Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya
sehingga terjadi penggumpalan cairan retina antara lapisan
basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium
pigmen retina. Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari
lapisan epitelium neurosensoris retina dan lapisan epitelia
pigmen retina.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid
atau sel pigmen akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina
pembuluh darah yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan
gangguan fungsi penglihatan (Vaughan DG,dkk 2006 )
Jadi kesimpulan dari ablasio retina adalah terdapat
robekan retina sehingga terjadi pengumpulan cairan retina
antara lapisan basilus (sel batang) dan komus (sel kerucut)
dengan sel-sel epitelium pigmen retina. Keadaan ini dapat
terjadi karena lapisan luar retina (sel epitel pigmen) dan lapisan
dalam (pars optika) terletak dalam aposisi tanpa membentuk
perlekatan kecuali di sekitar diskus optikus dan pada tepinya
yang bergelombang yang dhsebut
ora serata.
B. Etiologi

Ablasio retina seringkali dihubungkan dengan adanya robekan

atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam mata

merembes melalui robekan atau lubang pada retina, sehingga


bagian di dalam mata merembes melalui robekan atau lubang
tersebut dan menyebabkan terlepasnya retina dari jaringan di
bawahnya. Hal tersebut terjadi akibat :

a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina (C.
Smelzer, Suzanne, 2002).

C. Patofisiologi
Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka
terhadap cahaya, yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf.
Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding
melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan film pada
kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina.
Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap
“gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik.
Sebab dan Gejala Lepasnya Retina Sebagian besar
lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-
robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses
penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi
tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan
kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya korpus
vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian
tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina pada
beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila
korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina
bersamanya, sehingga menimbulkan robekan atau lubang pada
retina.
Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus vitreum
merupakan hal yang normal terjadi pada peningkatan usia dan
biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina, korpus
viterum dapat pula, menyusut pada bola mata yang tumbuh
menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari
rabun jauh), oleh peradangan, atau karena trauma. Pada
sebagian besar kasus retina baru lepas setelah terjadi perubahan
besar struktur korpus vitreum.
Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer
seperti air dapat masuk dari korpus vitreum ke lubang di retina
dan dapat mengalir di antara retina dan dinding mata bagian
belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata
bagian belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian retina
yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu
timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa
ada beberapa jenis lepasnya retina yang disebabkan oleh
penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau sebagai
komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder.
Dalam hal ini tidak ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di
retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya yang normal
dengan mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.
PHATWAY
D. Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala pada ablatio retina adalah
a. Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya
atau keduanya
b. Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-
laba
c. Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak
dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel
berpigmen
d. Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya
pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan
makula
E. Klasifikasi
Ablaaio retina dapat diklasifikasikan secara alamiah menurut cara
terbentuknya ( Smeltzer, Suzanne, 2002 ) :
a. Ablatio Rhegmatogen terjadi setelah terbentuknya tulang atau
robekan dalam retina yang menembus sampai badan mata masuk
ke ruang sub retina, apabila cairan terkumpul sudah cukup banyak
dapat menyebabkan retina terlepas.
b. Ablatio oleh karena tarikan, terjadi saat retina mendorong ke luar
dari lapisan epitel oleh ikatan atau sambungan jaringan fibrosa
dalam badan kaca.
c. Ablatio eksudatif, terjadi karena penumpukan cairan dalam ruang
retina akibat proses peradangan, gabungan dari penyakitnya
sistemik atau oleh tumor intraocular, jika cairan tetap berkumpul,
lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel pigmen
F. Komplikasi
Komplikasi awal setelah pembedahan yaitu
a. Peningkatan TIO
b. Glaukoma
c. Infeksi
d. Ablasio koroid
e. Kegagalan pelekatan retina
f. Ablasio retina berulang
Adapun Komplikasi lanjutnya yaitu
a. Infeksi
b. Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi
melalui bola mata
c. Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai
retina)
d. Diplopia
e. Kesalahan refraksi
f. Astigmatisme

G. Penatalaksanaan Medis
1. Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan
dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau
inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa
robekan retina. Tujuannya untuk membentuk jaringan parut
pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
2. Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus
memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik
pada retina yang ditimbulkan. Pelipatan (buckling) sklera
merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali
retina.
3. Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan
adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan
vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/
beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam
skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid,
danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan
ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung
dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat
dikembalikan. (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
H. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalakasanan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan ablatio retina meliputi :
a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk
mencegah cidera
c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang
dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu
memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
d. Pasien tidak boleh terbaring terlentang Dilatasi pupil harus
dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska
DAFTAR PUSTAKA

C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

(Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. Jakarta

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. 2004. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI"

Smeltzer, Suzanne C. 2002. “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah

Brunner dan Suddarth Edisi 8”. Jakarta: EGC.

Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Ablasi retina. Oftalmologi Umum. edisi

14, Alih Bahasa Tambajong J, Pndit UB. Widya Medika Jakarta :

2006 hal.207-9

Anda mungkin juga menyukai