Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan uterus abnormal adalah salah satu alasan paling umum bagi
perempuan untuk mencari perawatan. Sekitar setengah dari wanita dengan
perdarahan uterus abnormal berada pada usia reproduksi. Hal ini adalah masalah
baik medis maupun sosial.1,2
Perdarahan uterus abnormal adalah penyebab anemia defisiensi besi paling
umum di negara maju dan penyebab paling umum bagi penyakit kronis di negara
berkembang. Prevalensi perdarahan uterus abnormal dalam kelompok usia
reproduksi berkisar antara 9% sampai 30%.1,2
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal
jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak,
sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan.1,2
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), terdapat 9 kategori utama pendarahan uterus abnormal yang disusun
sesuai dengan akronim PALM COEIN yakni polip, adenomiosis, leiomioma,
malignancy dan hiperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial,
iatrogenik, dan not yet classified. Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis
eksklusi. Riwayat menstruasi dan pemeriksaan fisik digunakan sebagai evaluasi
pertama. Tes laboratorium, pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat juga
diindikasikan.1,2
Penanganan dari Perdarahan uterus abnormal sesuai dengan etiologi yang
mendasari terjadinya gangguan ini. Diperlukan penanganan yang komperehensif
untuk mencegah perburukan dari pasien dengan perdarahan uterus abnormal.5,6

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal
jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak,
sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan. Terminologi menoragia
saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding
(HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor
koagulopati, gangguan hemostasis lokal endometrium dan gangguan ovulasi
merupakan kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus
disfungsional (PUD).7
1. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahanhaid
yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk
mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat
terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.7
2. Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk
perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi
ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang cepat dibandingkan
dengan PUA akut.7
3. Perdarahan tengan (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan haid
yang terjadi di antara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi
kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus.
Istilah ini ditujukan untuk menggantikan terminologi metroragia.7

PUA

PUA Akut PUA Kronik


Gambar 1. Pembagian PUA7

2.2 Epidemiologi

2
Perdarahan uterus abnormal adalah salah satu alasan paling umum bagi
perempuan untuk mencari perawatan. Sekitar setengah dari wanita dengan
perdarahan uterus abnormal berada pada usia reproduksi. Hal ini adalah masalah
baik medis maupun sosial. Selain itu, perdarahan uterus abnormal adalah
penyebab anemia defisiensi besi paling umum di negara maju dan penyebab
paling umum bagi penyakit kronis di negara berkembang. Prevalensi perdarahan
uterus abnormal dalam kelompok usia reproduksi berkisar antara 9% sampai 30%.
Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis eksklusi. Riwayat menstruasi dan
pemeriksaan fisik digunakan sebagai evaluasi pertama. Tes laboratorium,
pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat juga diindikasikan.1,2

2.3 Etiopatogenesis
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO),
terdapat 9 kategori utama disusun sesuai dengan akronim PALM COEIN, yakni
polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy dan hiperplasia, coagulopathy,
ovulatory dysfunction, endometrial, iatrogenik, dan not yet classified.1,2
Kelompok PALM merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan
berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok COEIN
merupakan kelainan non strruktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi tersebut disusun berdasarkan
pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu atau lebih faktor
penyebab PUA. 1,2

Klasifikasi PUA
(FIGO)

3
PALM COEIN

A. Polip E. Coagulopathy

B. Adenomiosis F. Ovulatory dysfunction

C. Leiomioma G. Endometrial

D. Malignancy and H. Iatrogenik


hyperplasia
I. Not yet classified

Gambar 2. Klasifikasi PUA7

a) Polip (PUA-P)
Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik bertangkai
maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan kelenjar
endometrium dan dilapisi oleh epitel endometrium. Polip biasanya bersifat
asimptomatik, tetapi dapat pula menyebabkan PUA. Lesi umumnya jinak, namun
sebagian kecil atipik atau ganas. Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan USG dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa hasil histopatologi.
Histopatologi pertumbuhan eksesif lokal dari kelenjar dan stroma endometrium
yang memiliki vaskularisasi dan dilapisi oleh epitel endometrium. 1,2
b) Adenomiosis (PUA-A)
Adenomiosis ditandai dengan pembesaran rahim yang disebabkan oleh sisa
ektopik dari endometrium -baik kelenjar maupun stroma- yang terletak dalam di
miometrium. Sisa ini dapat tersebar di seluruh miometrium -adenomiosis difusa,
atau mungkin membentuk nodul fokal yang berbatas tegas -adenomiosis fokal.3
Gejala yang sering ditimbulkan yakni nyeri haid, nyeri saat snggama, nyeri
menjelang atau sesudah haid, nyeri saat buang air besar, atau nyeri pelvik kronik.

4
Gejala nyeri tersebut diatas dapat disertai dengan perdarahan uterus abnormal.
Kriteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalaman jaringan endometrium
pada hasil histopatologi. Adenomiosis dimasukkan ke dalam sistem klasifikasi
berdasarkan pemeriksaan MRI dan USG. Mengingat terbatasnya fasilitas MRI,
pemeriksaan USG cukup untuk mendiagnosis adenomiosis. Dimana hasil USG
menunjukkan jaringan endometrium heterotopik pada miometrium dan sebagian
berhubungan dengan adanya hipertrofi miometrium. Hasil histopatologi
menunjukkan dijumpainya kelenjar dan stroma endometrium ektopik pada
jaringan miometrium. 2,3
c) Leiomioma (PUA-L)
Leiomioma adalah neoplasma jinak otot polos yang biasanya berasal dari
miometrium. Leiomioma sering disebut sebagai mioma uteri, dan karena
kandungan kolagennya yang menyebabkan konsistensinya menjadi fibrous,
leiomioma sering keliru disebut sebagai fibroid. Insiden di kalangan perempuan
umumnya antara 20 hingga 25 persen, tapi telah terbukti setinggi 70 sampai 80
persen dalam studi menggunakan histologis atau pemeriksaan sonografi. Selain
itu, insiden bervariasi tergantung pada usia dan ras.3
Secara kasar, leiomioma berbentuk bulat, putih seperti mutiara, berbatas tegas,
seperti karet. Uterus dengan leiomioma biasanya memiliki 6-7 tumor dengan
ukuran yang bervariasi. Leiomioma memiliki otonomi yang berbeda dari
miometrium di sekitarnya karena lapisan jaringan ikat luarnya tipis. Hal ini
memungkinkan leiomioma untuk dapat dengan mudah "dikupas" dari uterus
selama operasi. Secara histologis, leiomioma memiliki sel-sel otot polos
memanjang yang tersusun dalam bundel. Aktivitas mitosis jarang terjadi pada
leiomioma dan merupakan kunci perbedaan dengan leiomiosarkoma.3
Gejala yang ditimbulkan berupa perdarahan uterus abnormal, penekanan
terhadap organ sekitar uterus, atau benjolan dinding abdomen. Mioma uteri
umumnya tidak memberikan gejala dan biasanya bukan penyebab tunggal PUA.
Pertimbangan dalam membuat sistem klasifikasi mioma uteri yakni hubungan
mioma uteri denga endometrium dan serosa lokasi, ukuran, serta jumlkah mioma
uteri. 2,3
Berikut adalah klasifikasi mioma uteri :
a. Primer : ada atau tidaknya satu atau lebih mioma uteri

5
b. Sekunder : membedakan mioma uteri yang melibatkan endometrium
(mioma uteri submukosum) dengan jenis mioma uteri lainnya.
c. Tersier : Klasifikasi untuk mioma uteri submukosum, intramural dan
subserosum.
d) Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
Pertumbuhan hiperplastik atau pertumbuhan ganas dari lapisan endometrium
Gejala berupa Perdarahan uterus abnormal. Meskipun jarang ditemukan, namun
hiperplasia atipik dan keganasan merupakan penyebab penting PUA. Klasifikasi
keganasan dan hiperplasia menggunakan sistem klasifikasi FIGO dan WHO.
Diagnostik pasti ditegakkan berdarkan pemeriksaan histopatologi.1,2
e) Coagulopathy (PUA-C)
Gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap perdarahan uterus.
Gejalanya berupa perdarahan uterus abnormal. Terminologi koagulopati
digunakan untuk kelainan hemostatis sistemik yang terkait dengan PUA. Tiga
belas persen perempuan dengan perdarahan haid banyak memiliki kelainan
hemostatis sistemik, dan yang paling sering ditemukan adalah penyakit von
Willebrand. 1,2
f) Ovulatory dysfunction (PUA-O)
Kegagalan ovulasi yang menyebabkan terjadinya perdarahan uterus.
Gejalanya berupa perdarahan uterus abnormal. Gangguan ovulasi merupakan
salah satu penyebab PUA dengan manifestasi perdarahan yang sulit diramalkan
dan jumlah darah yang bervariasi. Dahulu termasuk dalam kriteria Perdarahan
uterus disfungsional (PUD). Gejala bervariasi mulai dari amenorea, perdarahan
ringan dan jarang, hingga perdarahan haid banyak. Gangguan ovulasi dapat
disebabkan oleh sindrom ovarioum polikistik, hiperprolaktenemia, hipotiroid,
obesitas, penurunan berat badan, anoreksia atau olahraga berat yang berlebihan. 1,2
g) Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis
seperti penggunaan estrogen, progestin, AKDR. Perdarahan haid diluar jadwal
yang terjadi akibat penggunaan estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah
perdarahan sela atau breakthrough bleeding. Perdarahan sela terjadi karena
rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang disebabkan oleh sebagai
berikut :
o Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi

6
o Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
o Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna
anti koagulan ( warfarin, heparin, dan low molecular weight
heparin) dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C. 1,2
h) Not yet classified (PUA-N)
Kategori not yet classified dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
dimasukkan dalam klasifikasi. Kelainan yang termasuk dalam kelompok ini
adalah endometritis kronik atau malformasi arteri-vena. Kelainan tersebut masih
belum jelas kaitannya dengan kejadian PUA.1,2

2.4 Penulisan
Kemungkinan penyebab PUA pada individu bisa lebih dari satu karena itu dibuat
sistem penulisan.7
 Angka 0 : tidak ada kelainan pada pasien;
 Angka 1 : terdapat kelainan pada pasien;
 Tanda tanya (?) : belum dilakukan penelitian.
Sistem penulisan pada pasien yang mengalami PUA karena gangguan ovulasi
dan mioma uteri submukosum adalah PUA P0 A0 L1(SM) M0 - C0 O1 E0 I0 N0. Pada
praktek sehari-hari gangguan di atas dapat ditulis PUA L(SM); O.7

Tabel 1. Sistem Penulisan Klasifikasi Mioma Uteri7

0 Intrakavum yang bertangkai


SM -
1 < 50% intramural
Submukosum
2 lebih dari sama dengan 50% intramural

3 100% intramural; mencapai endometrium

4 Intramural

5 Subserosum lebih dari sama dengan 50%


O - Other
6 Subserosum <50%

7 Subserosum yang bertangkai

8 Lain-lain

7
2.5 Diagnosis
Penegakan diagnosis didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang

1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya kelainan uterus,
faktor risiko kelainan tiroid, penambahan dan penurunan berat badan yang
drastis, serta riwayat kelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya.
Perlu ditanyakan siklus haid sebelumnya serta waktu mulai
terjadinya perdarahan uterus abnormal. Pada perempuan pengguna
pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat kepatuhan dan obat-obat lain yang
diperkirakan menggangu koagulasi.4

2. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik. Pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis
dan tidak berhubungan dengan kehamilan. Pemeriksaan IMT, tanda-tanda
hiperandrogen, pembesaran kelenjar tiroid atau manifestsi
hipotiroid/hipertiroid, galaktorea, gangguan lapang pandang (adenoma
hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.4
Awalnya, lokasi perdarahan uterus harus dikonfirmasi karena perdarahan
juga dapat berasal dari saluran reproduksi yang letaknya lebih rendah,
sistem pencernaan, atau saluran kemih. Hal ini lebih sulit dilakukan jika
tidak ada perdarahan aktif. Dalam situasi ini, urinalisis atau evaluasi
guaiac feses mungkin membantu pemeriksaan fisik.4
Tabel 2. Temuan Klinis yang Berhubungan dengan Perdarahan Uterus Abnormal4

Temuan Etiologi Perdarahan


Obesitas Perdarahan anovulatori
Hiperplasia endometrium
Kanker endometrium
Tanda dari Sindrom Ovarium Perdarahan anovulatori
Polisiklik : Hiperplasia endometrium

8
Jerawat Kanker endometrium
Hirsutisme
Obesitas
Akantosis nigrikans
Tanda-tanda hipotiroid : Perdarahan anovulatory
Gondok
Peningkatan berat badan
Tanda-tanda hipertiroid: Tidak terklasifikasi
Eksoftalmos
Penurunan berat badan
Memar, perdarahan gusi Koagulopati
Tanda-tanda hiperprolaktemia : Perdarahan anovulatory
Galaktorhea
Hemianopsia bilateral
Septum vagina longitudinal Pelepasan episodik dari mens
yang terperangkap
Servisitis Endometritis
Tanda-tanda kehamilan : Aborsi
Serviks yang kebiruan Kehamilan ektopik
Pelembutan isthmic Penyakit trofoblastik gestasional
Uterus yang membesar
Masa endoserviks Prolaps leiomioma atau sarkoma
uterus
Kanker serviks
Polip endoserviks
Massa ektoserviks Ektropion
Kanker serviks
Pembesaran uterus Kehamilan
Leiomioma
Adenomiosis
Hematometra
Kanker endometrium
Sarkoma uterus
Massa adneksa Kehamilan ektopik

9
Kanker tuba fallopi
Hormone-producing

3. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan. Teliti untuk
kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium atau
keganasan.4
4. Penilaian ovulasi
Siklus haid yang berovulasi sekitar 22-35 hari. Jenis perdarahan PUA-O
bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea. Konfirmasi ovulasi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase lutela mayda atau
USG transvaginal bila diperlukan.4
5. Penilaian endometrium
Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua
pasien PUA
Pengambilan sample endometrium hanya dilakukan pada :
 Perempuan umur > 45 tahun
 Terdapat faktor risiko genetik
 USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium
kompleks yang merupakan faktor risiko hiperplasia atipik
atau kanker endometrium
 Terdapat faktor risiko diabetes melitus, hipertensi, obesitas,
nulipara
 Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis
colorectar cancer memiliki risiko kanker endometrium
sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-
50 tahun.
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahna uterus
abnormal yang menetap (tidak respon terhadap pengobatan)
Beberapa teknik pengambilan sample endometrium seperti D & K dan
biopsi endometrium dapat dilakukan.4
6. Penilaian kavum uteri
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau
mioma uteri submukosum. USG transvaginal merupakan alat penapis yang

10
tepat dan harus dilakukan pada pemeriksaan awal PUA. Bila dicurigai
terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan
untuk melakukan SIS atau histeroskopi. Keuntungan dalam penggunaan
histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan.4
7. Penilaian miometrium
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau
adenomiosis. Miometrium dinilai menggunakan USG (transvagina,
transrektal dan abdominal), SIS, histeroskopi atau MRI. Pemeriksaan
adenomiosis menggunakan MRI lebih ungguk dibandingkan USG
transvaginal.4
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes β-Human Chorionic Gonadotropin dan Hematologik
Keguguran, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa dapat menyebabkan
perdarahan yang mengancam nyawa. Komplikasi dari kehamilan dapat
secara cepat dieksklusi dengan penentuan kadar subunit beta human
chorionic gonadotropin (β-hCG) dari urin atau serum.4
Sebagai tambahan, pada wanita dengan perdarahan uterus abnormal,
complete blood count dapat mengidentifikasi anemia dan derajat
kehilangan darah. Diperlukan juga skrining untuk gangguan koagulasi jika
sebab yang jelas tidak dapat ditemukan. Yang termasuk adalah complete
blood count dengan platelet count, partial thromboplastin time, dan
prothrombin time dan mungkin juga memeriksa tes spesial untuk penyakit
von Willebrand.4
b. Pemeriksaan “Wet Prep” dan Kultur Serviks
Pemeriksaan mikroskopik dari sekresi serviks diperlukan jika perdarahan
dicurigai karena servisitis yang akan memperlihatkan gambaran sel darah
merah dan neutrofil. Servisitis sekunder karena herpes simplex virus
(HSV) juga dapat menyebabkan perdarahan dan diindikasikan untuk
melakukan kultur secara langsung. Trikomoniasis juga dapat menyebabkan
servisitis dan ektoserviks yang rapuh.4
c. Pemeriksaan Sitologi
Kanker serviks dan kanker endometrium dapat menyebabkan perdarahan
yang abnormal dan dapat sering ditemukan dengan skrining Pap smear.4
d. Biopsi Endometrium

11
Pada wanita dengan perdarahan abnormal, evaluasi histologi endometrium
mungkin mengidentifikasikan lesi infeksi atau neoplastik seperti
hiperplasia endometrium atau kanker. Terdapat perdarahan abnormal pada
80 sampai 90 persen wanita dengan kanker endometrium.4
9. Histeroskopi

Prosedur ini menggunakan endoskop optik dengan diameter 3 sampai 5


mm ke dalam kavitas endometrium. Kemudian kavitas uterus diregangkan
dengan menggunakan larutan salin. Keuntungan utama menggunakan
histeroskopi adalah untuk mendeteksi lesi intrakavitas seperti leiomioma
dan polip yang mungkin terlewati jika menggunakan sonografi atau
endometrial sampling. Walaupun akurat untuk mendeteksi kanker
endometrium, namun histeroskopi kurang akurat untuk mendeteksi
hiperplasia endometrium.4

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Hitung darah lengkap dianjurkan jika ada riwayat perdarahan. Kehamilan
dieksklusi melalui serum β-hCG. Thyrotropin diukur hanya jika ada gejalaatau
temuan yang sugestif ke penyakit tiroid.Pengujian untuk gangguan koagulasi
harus dipertimbangkan pada wanita yang memiliki riwayat perdarahan berat yang
dimulai dari menarche, riwayat perdarahan postpartum atau perdarahan saat
ekstraksi gigi, bukti masalah perdarahan lainnya, atau riwayat keluarga cenderung
mengarah ke gangguan koagulasi. Tidak ada bukti bahwa pengukuran
gonadotropin serum, estradiol, atau kadar progesteron membantu dalam
pengelolaan AUB.5

1. Ultrasound
Transvaginal sonografi memungkinkan evaluasi dari kelainan anatomi
uterus dan endometrium.Selain itu, patologi dari miometrium, serviks,
tuba, dan ovarium juga dapat dievaluasi. Modalitas investigasi ini dapat
membantu dalam diagnosis polip endometrium, adenomiosis, leiomioma,

12
anomali uterus, danpenebalan endometrium yang berhubungan dengan
hiperplasia dan keganasan.5
2. Saline Infusion Sonohysterography
Saline infusion sonohysterography menggunakan 5 sampai 15 mL larutan
saline yang dimasukkan ke dalam rongga rahim selama sonografi
transvaginal dan mengimprovisasi diagnosis patologi intrauterin. Terutama
dalam kasus polip dan fibroid uterus, SIS memungkinkan pemeriksa
untukmembedakan lokasi dan hubungannya dengan kavitas uterus.SIS
juga dapat menurunkan kebutuhanMRI dalam diagnosis dan manajemen
dari anomali uterus.5
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI jarang digunakan untuk menilai endometrium pada pasien yang
memiliki perdarahan uterus abnormal. MRI mungkin membantu untuk
memetakan lokasi yang tepat dari fibroid dalam perencanaan operasi dan
sebelum terapi embolisasi untuk fibroid. Hal ini juga mungkin berguna
dalam menilai endometrium ketika USG transvaginal atautidak dapat
dilakukan.5
4. Histeroskopi
Evaluasi histeroskopi untuk perdarahan uterus abnormal adalah pilihan
yang menyediakan visualisasi langsung dari patologi kavitas dan
memfasilitasi biopsi langsung. Histeroskopi dapat dilakukan dalam
suasana praktek swasta dengan atau tanpa anestesi ringan atau di ruang
operasi dengan anestesi regional atau umum. Risiko dari histeroskopi
termasuk perforasi rahim, infeksi, luka serviks, dan kelebihan cairan.5

5. Biopsi Endometrium

13
Biopsi endometrium biasanya dapat dilakukan dengan mudah pada wanita
premenopause dengan persalinan pervaginam sebelumnya. Biopsi lebih
sulit dilakukan pada wanita dengan riwayat persalinan sesar sebelumnya,
wanita yang nulipara, atau yang telah memiliki operasi serviks
sebelumnya. Biopsi endometrium dapat mendeteksi lebih dari 90% dari
kanker. Patologi dari endometrium dapat mendiagnosa kanker
endometrium atau menentukan kemungkinan kanker.5

Gambar 3. Panduan Investigasi Evaluasi Uterus.7

2.7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non-Bedah

14
Setelah keganasan dan patologi panggul yang signifikan telah
dikesampingkan, pengobatan medis harus dipertimbangkan sebagai pilihan
terapi lini pertama untuk perdarahan uterus abnormal. Target pengobatan
untuk kondisi medis yang mendasari yang dapat mempengaruhi siklus
menstruasi, seperti hipotiroidisme, harus dimulai sebelum penambahan
obat lainnya. Wanita yang ditemukan anemia karena perdarahan uterus
abnormal harus segera diberikan suplementasi besi.5
Perdarahan menstruasi yang berat dan teratur dapat diatasi dengan
pilihan pengobatan hormonal dan non-hormonal. Perawatan non-hormonal
seperti obat antiinflamasi non-steroid dan antifibrinolitik dikonsumsi
selama menstruasi untuk mengurangi kehilangan darah, dan pengobatan
ini efektif terutama saat perdarahan menstruasi yang berat ketika waktu
perdarahan dapat diprediksi.5
Perdarahan yang tidak teratur atau berkepanjangan paling efektif
diobati dengan pilihan terapi hormonal yang mengatur siklus menstruasi,
karena mengurangi kemungkinan perdarahan menstruasi dan episode
perdarahan berat. Progestin siklik, kontrasepsi hormonal kombinasi, dan
levonorgesterel-releasing intrauterine system adalah contoh pilihan yang
efektif dalam kelompok ini. Terapi medis juga berguna pada beberapa
kasus untuk mengurangi kerugian menstruasi yang berhubungan dengan
fibroid atau adenomiosis.5
Tabel 3. Pilihan Tatalaksana Medis yang Efektif untuk Perdarahan Uterus Abnormal5

Non-hormonal Obat Antiinflamasi Non-Steroid


Antifibrinolitik
Hormonal Kontrasepsi hormonal kombinasi
Levonorgestrel-releasing intrauterine system
Progestin oral
Depot-medroxyprogesterone acetate
Danazol
GnRH-agonist

15
2. Penatalaksanaan Bedah
Peran pembedahan dalam penatalaksanaan perdarahan uterus abnormal
membutuhkan evaluasi yang teliti dari patologi yang mendasari serta
faktor pasien.5
Indikasi pembedahan pada wanita dengan perdarahan uterus abnormal
adalah: 5
a. Gagal merespon tatalaksana non-bedah
b. Ketidakmampuan untuk menggunakan terapi non-bedah (efek
samping, kontraindikasi)
c. Anemia yang signifikan
d. Dampak pada kualitas hidup
e. Patologi uterus lainnya (fibroid uterus yang besar, hiperplasia
endometrium)
Pilihan tatalaksana bedah untuk perdarahan uterus abnormal
tergantung pada beberapa faktor termasuk ekspektasi pasien dan patologi
uterus. Pilihan bedahnya adalah : 5
a. Dilatasi dan kuretase uterus
b. Hysteroscopic Polypectomy
c. Ablasi endometrium
d. Miomektomi
e. Histerektomi
3. Penanganan Leiomioma Uteri (PUA-L).7
1. Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG;
2. Tanyakan pada pasien apakah menginginkan kehamilan;
3. Histeroskopi reseksi mioma uteri submukosum dilakukan terutama bila
pasien menginginkan kehamilan (Rekomendasi B).
a. Pilihan pertama untuk mioma uteri submukosum berukuran < 4 cm,
b. Pilihan kedua untuk mioma uteri submukosum derajat 0 atau 1
(Rekomendasi B),
c. Pilihan ketiga untuk mioma uteri submukosum derajat 2
(Rekomendasi C).

16
4. Bila terdapat mioma uteri intra mural atau subserosum dapat dilakukan
penanganan sesuai PUA-E / O) (Rekomendasi C). Pembedahan
dilakukan bila respon pengobatan tidak cocok;
5. Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat dilakukan pengobatan
untuk mengurangi perdarahan dan memperbaiki anemia (Rekomendasi
B).
6. Bila respon pengobatan tidak cocok dapat dilakukan pembedahan.
Embolisasi arteri uterina merupakan alternatif tindakan pembedahan
(Rekomendasi A).

Gambar 4. Penanganan Leiomioma Uteri.7


BAB III
LAPORAN KASUS

17
3.1 IDENTITAS
Nama : NKR
No CM : 536818
Umur : 44 tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Br Blahpane Kelod Gianyar
MRS : 13 Agustus 2015

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluar darah pervaginam
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IRD Kebidanan (13 Agustus 2015) rujukan dari Sp.OG dengan
keluhan keluar darah pervaginam sejak 2 hari yang lalu. Darah keluar dalam
jumlah banyak dan terdapat gumpalan, pasien mengganti pembalut sekitar 5-8
kali. Pasien mengeluh nyeri perut yang menyerupai menstruasi. Makan dan
minum normal, BAK dan BAB normal. Keluhan lain tidak ada.

Pada pemeriksaan tanggal 20 Agustus 2015, pasien mengatakan pendarahan


sedikit berupa gumpalan darah, mengganti pembalut 1 kali, Makan dan minum
normal, pusing (-), mobilisasi (+). Keluhan lain tidak ada.

Riwayat Obstetri dan Ginekologi


HPHT : 2014 (1 tahun yang lalu)
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari teratur
Lamanya haid : 7 hari

18
Pasien sudah menikah selama 22 tahun, ini merupakan pernikahan pertama.
Pasien pernah memakai alat kontrasepsi yaitu KB IUD selama 6 tahun.
Anak I : 1994, Aterm, Spontan, Lahir di Bidan, Perempuan, Normal
Anak II : 2000, Aterm, Spontan, Lahir di Bidan, Laki laki, Normal

Riwayat Penyakit dan Pengobatan Dahulu


Diketahui tumor kandungan sejak 8 tahun yang lalu, berobat ke alternatif.
Gangguan penurunan pengelihatan sejak 3 tahun yang lalu.. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan tidak ada mengkonsumsi obat anti hipertensi. Riwayat
penggunaan obat antikoagulan, obat hormonal disangkal. Riwayat penurunan
berat badan yang drastic disangkal. Riwayat penyakit seperti DM, tiroid, penyakit
jantung, dan asma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga yakni ayah menderita hipertensi. Riwayat penyakit dalam
keluarga yang lain seperti pendarahan, DM, penyakit jantung, dan asma disangkal.

Riwayat Sosial
Pasien mengatakan tidak bekerja. Pasien tidak pernah merokok dan minum
alkohol.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


(20 Agustus 2015, Pukul 10.00 WITA)
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 110/70 mmHg
Nadi 80x / menit
Napas 20x / menit
Suhu 36,3oC
Status General

19
Mata : anemi -/-, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N,
Massa (+) setingga pusat, Nyeri tekan (-)
Vagina : Pendarahan aktif (-)

3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG (13 Agustus 2015)


Kantong kemih isi cukup, tampak massa hypoechoic, di dalam uterus, batas tegas,
ukuran 8.1 x 7.1 x 12.2, massa adnexa (-), cairan bebas (-)

Darah Lengkap (13 Agustus 2015)


WBC 12.5 x 103/uL
RBC 4.63 x 106/uL
HGB 11.1 g/dL
PLT 207 103/uL
HCT 26,6 %
Faal Hemostasis (13 Agustus 2015)
BT 3’15”
CT 8’30”
Darah Lengkap (16 Agustus 2015)
WBC 13,3 x 103/uL
RBC 3.63 x 106/uL
HGB 8,4 g/dL
PLT 207 103/uL

20
HCT 26,6 %
Darah Lengkap (18 Agustus 2015)
WBC 12,5 x 103/uL
RBC 4.63 x 106/uL
HGB 11,1 g/dL
PLT 192 103/uL
HCT 34,6 %
Darah Lengkap (19 Agustus 2015)
WBC 11,6 x 103/uL
RBC 3.92 x 106/uL
HGB 10,1 g/dL
PLT 195 103/uL
HCT 29,8 %

3.5 DIAGNOSIS
AUB-L dd M

3.6. PERENCANAAN
Rencana diagnostic
-
Rencana Terapi
- IVFD RL 25 tpm
- Paracetamol 3x500 mg PO
- Ranitidine 2x150 mg PO
- Asam tranexamat 3x500 mg PO
Rencana monitoring
- Observasi keluhan, vital sign
Rencana edukasi
KIE keluarga tentang rencana perawatan, tindakan, resiko, komplikasi dan
prognosis.

21
3.7. RESUME
Pasien 44 tahun, P2002, datang dengan keluhan keluar darah pervaginam sejak 2
hari yang lalu. Darah keluar dalam jumlah banyak dan terdapat gumpalan, pasien
mengganti pembalut sekitar 8 kali. Nyeri perut menyerupai menstruasi. Makan
dan minum normal, BAK dan BAB normal. Tidak ada penurunan berat badan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan 110/70 mmHg, nadi 80x/menit,
20x/menit, temperatur rektal 36,3 °C. Status general dalam batas normal. Dari
pemeriksaan obstetri didapatkan massa setinggi pusat. Pendarahan aktif tidak ada.

3.8. PERKEMBANGAN PASIEN


13 Agustus 2015
Pukul 18.15
S : Pasien datang ke IRD Kebidanan rujukan dari Sp.OG dengan keluhan
keluar darah pervaginam sejak 2 hari yang lalu. Darah keluar dalam jumlah
banyak dan terdapat gumpalan, pasien mengganti pembalut sekitar 8 kali. Nyeri
perut menyerupai menstruasi. Makan dan minum normal, BAK dan BAB normal.
Tidak ada penurunan berat badan.
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 110/60 mmHg
Nadi 100x / menit
Napas 20x / menit
Suhu 37oC
Status Generale :
Mata : anemi +/+, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+

22
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (+), teraba massa
setinggi pusat.
Vagina : Flx (+), Fl (-), P Ø (-), Nyeri goyang (-), Corpus Uteri
Ante Fleksi, besar/consistensi umur 22-24 minggu, Massa Adneksa Parametrium
-/-, nyeri -/-, CD mass (-), bulging (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : konsul mata
Tx :
 Perbaiki KU
 Terapi PRC sampai dengan HB diatas 10 g/dl, dengan premedikasi
dexamethasone 1 amp iv dipenhidramin 1 amp iv
 Asam tranexamat 3x1 g iv
 Asam mefenamat 3x500 mg iv
 Vit. C 2x100 mg iv
 DnC PA bila KU membaik
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

14 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : Lemas (+), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, mobilisasi
(-), pusing (-), mual dan muntah (-)
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 120/70 mmHg
Nadi 76x / menit

23
Napas 22x / menit
Suhu 36oC
Status Generale :
Mata : anemi +/+, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (+)
Vagina : Flx (-), Fl (-) perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : konsul mata
Tx :
 Perbaiki KU
 Terapi PRC sampai dengan HB diatas 10 g/dl, dengan premedikasi
dexamethasone 1 amp iv dipenhidramin 1 amp iv
 Asam tranexamat 3x1 g iv
 Asam mefenamat 3x500 mg iv
 Vit. C 2x100 mg iv
 DnC PA bila KU membaik
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

15 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : Lemas (+), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, mobilisasi
(-), pusing (-), mual dan muntah (-)
O :

24
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 120/70 mmHg
Nadi 84x / menit
Napas 20x / menit
Suhu 36.4oC
Status Generale :
Mata : anemi +/+, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (-)
Vagina : Flx (-), Fl (-) perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : konsul mata
Tx :
 Perbaiki KU
 Terapi PRC sampai dengan HB diatas 10 g/dl, dengan premedikasi
dexamethasone 1 amp iv dipenhidramin 1 amp iv
 Asam tranexamat 3x1 g iv
 Asam mefenamat 3x500 mg iv
 Vit. C 2x100 mg iv
 DNC PA bila KU membaik
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

25
16 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : Lemas (+), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, mobilisasi
(-), pusing (-), mual dan muntah (-), perut terasa penuh
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 140/90 mmHg
Nadi 60x / menit
Napas 18x / menit
Suhu 36.5oC
Status Generale :
Mata : anemi +/+, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (+)
Vagina : Flx (-), Fl (-) perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : DL post transfuse 6 jam
Tx :
 Perbaiki KU
 Terapi PRC sampai dengan HB diatas 10 g/dl, dengan premedikasi
dexamethasone 1 amp iv dipenhidramin 1 amp iv
 Asam tranexamat 3x1 g iv
 Asam mefenamat 3x500 mg iv

26
 Vit. C 2x100 mg iv
 DNC PA bila KU membaik
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

17 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : Lemas (+), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, mobilisasi
(+), pusing (-), mual dan muntah (-), perut terasa penuh
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 160/100 mmHg
Nadi 72x / menit
Napas 16x / menit
Suhu 36.7oC
Status Generale :
Mata : anemi +/+, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (+)
Vagina : Flx (-), Fl (-) perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : -
Tx :

27
 Perbaiki KU
 Terapi PRC sampai dengan HB diatas 10 g/dl, dengan premedikasi
dexamethasone 1 amp iv dipenhidramin 1 amp iv
 Asam tranexamat 3x1 g iv
 Asam mefenamat 3x500 mg iv
 Vit. C 2x100 mg iv
 DnC PA bila KU membaik
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

18 Agustus 2015
Pukul 03.30
S : Dikatakan pasien mengalami kejang dan penurunan kesadaran
O :
St Present :
GCS : E4V4M5
Kesadaran : Somnolen
Tanda Vital : Tekanan darah 130/90 mmHg
Nadi 88x / menit
Napas 20x / menit
Suhu 36.5oC
Status Generale :
Mata : anemi +/+, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (+)
Vagina : Flx (-), Fl (-) perdarahan aktif (-)

28
A : AUB – L dd M
Observasi kejang dan penurunan kesadaran
P :
Pdx : DL, SGOT, SGPT, BUN, SC, NA, K, CL
Tx :
 Resusitasi :
Airway – lapang
Breathing – Spontan O2 4L/m
Circulation – tensi 130/90, Nadi 88
Disability - Defisit neurologis (-)
 Konsultasi ke TS Neurologi
 Stop Asam Tranexamat
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

18 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : Pasien kemarin sempat kejang. Lemas (-), makan dan minum baik, BAK
dan BAB normal, mobilisasi (-), pusing (-), muntah (+) 1 kali kemarin setelah
kejang. Pendarahan (+) sedikit, kemarin sempat keluar gumpalan darah
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 130/80 mmHg
Nadi 72x / menit
Napas 18x / menit
Suhu 36.0oC
Status Generale :
Mata : anemi -/-, ikterus -/-
Thorax :

29
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (-)
Vagina : Flx (-), Fl (-) perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : -
Tx :
 Transfusi PRC stop
 Stop Asam tranexamat 3x1 g iv
 Paracetamol 3x500 mg PO
 Ranitidine 2x150 mg PO
 Rencana DNC PA bila KU membaik
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

19 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : Lemas (-), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, pusing (-),
muntah (+) 1 kali kemarin setelah kejang. Pendarahan (+) lebih banyak keluar
pagi ini.
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 150/100 mmHg
Nadi 78x / menit
Napas 18x / menit

30
Suhu 36.6oC
Status Generale :
Mata : anemi -/-, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (-), teraba massa
setinggu pusat
Vagina : Flx (-), Fl (-) perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : -
Tx :
 IVFD RL 25 tpm
 Asam tranexamat 3x500 mg PO
 Paracetamol 3x500 mg PO
 Ranitidine 2x150 mg PO
 Rencana DNC PA bila KU membaik
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

20 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : pasien mengatakan pendarahan sedikit berupa gumpalan darah,
mengganti pembalut 1 kali, Pusing (-), Mobilisasi (+). Keluhan lain tidak ada.
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik

31
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 130/100 mmHg
Nadi 72x / menit
Napas 20x / menit
Suhu 36oC
Status Generale :
Mata : anemi -/-, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (-), teraba massa
setinggi pusat
Vagina : perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : -
Tx :
 IVFD RL 25 tpm
 Asam tranexamat 3x500 mg PO
 Paracetamol 3x500 mg PO
 Ranitidine 2x150 mg PO
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

21 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : Lemas (-), makan dan minum baik, BAK dan BAB normal, pusing (+),
nyeri (-), Pendarahan (+) sedikit.

32
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi 72x / menit
Napas 16x / menit
Suhu 36oC
Status Generale :
Mata : anemi -/-, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (-), teraba massa
setinggu pusat
Vagina : Perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : -
Tx :
 IVFD RL 25 tpm
 Asam tranexamat 3x500 mg PO
 Paracetamol 3x500 mg PO
 Ranitidine 2x150 mg PO
 Rencana TAH besok
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

33
22 Agustus 2015
Pukul 05.30
S : Sakit kepala sebelah kanan, keluar darah saat pasien kencing dan
dikatakan lumayan banyak. BAB (+) normal. Pasien puasa sejak pukul 00.00
O :
St Present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 110/70 mmHg
Nadi 84x / menit
Napas 18x / menit
Suhu 35.6oC
Status Generale :
Mata : anemi -/-, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (-), teraba massa
setinggu pusat, padat.
Vagina : perdarahan aktif (-)
A : AUB – L dd M
P :
Pdx : -
Tx : pro TAH hari ini
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

22 Agustus 2015

34
Pukul 12.00
Telah dilakukan SVH BSO
S : Keluhan (-)
O:
St Present :
Tanda Vital : Tekanan darah 105/60 mmHg
Nadi 55x / menit
Napas 18x / menit
Suhu 36.5oC
Status Generale :
Mata : anemi -/-, ikterus -/-
Thorax :
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Whezing -/-
Extremitas : hangat +/+
+/+
Status Ginekologi :
Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, Nyer tekan (-), Massa (-)
Vagina : perdarahan aktif (-)
A : Post SVH BSO ec AUB – L dd M
P :
Pdx : PA
Tx :
 IVFD  Analgetik  sesuai TS Anestesi
 Cefazolin 2x1 gr iv
 Bila hb < 10 g/dl transfuse PRC hingga HB > 10 g/dl, dengan premedikasi
dexamethasone 1 amp iv dipenhidramin 1 amp iv
 Asam tranexamat 3x1 g iv
 DL 1 x 24jam
Mx : keluhan dan Vital sign
KIE

35
Gambar 5. Foto Post Operasi

BAB IV

36
PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis
Pada kasus ini, pasien bernama NKR, berumur 44 tahun, beralamat di Banjar
Blahpane Kelod Gianyar. Pasien datang tanggal 13 Agustus 2015 karena
pendarahan pervaginam. Riwayat haid terahkir satu tahun yang lalu. Dari hasil
anamnesis juga diketahui riwayat menstruasi pasien, dimana pasien menarche
pada usia 13 tahun dengan siklus yang teratur dan lama haid 7 hari. Riwayat
perkawinan 1 kali selama 22 tahun, dengan riwayat persalinan sebanyak 2 kali,
dimana semua anak pasien hidup.
Pasien saat ini didiagnosa dengan perdarahan uterus abnormal karena dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda serta gejala yang
sesuai dengan perdarahan uterus abnormal. Perdarahan uterus abnormal adalah
diagnosis eksklusi. Riwayat menstruasi dan pemeriksaan fisik digunakan sebagai
evaluasi pertama. Tes laboratorium, pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat
digunakan sebagai penunjang selanjutnya.
Dari hasil anamnesis diketahui keluhan utama pasien saat datang yakni
pendarahan pervaginam dalam jumlah banyak yang merupakan salah alasan
pasien datang dengan perdarahan uterus abnormal. Riwayat menstruasi pasien
sebelumnya adalah teratur dan perdarahannya normal, tidak ada riwayat
penggunaan obat antikoagulan atau hormonal, saat menggunakan KB IUD dahulu
pasien tidak ada keluhan pendarahan. Pasien juga mengatakan bahwa 8 tahun lalu
dikatakan menderita tumor kandungan. Berdasarkan hasil anamnesa tersebut,
klasifikasi COIEN sementara dapat dieksklusi.
Kemudian dari pemeriksaan fisik pada palpasi abdomen didapat massa
setinggi pusat, tidak terdapat nyeri tekan maupun asites. Adanya kecurigaan massa
pada abdomen mengarahkan diagnosis ke klasifkasi PALM, dengan adenomyosis
dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat keluhan pasien dengan nyeri
abdomen. Pemeriksaan dilanjutkan dengan USG. Dari hasil pemeriksaan USG di
dapatkan gambaran massa hypoechoic, di dalam uterus, batas tegas, ukuran 8.1 x
7.1 x 12.2, massa adnexa (-), cairan bebas (-). Sehingga sementara ditegakan

37
dengan diagnose pendarahan uterus abnormal L dd M. Pemeriksaan PA perlu
dilakukan untuk memastikan diagnosis.

4.2. Penatalaksanaan
Penderita di MRS kan dan di lakukan perbaikan keadaan umum. Penderita juga di
lakukan transfusi PRC sampai Hb > 10. Pada pasien ini di rencanakan tindakan
TAH. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pasien telah berumur cukup
lanjut dan telah memiliki anak yang cukup, selain itu juga untuk menghilangkan
perdarahan abnormal uterus L dd M secara permanen dan mencegah timbulnya
resiko kekambuhan penyakit.
Penderita dan keluarga juga perlu di KIE untuk memberi pengertian
tentang kondisi penderita supaya penderita dan keluarga mengerti lalu peduli pada
keadaan penderita dan sepakat untuk dilakukan tindakan.

BAB V

38
SIMPULAN

Telah dilaporkan suatu kasus dengan perdarahan uterus abnormal pada wanita
umur 44 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
Perdarahan uterus abnormal adalah diagnosis eksklusi. Riwayat menstruasi
dan pemeriksaan fisik digunakan sebagai evaluasi pertama. Tes laboratorium,
pencitraan dan pemeriksaan histologis dapat digunakan sebagai penunjang
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

39
1. Munro, M.G., Critchley, H.O., Fraser, I.S. The FIGO system for nomenclature
and classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive
years: who needs them. American Journal of Obstetric and Gynecology. 2012;
p:259-65.
2. Cavazos, A.G., Mola, J.R. Abnormal Uterine Bleeding: New Definitions and
Contemporary Terminology. The Female Patient. 2012; 37:27-36.
3. Hoffman, B.L., Schorge, J.O., Schaffer, J.I., et all. Pelvic Mass. In: Wiliams
Gynecology, 2nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New York. 2012; p:246-74
4. Hoffman, B.L., Schorge, J.O., Schaffer, J.I., et all. Abnormal Uterine
Bleeding. In: Wiliams Gynecology, 2nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New
York. 2012; p:219-40
5. Rowe, T., Senikas, V. Abnormal Uterine Bleeding in Pre-Menopausal Women.
Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada. 2013; 35(5):1-28
6. Anonim. Committee Opinion: Management of Acute Abnormal Uterine
Bleeding in Nonpregnat Reproductive-Aged Women. The American College
of Obstetricians and Gynecologists. 2013; 557:1-6
7. Baziad, A., Hestiantoro, A., Wiweko, B. Panduan Tata Laksana Perdarahan
Uterus Abnormal. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas
Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2011; 3-19

40

Anda mungkin juga menyukai