Anda di halaman 1dari 11

1.1.

PENGERTIAN STRUMA
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak
sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat, gemetaran, bicara jadi
gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid
(graves’ disease) (Hartini, 2007).
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme (Hartini, 2007).
Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti tiritosikosis atau perubahan
susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid noduler. Berdasarkan
patologinya, pembesaran tyroid umumnya disebut struma (De Jong & Syamsuhidayat,
2008).
Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi
hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu
hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym kelenjar. Struma endemik adalah pembesaran
kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu
yang lama (Syaugi M, dkk 2014)

1.2. ETIOLOGI STRUMA


Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
a) Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di
daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan.
b) Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
c) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).
d) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium) (NANDA nic-noc 2013).

1.3. Manifestasi Klinis Struma


1. Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi
Berdebar-debar dan terasa berat pada bagian jantung akibat kerja perangsangan jantung,
sehingga curah jantung dan tekanan darah sistolik akan meningkat. Bila akhirnya
penyakit ini menghebat, bias timbul fibrilasi atrial dan akhirnya gagal jantung kongestif.
Tekanan nadi hampir selalu dijumpai meningkat (pulsus celer) Pulsus celer biasanya
terdapat pada peyakit 3A, 3B dan IN (anemia gravis, arterioveneus shunt, aorta
insufficiency, botali persisten, beri-beri, basedow dan nervositas. Pembuluh darah di
perifer akan mengalami dilatasi. Laju filtrasi glomerulus, aliran plasma ginjal, serta
traspor tubulus akan meningkat di ginjal, sedangkan di hati pemecahan hormone steroid
dan obat akan dipercepat.
2. Keringat
Metabolisme energi tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan metabolisme panas,
proteolisis, lipolisis, dan penggunaan oksigen oleh tubuh. Metabolisme basal hampir
mendekati dua kalinya menyebabkan pasien tidak tahan terhadap hawa panas lalu akan
mudah berkeringat.
3. Konstipasi
Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang mengakibat kurangnya
atau tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa diserap oleh usus. Maka dari itu system
eliminasi pada penderita struma terganggung.
4. Gemetar
Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan tertentu, timbul tremor
halus pada tangan
5. Gelisah
Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan hiperrefleksia saraf tepi oleh
karena hiperaktifitas dari saraf dan pembuluh darah akibat aktifitas T3 dan T4. Gangguan
sirkulasi ceberal juga terjadi oleh karena hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien
lebih mudah terangsang. Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-hal yang sepele.
6. Berat badan menurun
Lipolisis (proses pemecahan lemak yang tersimpan dalam sel lemak tubuh)
menyebabkan berat badan menurun, asam lemak bebas dihasilkan menuju aliran darah
dan bersirkulasi ke tubuh. Lipolisis juga menyebabkan hiperlipidasidemia dan
meningkatnya enzim proteolitik sehingga menyebabkan proteolisis yang berlebihan
dengan peningkatan pembentukan dan ekresi urea.
7. Mata membesar
Gejala mata terdapat pada tirotoksikosis primer, pada tirotoksikosis yang sekunder,
gejala mata tidak selalu ada dan kalaupun ada tidak seberapa jelas. Pada hipertiroidisme
imunogenik (morbus Graves) eksoftalmus dapat ditambahkan terjadi akibat retensi cairan
abnormal di belakang bola mata; penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata yang
berlebihan, dan peningkatan fotofobia. Penyebabnya terletak pada reaksi imun terhadap
antigen retrobulbar yang tampaknya sama dengan reseptor TSH. Akibatnya, terjadi
inflamasi retrobulbar dengan pembengkakan bola mata, infiltrasi limfosit, akumulasi
asam mukopolisakarida, dan peningkatan jaringan ikat retrobulbar.
8. Nyeri pada tenggorokan ( Karena area trakea tertekan )
9. Kesulitan bernapas dan menelan ( Karena area trakea tertekan )
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada
gangguan pemenuhan oksigen.
10. Suara serak
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat
penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

1.4. PATOFISIOLOGI STRUMA


Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam
struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-
Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan
menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel
maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa (Mulinda, 2010)
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan produksi
TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid
untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk struma.
Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi
iodida dan goitrogen (Mulinda, 2010).
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk
stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten
terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang
memproduksi human chorionic gonadotropin (Mulinda, 2010)
1.5. PATHWAY
Kelainan Pemnghambatan sintesa
Defisiansi Iodium metabolisme hormon oleh zat kimia
kongenital

Struma nodula
non toksik

Pembedahan

Berfokus pada
Terdapat jahitan General anastesi
diri sendiri

Ekstetika Depresi sistem


pernapasan Gelisah

Gangguan
citra tubuh Penurunan reflek Peningkatan
batuk curah jantung

Akumulasi Nadi
sputum

Ansietas
Gangguan
pertukaran gas
1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Dilakukan foto thorak posterior anterior
2. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig
3. Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
4. Laboratorium darah
5. Pemeriksaan sidik tiroid
6. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
7. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)
8. Termografi
9. Petanda Tumor

1.7. Komplikasi
1. Suara menjadi serak/parau
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat
penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau.
2. Perubahan bentuk leher
Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat
simetris atau tidak.
3. Disfagia
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong eshopagus sehingga terjadi disfagia yang akan berdampak pada gangguan
pemenuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit.
4. Sulit bernapas
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada
gangguan pemenuhan oksigen.
5. Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung oleh
hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat dan terjadi takikardi
sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50
tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung.
6. Oftalmopati Graves
Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air
mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu kualitas hidup
pasien sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.
7. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia bagian
bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikans.
Kulit sangat menebal dan tidak dapat dicubit (Sarah T. Tallane, Dkk 2016)

1.8. Penatalaksanaan
1. Obat antitiroid:
a. Inon tiosianat mengurangi penjeratan iodide
b. Propiltiourasil (PTU) menurunkan pembentukan hormon tiroid
c. Iodida pada konsentrasi tinggi menurunkan aktivitas tiroid dan ukuran kelenjar tiroid.
2. Tindakan Bedah:
a. Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebgaian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau kanan
yang mengalami perbesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masihtersisa masih
dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak
diperlukan terapi penggantian hormon.
b. Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani
tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar dosisnya beragam
pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan aktivitas.
3. Pencegahan
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium.
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak,
tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya
yodium dari makanan.
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan
keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas
dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa,
yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan
air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik
berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun
dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah
endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan
kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali
dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang
dari 6 tahun 0,2-0,8 cc (Mulinda, 2010).
1.10. Konsep Keperawatan
1.1.1 Pengkajian
1. Pengumpulan data
Anamnese
Dari anamnese diperoleh:
1.1 Identifikasi pasien.
1.2 Keluhan utama pasien.
Pada pasien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah
nyeri akibat luka operasi.
1.3 Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar
sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea
eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
1.4 Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok,
misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar
berpenyakit gondok.
1.5 Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan pasien
saat ini.
1.6 Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada
kemungkinan pasien merasa malu dengan orang lain.
2. Pemeriksaan fisik
2.1. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan
tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
2.2. Kepala dan leher
a. Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan
parut atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
b. Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
c. Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar
tiroid pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
d. Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
e. Palpasi kelenjar tiroid
Jika pada pasien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka
operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta
terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
2.3. Sistem pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau
karena adanya darah dalam jalan nafas.
2.4. Sistem Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi
wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
2.5. Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat
anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang
hilang.
2.6. Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
2.7. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
2.8. Integritas ego
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
2.9. Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
2.10. Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri orbital, fotofobia.
2.11. Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis,
kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus :
retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
2.12. Seksualitas
Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.
1.1.2. Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan citra tubuh
1) Cedera 6) perubahan fungsi kognitif
2) Gangguan fungsi psikososial 7) Perubahan fungsi tubuh
3) Ketidak sesuaian budaya 8) Perubhan persepsi diri
4) Ketidak sesuaian sepiritual 9) Progam pengobatan
5) Penyakit 10) prosedur bedah
B. Ansietas
1) Ancaman kematian 6) Stresor
2) Ancaman pada status terkini 7) Pajanan pada toksin
3) Hereditas 8) Penyalanggunaan zat
4) Hubungan interpersonal 9) Krisis situasi
5) Kebutuhan yang tidak terpenuhi 10) Kebutuhan yang tidak terpenuhi
1.1.3. Perencanaan
A. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan prosedur bedah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam Klien dapat
melakukanaktifitas dengan mandiri atau sedikit dibantu.

Kriteria hasil :
a. NOC
1) Citra tubuh (1200)

Kode indikator S.A S.T


120017 Sikap terhadap pengguanaan strategi untuk 3 5
meningkatkan penempilan
120005 Kepuasan dengan penampilan tubuh 3 5
120007 Penyesuaian terhadap perubahan penampilan 3 5
fisik
120009 Penyesuaian terhadap perubahan status 3 5
kesehatan
120014 Penyusuaian terhadap perubahan tubuh akibat 3 5
pembedahan

Keterangan :
1. Tidak pernah positif
2. Jarang positif
3. Kadang-kadang positif
4. Serimg positif
5. Konsisten positif
b. NIC
1) Peningkatan citra tubuh (5220)
a) Gunkan bimbingan anti simpasif menyiapkan pasien terkait dengan
perubahan-perubahan citra tubuh yang telah diperlakukan.
b) Bantu pasien menentukan kebelanjutan dari perubhan-perubahan aktual dari
tubuh atau tingkat fungsional.
c) Tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada citra diri
pasien.
d) Bantu pasien memisahkan penampilan fisik dari perasaan berhaga secara
pribadi dengan cara yang tepat.
e) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh mana yang berubah
f) Monitor pernyataan yang mengindentifikasi citra tubuh mengenai ukuran
dan berat badan
B. Ansietas berhubungan dengan stresor
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam Klien dapat
melakukan dan mengontrol emosionalnya.
Kriteria hasil :
a. NOC
1) Tingkat kecemasan (1211)

Kode Indikator S.A S.T


121104 Distres 3 5
121105 Perasaan gelisah 3 5
121107 Wajah tegang 3 5
121117 Rasa cemas yang dilakukan secara lisan 3 5
121103 Meremas-remas tangannya 3 5
121116 Rasa takut yang disampaikan secara lisan 3 5
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
b. NIC
1) Peningkatan koping (5230)
a) Dukung hubungan pasien dengan orang yang memiliki karateristik dan
tujuan yang sama.
b) Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
konstruktif.
c) Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien terhadap proses
penyakit.
d) Bantu psien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan kejadian
dengan lebih objektif.
e) Dukung kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan.
f) Dukung kemanapun dalam penerimaan terhadap keterbatasaan orang
lain.
g) Bantu pasien untuk mengindentifikasi sistem dukungan yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Syamat, dkk, 2006. Edisi Revisi Buku Ilmu Penyakit Dalam,EGC : Jakarta.

Reeves, J.C.(2007). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Syaugi M. Assagaf,Nico Lumintang, Harsali Lampus. Gambaran Eutiroid pada pasien


STRUMA MULTINODUSA NON-TOKSIK di bagian bedah RSUP PROF. DR. R.
D. KANDOU MANADO periode juli 2012 – JULI 2014
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC,
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai