

Dalam hal ini sebagian besar sikap menanamkan nilai-nilai serta persepsi positif. Hal ini

responden negatif, kemungkinan karena dapat dilakukan dengan memberikan leaflet dan informasi

kurangnya informasi yang didapat. Sebagian dalam upaya memberikan pengetahuan secara luas agar

menganggap remeh, tidak peduli atau kurang terbentuk sikap yang positif.

kesadaran terhadap informasi yang didapat Selain itu diharapkan petugas kesehatan juga ikut

tentang keputihan. Hal ini tentu dapat berperan aktif dalam penanganan sikap responden

membuat persepsi yang menyimpang terhadap masalah keputihan agar tidak membuat perilaku

terhadap masalah keputihan. Kurangnya responden menjadi kurang baik. Dengan sikap yang

kesadaran diri untuk mencari informasi positif ini dapat mempermudah responden untuk

mengenai keputihan dapat menyebabkan menambah informasi mereka tentang keputihan. Jika

sikap responden tersebut masih belum ke arah responden bersikap tidak baik berkenaan dengan

yang positif. keputihan, maka cenderung mempengaruhi ke perilaku

Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk yang tidak baik pula dalam melakukan vulva hygiene.

membentuk sikap positif responden tentang

keputihan adalah dengan memberikan

pendidikan kesehatan berkaitan dengan sikap


15
Hubungan Motivasi terhadap Keputihan (kandidiasis vaginal) oleh wanita pengunjung

pada Remaja Putri SMAS Pertiwi Kota apotik Kota Yogyakarta, berdasarkan hasil

Jambi tahun 2018 penelitian tersebut didapatkan hasil uji

Hasil uji statistik menunjukkan p value = statistik diperoleh nilai p value = 0,000,

0,029 maka dapat disimpulkan bahwa secara berarti terdapat hubungan yang signifikan

statistik pada alpa 5% artinya ada hubungan antara motivasi dengan perilaku

yang signifikan antara motivasi secara parsial swamedikasi

dengan keputihan pada remaja putri di SMAS keputihan (kandidiasis

Pertiwi tahun 2018. vaginal).

Hasil penelitian ini sesuai dengan Motivasi adalah keinginan yang terdapat

penelitian yang dilakukan Widayati (2006) pada diri seseorang individu yang

tentang hubungan motivasi dan pengetahuan mendorongnya untuk melakukan perbuatan -

dengan perilaku swamedikasi keputihan perbuatan, tindakan, dan tingkah laku.

Berdasarkan hal ini dapat diambil kesimpulan

bahwa semakin rendah motivasi remaja putri

maka akan sangat mempengaruhi seorang

remaja putri untuk melakukan vulva hygiene

sehingga akan menyebkan terjadinya

keputihan.

Responden yng memiliki motivasi rendah

pernah mengalami keputihan lebih banyak di

karenakan responden tersebut tidak terdorong

untuk melakukan perawatan vulva sehingga

menimbulkan keputihan. Agar terbentuknya


16
motivasi dalam diri seorang kanker serviks dalam beberapa tahun

remaja putri dapat diperoleh dari kedepan.

sering membaca melalui media Hubungan Keterpaparan Informasi

masa dan mendapatkan informasi terhadap Keputihan pada Remaja Putri

dari orang tua tentang vulva SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun 2018

hygiene dan keputihan. Hasil uji statistik menunjukkan p value =

Peningkatan informasi 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa secara

mengenai keputihan masih sangat statistik pada alpa 5% artinya ada hubungan

penting dilakukan oleh tenaga yang signifikan antara keterpaparan informasi

kesehatan, orang tua, dan pihak secara parsial dengan keputihan pada remaja

sekolah sehingga motivasi remaja putri di SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun

putri dalam merespon dan 2018.

melakukan vulva hygiene akan Hasil penelitian ini sesuai dengan

lebih baik lagi, karena jika penelitian yang dilakukan Badaryati (2012)

keputihan ini dibiarkan saja akan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

menimbulkan penyakit seperti perilaku pencegahan dan penanganan

keputihan patologis pada siswi SLTA atau Di masa kini informasi sangat mempengaruhi tindakan

sederajat di Kota Banjarbaru, berdasarkan yang akan diambil oleh seseorang. Informasi sangat

hasil penelitian tersebut didapatkan hasil uji dibutuhkan oleh semua masyarakat termasuk para remaja.

statistik diperoleh nilai p Value = 0,001 Informasi bisa diperoleh dari berbagai sumber seperti

berarti terdapat hubungan yang signifikan orang tua, guru, tenaga kesehatan, media cetak dan media

antara keterpaparan informasi dengan elektronik.

perilaku pencegahan dan penanganan Dari hasil penelitian menunjukkan banyak responden

keputihan patologis. yang kurang terpapar informasi dan mengalami


17
keputihan. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua terhadap kejadian keputihan (flour albus) pada

remaja putri kurang memiliki keinginan untuk remaja putri di SMA Negeri Calang Kabupaten Aceh

mencari informasi mengenai kesehatan organ Jaya, berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan

reproduksinya. Sehingga mereka tidak hasil uji statistik diperoleh nilai p Value = 0,000 berarti

melakukan vulva hygiene dengan cara yang terdapat hubungan yang signifikan antara peran orang tua

tepat dan dapat menimbulkan keputihan. Jika dengan kejadian keputihan (flour albus).

semakin banyak remaja putri terpapar

informasi mengenai keputihan dan vulva

hygiene, maka semakin besar pula peluang

remaja putri untuk terhindar dari keputihan

yang tidak normal.

Hubungan Peran Orang Tua terhadap

Keputihan pada Remaja Putri SMAS

Pertiwi Kota Jambi tahun 2018

Hasil uji statistik menunjukkan p value =

0,006 maka dapat disimpulkan bahwa secara

statistik pada alpa 5% artinya ada hubungan

yang signifikan antara peran orang tua secara

parsial dengan keputihan remaja putri SMAS

Pertiwi Kota Jambi tahun 2018.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Sadri (2014)

tentang hubungan personal hygiene dan peran


18
Orang tua adalah komponen status kesehatan anak. Diharapkan dengan

keluarga yang terdiri dari ayah, adanya peran orang tua, remaja dapat

ibu dan merupakan hasil dari mengendalikan dirinya agar hidup sehat dan

sebuah ikatan perkawinan yang terhindar dari berbagai penyakit organ

sah dapat membentuk sebuah reproduksi terutama keputihan yang tidak

keluarga. Tugas orang tua adalah normal.

mendidik anaknya sedemikian

rupa sehingga anak – anak dapat Hubungan Vulva hygiene terhadap

bertingkah laku baik, dan mereka Keputihan pada Remaja Putri SMAS

mau membicarakan masalah Pertiwi Kota Jambi tahun 2018

reproduksi. Sikap yang negatif Hasil uji statistik menunjukkan p value =

dari orang tua terhadap masalah 0,051 maka dapat disimpulkan bahwa secara

organ reproduksi mempengaruhi statistik pada alpa 5% artinya ada hubungan

status kesehatan anak. yang signifikan antara vulva hygiene secara

Peran orang tua sangat penting parsial dengan keputihan remaja putri SMAS

bagi remaja agar kesehatannya Pertiwi Kota Jambi tahun 2018.

dapat terjaga terutama kesehatan Hasil penelitian ini sesuai dengan

organ reproduksi. Peran dan penelitian yang dilakukan Irnawati (2017)

dukungan orang tua merupakan tentang hubungan personal hygiene organ

suatu motivasi bagi anaknya reproduksi dengan kejadian keputihan pada

untuk hidup sehat. remaja siswi SMKN 1 Sumber Kecamatan

Peran dan dukungan yang Kabupaten Rembang, berdasarkan hasil

diberikan oleh orang tua kepada penelitian tersebut didapatkan hasil uji

anaknya sangat mempengaruhi statistik diperoleh nilai p value = 0,047


19
berarti terdapat hubungan yang kewanitaan bagian luar. Perilaku yang buruk

signifikan antara personal dalam menjaga kebersihan organ genitalia

hygiene organ reproduksi dengan seperti mencuci dengan air kotor, memakai

kejadian keputihan. pembilas secara berlebihan atau

Vulva hygiene adalah suatu menggunakan sabun mandi, menggunakan

tindakan dalam perawatan organ celana dalam yang tidak

menyerap keringat, jarang mengganti celana remaja putri di SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun 2018.

dalam, dan tidak sering mengganti pembalut Kedua variabel tersebut adalah variabel keterpaparan

pada saat menstruasi maka akan informasi dan vulva hygiene, yang paling besar

menimbulkan keputihan. hubungannya dengan keputihan pada remaja putri adalah

Remaja putri dengan vulva hygiene baik keterpaparan informasi. Bila dilakukan urutan sebagai

rata – rata tidak mengalami keputihan. berikut: keterpaparan informasi Odd Ratio (OR) : 13,403

Perawatan vulva yang baik maka dapat (95 % CI: 0,936-191,861) dengan p = 0,056, vulva

mencegah terjadinya keputihan, selain itu hygiene Odd Ratio (OR) : 1,175 (95 % CI: 0,106-12.997)

juga dapat menghindari penyakit seperti gatal dengan p = 0,895.

– gatal, infeksi jamur dll.

Hubungan antar Variabel dalam Analisis Multivariat

Model Penentu terhadap Keputihan pada Dari uji interaksi, terlihat adanya interaksi antara

Remaja Putri SMAS Pertiwi Kota Jambi keterpaparan informasi dan vulva hygiene (p = 0,001).

tahun 2018 Setelah diuji interaksi menunjukkan adanya interaksi

Dari hasil analisis regresi logistik pada antara keterpaparan informasi dengan keputihan, maka

model keempat atau model akhir (fit model) model penentu dalam keputihan remaja putri adalah

didapat dua variabel yang bermakna secara model yang terdiri dari dua variabel keputihan remaja

statistik hubungannya dengan keputihan pada putri yang disertai adanya interaksi.
20
Dapat disimpulkan bahwa dari diseleksi dengan variabel independen lainnya

keseluruhan proses analisis yang telah tetap mempunyai hubungan yang bermakna

dilakukan terhadap lima secara statistik, dimana Odd Ratio (OR) :

variabel independen yang 13,403 (95 % CI: 0,936-

diduga berhubungan dengan 191,861) dengan p = 0,056, memberikan

keputihan remaja putri ternyata ada satu interpretasi bahwa responden yang

variabel yang secara keterpaparan informasinya kurang terpapar

signifikan berhubungan dengan mempunyai kecenderungan 13,403 kali untuk

keputihan pada remaja putri di SMAS Pertiwi mengalami keputihan, setelah diseleksi

Kota Jambi tahun 2018, yaitu variabel dengan variabel vulva hygiene, artinya dalam

keterpaparan informasi. Variabel penelitian ini variabel keterpaparan bersama-

keterpaparan informasi setelah dilakukan sama (simultan) dengan variabel vulva

analisis multivariat dan setelah hygiene mempengaruhi keputihan pada

remaja putri SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun

2018

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa hubungan

yang telah dilakukan pada responden maka

dapat ditarik kesimpulan yang merupakan

jawaban atas pertanyaan tujuan penelitian

yaitu terdapat variabel keterpaparan informasi


21
secara simultan dengan variabel signifikan antara keterpaparan informasi

vulva hygiene mempengaruhi secara parsial (p value = 0,000) dengan

keputihan pada remaja putri di keputihan pada remaja putri di SMAS Pertiwi

SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun Kota Jambi tahun 2018, ada hubungan yang

2018, ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua secara

signifikan antara sikap secara parsial (p value

parsial (p value = 0,001) dengan = 0,006) dengan keputihan pada remaja putri

keputihan pada remaja putri di di SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun 2018, ada

SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun hubungan yang signifikan antara vulva

2018, ada hubungan yang hygiene secara parsial (p value = 0,001)

signifikan antara motivasi secara dengan keputihan pada remaja putri di SMAS

parsial (p value = 0,029) dengan Pertiwi Kota Jambi tahun 2018, ada variabel

keputihan pada remaja putri di yang paling dominan yaitu keterpaparan

SMAS Pertiwi Kota Jambi tahun informasi dengan OR: 13,403 nilai p value

2018, ada hubungan yang = 0,056 yang berhubungan

dengan keputihan pada remaja putri di SMAS Secara Praktis

Pertiwi Kota Jambi tahun 2018. Kepada Kepala Sekolah SMAS Pertiwi Kota

Jambi

Saran
Mengetahui pentingnya faktor - faktor yang
Secara Teoritis
berhubungan dengan keputihan remaja putri sehingga

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dapat dijadikan dasar dalam menyusun kebijakan yang

serta sebagai penambah literatur khususnya berorientasi dalam meningkatkan mutu pendidikan,

tentang keputihan pada remaja putri sehingga dapat menjual jasa pendidikannya secara

22
optimal dan menjadikan SMAS Pertiwi Kota 2. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian, suatu

Jambi sebagai Sekolah Percontohan pendekatan praktik. (Cetakan ketigabelas).

Kepada Siswi SMAS Pertiwi Kota Jambi Jakarta: Rineka Cipta

Mengetahui pentingnya penyebab dan 3. Ayuningtyas, D.N. (2011). Hubungan antara

bahaya keputihan pada remaja pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan

putri sehingga mereka dapat genitalia eksterna dengan kejadian keputihan

lebih berupaya untuk meningkatkan kualitas pada siswi SMA Negeri 4. Semarang: Universitas

kesehatan, terlebih Diponegoro. Diakses 5 Januari 2018

kesehatan reproduksi 4. Badaryati, E. (2012). Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku pencegahan dan

Kepada Peneliti Selanjutnya penanganan keputihan patologis pada siswi

Agar dapat melakukan penelitian kembali SLTA atau sederajat di kota

mengenai keputihan dengan mengangkat

variabel yang berbeda dan lingkungan yang

berbeda pula, karena penelitian seperti ini

dapat menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan yang nyata di bidang ilmu

kesehatan reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-ghifari, A. (2004). Gelombang

kejahatan seks remaja modern.

Bandung: Mujahid

23
Banjarbaru. Depok: kejadian keputihan. Jambi

Universitas Indonesia. 10. Depkes, RI. (2003). Materi pelatihan

Diakses 5 Januari 2018 pelayanan kesehatan peduli remaja.

5. Bayani, S.A. (2010). Peran Jakarta: Direktorat Kesga

keluarga dan 11. Handayani, H. (2011). Hubungan

masyarakat demi pengetahuan, sikap, dan perilaku

kelangsungan remaja putri tentang kebersihan

pendidikan anak bangsa. organ genitalia eksterna di

Jakarta Madrasah tsanawiyah

6. BKKBN. (2011). Kajian pembangunan. Jakarta: Universitas

profil penduduk remaja islam negeri syarif hidayatullah.

(10-24 tahun). Jakarta. Diakses 6 januari 2018

Diakses 3 Januari 2018 12. Irnawati, Y. (2017). Hubungan personal

7. Budiman. (2011). Penelitian hygiene organ reproduksi dengan

kesehatan. (Cetakan kejadian keputihan pada remaja

kesatu). Bandung: Refika siswi SMKN 1 Sumber Kecamatan

Aditama Kabupaten Rembang. Magelang:

8. Danarjati, D.P, Murtiadi, A, Ekawati, Universitas Muhammadiah

A.R. (2013). Pengantar Magelang. Diakses 19 Juli 2018

psikologi umum. 13. Kleinbaum, D.G. (2010). Logistic

Yogyakarta: Graha Ilmu Regression A self Learning Text

Second Edition, Springer. New York


9. Dinas Kesehatan Kota
14. Kursani, E. (2013). Faktor – faktor yang
Jambi. (2018). Angka
mempengaruhi terjadinya flour
24
albus (keputihan) pada

remaja putri di SMA

PGRI. Pekanbaru :

STIKES Hang Tuah

Pekanbaru. Diakses 10

Januari 2018

15. Kusmiran, E. (2012).

Kesehatan reproduksi

remaja dan wanita.

(Cetakan kedua). Jakarta:

Salemba Medika

16. Notoatmodjo, S. (2005).

Promosi kesehatan teori

dan aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta

25
17. Notoatmodjo, S. (2005). Metode penelitian

kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

18. Notoatmodjo, S. (2013). Promosi kesehatan

dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

19. Nugraha. (2005). Pendidikan seks untuk anak

dalam islam. Jakarta

20. Pratiknya, A.W. (2010). Dasar-dasar

metodologi penelitian kedokteran dan

kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers

21. Rifa, N. (2012). Perbedaan tingkat

pengetahuan remaja putri tentang vulva

hygiene sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan di SMA Negeri 9. Semarang:

Universitas Muhamaddiah Semarang.

Diakses 4 Januari 2018

22. Rohmah, I. (2007). Hubungan karakteristik

dan tingkat pengetahuan remaja

perempuan tentang kesehatan reproduksi

dengan perawatan vulva di SMA Negeri 1

Karangrejo Kabupaten Tulungagung.

Semarang: Universitas Muhamaddiah

Semarang. Diakses 6 Januari 2018

23. Sadri. (2014). Hubungan personal hygiene

dan peran orang tua terhadap kejadian

keputihan (flour albus) pada remaja putri

di SMA Negeri Calang kabupaten Aceh

Jaya. Meulaboh: Universitas Teuku Umar

24. SMAS Pertiwi. (2018). Data siswi per kelas.

Jambi

25. Sugiyono. (2013). Metode penelitian

pendidikan, pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta


26. Wijayanti. (2009). Fakta penting seputar

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEPUTIHAN

Pokok Bahasan : Fluor Albus ( Keputihan )

Sub pokok bahasan : Gejala dan Penyebab Keputihan

Sasaran : Remaja

Waktu : 30 menit

Tempat : RumahNy.P”

Hari dan Tanggal : Senin,0 januari2021

Penyuluhan : Mahasiswa Profesi Ners

1. Tujuan

a. Tujuan umum

Agar masyarakat mengetahui lebih luas tentang keputihan

 b. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit di harapkan masyarakat dapat mengerti

tentang:

 Memahami tentang pengertian keputihan

 Jenis jenis keputihan

 Dapat mengenal gejala keputihan

 Dapat mengerti kecurigaan terhadap gejala keputihan

 Memahami akibat keputihan

 Memahami cara mencegah keputihan

2. Materi

a. Pengertian keputihan

b. Klasifikasi keputihan
c. Gejala-gejala keputihan

d. Penyebab keputihan

e. Akibat dari keputihan

f. Cara mengatasi keputihan

3. Media

a. Liflet

b. Lembar Balik 
 No Tahapan / proses Kegiatan penyuluhan Waktu

1. Pembukaan :

Salam Mengucapkan salam

Perkenalan
4. Kegiatan Penyuluhan
Memperkenalkan diri 5 Menit

Menyampaikan tujuan
Tujuan
menjelaskanpersetujuan
Kontak waktu dan strategi waktu dan strategi
 penyuluhan  penyuluhan

2. Materi :

Pengertian keputihan Menjelaskan materi yang


Klasifikasi keputihan Gejala-gejala keputihan Penyebab Keputiha
terkait dengan pembahasan
Akibat dari keputihan Memberi penjelasan ulang10 Menit

Memotivasi peserta untuk


 bertanya
Menyimpulkan jawaban

3. Penutup:
Evaluasi

a. Prosedur : Post test lisan

 b. Bentuk soal : Essay

c. Jumlah : 3 Essay

1) Apa pengertian dari keputihan ?

2) Sebutkan penyebab dari keputihan minimal 5! 3)

Apa saja gejala-gejala dari keputihan ?

Jawaban :

1) Keputihan adalah cairan atau sekret kental yang keluar dari vagina. 2) Penyebab

keputihan diantaranya yaitu:

a. Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis

 b. Membilas vagina dari arah yang salah. Yaitu dari arah anus ke arah depan vagina

c. Kurang menjaga kebersihan vagina

d. Kelelahan yang amat sangat

e. Stress

3) Gejala- gejala dari keputihan seperti Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih

kelabu dari saluran vagina dan pada penderita tertentu dapat disertai rasa gatal.
f. Penatalaksanaan dan Cara Mencegah Keputihan

a) Penatalaksaan keputihan

Penatalaksanaan leukorea atau keputihan tergantung dari

penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan

obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan

proses infeksi sesuai dengan

 penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi

keputihan

 biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi

candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan

parasit.
 b) Keputihan dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:

 Menjaga alat kelamin tetap bersih dan kering.

 Menghindari pakaian ketat.

 Sering mengganti pembalut saat datang haid.

 Menghindari douche (mencuci/membilas) vagina

dengan larutan antiseptik.

 Mencuci alat kelamin bagian luar dengan air bersih.

 Menjaga kebersihan daerah alat kelamin.

 Membilas alat kelamin dengan cara yang benar.

 Jangan suka tukar-tukaran celana dalam menggunakan celana

dalam

 bersama dengan teman wanita lainnya.

 Jangan menggunakan handuk bersamaan ( suka tukar-

tukaran handuk ).

 Lebih berhati –  hati dalam menggunakan sarana toilet

umum.

 Jalani Pola hidup sehat, cukup tidur, olah raga teratur, makan

makanan dengan gizi yang seimbang.

 Hindari gonta ganti pasangan dalam berhubungan.

 Bagi wanita yang sudah melakukan hubungan suami isteri,

setiap tahun harus melakukan papsmear untuk mendeteksi

perangai sel-sel yang ada di mulut dan leher rahim

Anda mungkin juga menyukai