Anda di halaman 1dari 21

AUTOIMUN HEMOLITIK ANEMIA (AIHA)

NO Diagnosa
1.

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
Perubahan
perfusiNOC :
jaringan
serebral b.da. Circulation status
Penurunan komponen
b. Neurologic status
seluler yang diperlukan
untuk
pengirimanc. Tissue Prefusion : cerebral
oksigen
Setelah dilakukan asuhan
selama

NIC :
1. Monitor TTV
2. Monitor AGD, ukuran pupil,
ketajaman, kesimetrisan dan
reaksi
2. Monitor adanya diplopia,

ketidakefektifan perfusi

pandangan

jaringan cerebral teratasi

kabur, nyeri kepala

dengan kriteria hasil:


1. Tekanan systole dan diastole

3. Monitor level kebingungan dan


orientasi

dalam rentang yang

4. Monitor tonus otot pergerakan

diharapkan

5. Monitor tekanan intrkranial dan

2. TidakAda ortostatik hipertensi


3. Komunikasi jelas
4. Menunjukkan konsentrasi dan
orientasi

respon nerologis
6. Catat perubahan pasien dalam
merespon stimulus
7. Monitor status cairan

5. Pupil seimbang dan reaktif


6. Bebas dari aktivitas kejang

8. Pertahankan parameter
hemodinamik
9. Tinggikan kepala 0-45 tergantung
pada konsisi pasien dan order
medis.

2.

Perubahan
perfusiNOC :
jaringan
serebral b.d a. Circulation status
Penurunan komponen
b. Neurologic status
seluler yang diperlukan
untuk
pengiriman c. Tissue Prefusion : cerebral
oksigen
Setelah dilakukan asuhan
selama

NIC :
1. Monitor TTV
2. Monitor AGD, ukuran pupil,
ketajaman, kesimetrisan dan reaksi
3. Monitor adanya diplopia,
pandangan kabur, nyeri kepala

ketidakefektifan perfusi jaringan


cerebral teratasi

4. Monitor level kebingungan dan


orientasi

dengan kriteria hasil:

5. Monitor tonus otot pergerakan

1. Tekanan systole dan diastole 6. Monitor tekanan intrkranial dan


dalam rentang yang
diharapkan
2.

Tidak ada ortostatikhipertensi

3. Komunikasi jelas

respon nerologis
7. Catat perubahan pasien dalam
merespon stimulus
8. Monitor status cairan

4. Menunjukkan konsentrasi dan 9. Pertahankan parameter


orientasi

hemodinamik

5. Pupil seimbang dan reaktif


6. Bebas dari aktivitas kejang
7. Tidak
3.

Ketidak
nutrisi

mengalami
seimbanganNOC:
kurang

daria. Nutritional status:

kebutuhan tubuh b/dAdequacy of nutrient


nafsu makan menurun,b. Nutritional Status : food
mual

NIC
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
3. tinggi serat untuk mencegah

and Fluid Intake


c. Weight Control
Setelah dilakukan tindakan

konstipasi
4. Ajarkan pasien bagaimana dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien

keperawatan
selama.nutrisi kurang

5. Yakinkan diet yang dimakan

teratasi dengan indikator:

mengandung membuat catatan

Albumin serum

makanan harian.

Pre albumin serum


2

6. Monitor adanya penurunan BB

Hematokrit

dan gula darah

Hemoglobin

7. Monitor lingkungan selama makan

Total iron binding

8. Jadwalkan pengobatan dan

capacity

tindakan tidak selama jam makan

Jumlah limfosit

9. Monitor turgor kulit


10. Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan kadar
Hct
11. Monitor mual dan muntah
12. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
13. Monitor intake nuntrisi
14. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
15. Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
16. Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
17. Kelola pemberan anti emetik:.....
18. Anjurkan banyak minum
19. Pertahankan terapi IV line
20. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik pila lidah dan cavitas
oval
Mi

4.

Intoleransi aktifitas b.dNOC :


a. Self Care : ADLs
ketidakseimbangan
b. Toleransi aktivitas
antara suplai oksigen
c. Konservasi energi
(pengiriman)
danSetelah dilakukan tindakan
kebutuhan, kelemahankeperawatan selama .
Pasien bertoleransi terhadap
fisik.
3

NIC :
1. Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan
aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber

aktivitas dengan Kriteria


Hasil :
1. Berpartisipa si dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas
sehari hari (ADLs)
secaramandiri
3. Keseimbang aktivitas dan
istirahat

energi yang adekuat Monitor


pasien akan adanyakelelahan
fisik dan emosi secara
berlebihan
4. Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
5. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
6. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi
yang tepat.
7. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampudilakukan
8. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
9. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
10. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
11. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
12. Bantu klien untuk membuat
adwal latihan diwaktu luang
13. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas Sediakan
penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
14. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
15. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.

5.

Deficit perawatan diriNOC :


berhubungan
kelemahan

dengan Self care : Activity of


Daily Living (ADLs)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
Defisit perawatan diri
teratas dengan kriteria
hasil:
Klien terbebas dari bau
badan

NIC :
Self Care assistane : ADLs
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien untuk
alatalat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias, toileting
dan makan
3. Sediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.

Menyatakan
kenyamanan terhadap
kemampuan untuk
melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS
dengan bantua

4. Dorong klien untuk melakukan


aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klen keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari

B. Definisi

Anemia hemolitik adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat destruksi sel darah
merah yang berlebihan. Sel darah merah yang tersisa bersifat normositik dan
normokromik. pembentukan sel darah merah disumsum tulang akan meningkat untuk
mengganti sel-sel yang mati, lalu peningkatan sel darah merah yang belum matur atau
retikulosit yang dipercepat masuk ke dalam darah (Corwin, 2009).
Hemolisis adalah kerusakan sel darah merah pada sirkulasi sebelum 120 hari (umur
eritrosit normal). Hemolisis mungkin asymptomatic, tapi bila eritropoesis tidak dapat
mengimbangi kecepatan rusaknya sel darah merah dapat terjadi anemia. (Gurpreet, 2004)
Anemia hemolitik autoimun (aiha) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu
anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit sendiri
sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006).
Autoimmune hemolytic anemia (aiha) adalah suatu kondisi dimana imunoglobulin
atau komponen dari sistem komplemen terikat pada antigen permukaan sel darah merah
dan menyebabkan pengrusakan sel darah merah melalui sistem retikulo endotelial (SRE).
Antibodi yang khas pada aiha antara lain igg, igm atau iga dan bekerja pada suhu yang
berbeda-beda. (Lanfredini, 2007).
Anemia hemolitik autoimun (aha) atau autoimmune hemolytic anemia ialah suatu
anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya aotuantibodi terhadap eritrosit sendiri
sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis) eritrosit (Bakta, 2006). Dan sebagian
referensi ada yang menyebutkan anemia hemolitik autoimun ini merupkan suatu kelainan
dimana terdapat antibody terhadp sel-sel eritrosit sehingga umur eritrosit memendek
(Sudoyo,2006)
Anemia hemolitik autoimun (atau anemia hemolitik autoimun; aiha)terjadi ketika
antibodi yang ditujukan terhadap orang itu sendiri sel darah merah (sel darah merah)
menyebabkan mereka meledak (melisiskan), menyebabkan konsentrasi plasma tidak
mencukupi. Umur dari sel darah merah berkurang dari 100-120 hari biasa hanya beberapa
hari dalam kasus-kasus serius. Komponen intraseluler dari sel darah merah yang
dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dan dalam jaringan, menyebabkan beberapa gejala
karakteristik

kondisi

ini. Antibodi

biasanya

ditujukan

terhadap-kejadian

yang

tinggi antigen , karena itu mereka juga sering bertindak pada sel darah merah alogenik (sel
6

darah merah yang berasal dari luar orang itu sendiri, misalnya dalam kasus transfusi
darah) AIHA adalah suatu kondisi yang relatif jarang.
C. Etiologi
Anemia hemolitik autoimun memiliki banyak penyebab, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). kadang-kadang tubuh mengalami gangguan
fungsi dan menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya sebagai bahan asing
(reaksi autoimun), jika suatu reaksi autoimun ditujukan kepada sel darah merah, akan
terjadi anemia hemolitik autoimun
Etiologi pasti dari penyakit hemolitik autoimun memang belum jelas kemungkinan
terjadi kerena gangguan central tolerance dan gangguan pada proses pembatasan limfosit
autoreaktif residual. Terkadang system kekebalan tubuh mengalami gangguan fungsi dan
menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya sebagain bahan asing (reaksi
autoimun).
Penyebab AIHA yang kurang dipahami. Penyakit ini dapat bersifat primer, atau
sekunder terhadap penyakit yang mendasari lain. Penyakit utama adalah idiopatik (dua
istilah yang digunakan secara sinonim). idiopatik aiha menyumbang sekitar 50% dari
kasus. Aiha sekunder dapat hasil dari banyak penyakit lainnya. Hangat dan tipe dingin aiha
masing-masing memiliki sendiri penyebab yang lebih umum sekunder. Penyebab paling
umum

dari

sekunder

tipe

hangat

aiha

termasuk

gangguan

limfoproliferatif

(misalnya, leukemia limfositik kronis , limfoma ) dan gangguan autoimun lainnya


(misalnya, lupus

eritematosus

sistemik , rheumatoid

arthritis , skleroderma , kolitis

ulserativa ). Penyebab kurang umum dari pemanasan jenis aiha termasuk neoplasma selain
limfoid, dan infeksi. jenis dingin sekunder aiha juga disebabkan terutama oleh gangguan
limfoproliferatif, tetapi juga sering disebabkan oleh infeksi, terutama oleh mycoplasma,
radang paru-paru, infeksi mononucleosis, dan infeksi pernapasan lainnya. kurang umum,
dapat disebabkan oleh gangguan autoimun bersamaan.

Akibat obat aiha, meskipun jarang, dapat disebabkan oleh sejumlah obat, termasuk metildopa dan penisilin . Ini

adalah

respon

imun

tipe

II dimana

obat

mengikat

makromolekul pada permukaan sel darah merah dan bertindak sebagai antigen.antibodi
7

diproduksi

melawan

sel

darah

merah,

yang

mengarah

untuk

melengkapi

aktivasi. melengkapi fragmen, seperti c3a, c5a dan c4a, mengaktifkan leukosit granular
(misalnya, neutrofil), sementara komponen lain dari sistem (c6, c7, c8, c9) baik dapat
membentuk kompleks serangan membran (mac) atau dapat mengikat antibodi , membantu
fagositosis oleh makrofag (c3b). ini adalah salah satu jenis "alergi penisilin".
Pada sebagian besar kasus, fungsi imun yang abnormal dapat menyebabkan tubuh
menyerang sel darah merah yang normal. Beberapa penyebab tidak normalnya system
imun antara lain:
1. Obat-obatan:
a. Alpha-methyldopa
b. I-dopa
2. Infeksi
a. Infeksi virus
b. Mycoplasma pneumonia
c. Keganasan
d. Leukemia
e. Lymphoma (non-hodgkins tapi kadang juga pada hodgkins)
f. Penyakit collagen-vascular (autoimun) misal: lupus
Kerusakan sel eritrosit pada anak maupun dewasa sering disebabkan oleh adanya
mediator imun, baik autoimun maupun aloimun antibodi. berbagai faktor yang berperan
dalam proses kerusakan eritrosit :
a. Antigen sel eritrosit
b. Antibodi-anti sel eritrosit
Komponen non imunoglobulin, misalnya protein komplemen serum sistem fagosit
mononuklear, khususnya reseptor fc pada makrofag limpa adapun klasifikasi anemia
hemolitik autoimun berdasarkan sifat reaksi antibodi, aha dibagi 2 golongan sebagai
berikut: anemia hemolitik autoimun hangat atau warm aha (yang sering terjadi) dan
anemia hemolitik dingin atau cold AIHA.
Anemia hemolitik autoimun hangat (warm aha) yakni suatu keadaan dimana tubuh
membentuk autoantibody yang bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh.
autoantibody melapisi sel darah merah, yang kemudian dikenalinya sebagai benda asing
dan dihancurkan oleh sel perusak dalam limpa atau kadang dalam hati dan sumsum tulang.
8

Dan suhu badan pasien pada anemia hemolitik aotuimun hangat ini >37c. Anemia
hemolitik autoimun dingin (cold aha) yakni suatu keadaan dimana tubuh membentuk
aotoantibodi yang beraksi terhadap sel darah merah dalm suhu ruangan atau dalam suhu
yang dingin, dan suhu tubuh pasien pda anemia hemolitik aotuimun dingin ini < 37c.
D. Klasifikasi
Aiha adalah diklasifikasikan sebagai anemia hemolitik autoimun hangat atau anemia
hemolitik autoimun dingin , yang meliputi penyakit aglutinin dingin , dan hemoglobinuria
paroxysmal dingin . Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik autoantibodi yang terlibat
dalam patogenesis penyakit. masing-masing memiliki penyebab yang berbeda yang
mendasari, manajemen, dan prognosis, membuat klasifikasi penting ketika merawat pasien
dengan AIHA.
Gambaran klinis anemia hemolitik autoimun dikelompokkan berdasar autoantibodi
spesifik yang dimilikinya atau reaksi warm atau cold yang terjadi.
klasifikasi anemia hemolitik autoimun :
1. Reaksi antibody hangat
a. Primer (idiopatik)
b. Sekunder :

Kelainan limfoproliferatif

Kelainan autoimun (sistemik lupus eritematosus/sle)

c. Infeksi mononucleosis:

Sindroma evan

Hiv

2. Reaksi antibody dingin


a. Idiopatik (cold agglutinin diseases)
b. Sekunder :

Atipikal atau pneumonia mikoplasma

Kelainan limfoproliferatif

Infeksi mononukleosis

3. Paroksimal hemoglobinuria dingin

Sifilis

Pasca infeksi virus


9

4. Obat menginduksi anemia hemolitik


a. imun komplek (kinin)
b. true autoimmune anti rbc type
c. Pemdorong metabolisme
E. Gejala atau manifestasi klinik
Gejala dan tanda yang timbul tidak tergantung dari beratnya anemia tetapi juga proses
hemolitik yang terjadi. Anemia hemolitik autoimun menunjukkan gejala berupa mudah
lelah, malaise, demam, ikterus dan perubahan warna urine. seringkali gejala disertai
dengan nyeri abdomen dan gangguan pernafasan. tanda-tanda lain yang ditemukan ialah
hepatomegali dan splenomegali. gambaran klinis anemia hemolitik dengan antibodi tipe
warm berupa pucat, ikterik, splenomegali dan anemia berat. dua per tiga dari kasus
dihubungkan dengan igg, merupakan antibodi langsung yang bereaksi terhadap antigen
sel eritrosit dari golongan RH. Berbeda dengan igG autoantibodi, igM pada cold reactive
antibody tidak menimbulkan kerusakan secara langsung terhadap sel retikuloendotelial
pada sistem imun.
Gejala menurut Bakta.
1. Anemia hemolitik aotuimun tipe hangat:
Biasanya gejala anemia ini terjadi perlahan-lahan, ikterik, demam, dan ada yang
disertai nyeri abdomen, limpa biasanya membesar, sehingga bagian perut atas sebelah
kiri bisa terasa nyeri atau tidak nyaman dan juga bisa dijumpai splenomegali pada
anemia hemolitik autoimun tipe hangat. urin berwarna gelap karena terjadi
hemoglobinuri.
Pada AIHA paling terbanyak terjadi yakni idiopatik splenomegali tarjadi pada 5060%, iketrik terjadi pada 40%, hepatomegali 30% pasien san limfadenopati pada 25%
pasien. hanya 25% pasien tidak disertai pembesaran organ dan limfonodi.
2. Anemia hemolitik aotoimun tipe dingin:
Pada tipe dingin ini sering terjadi aglutinasi pada suhu dingin. hemolisis berjalan
kronik. anemia ini biasanya ringan dengan hb: 9-12 g/dl. sering juga terjadi akrosinosis
dan splenomegali. pada cuaca dingin akan menimbulkan meningkatnya penghancuran
sel darah merah, memperburuk nyeri sendi dan bisa menyebabkan kelelahan dan sianosis
(tampak kebiruan) pada tangan dan lengan.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Peningkatan kerusakan sel darah merah
b. Serum bilirubin (tak terkonjugasi)
10

c. Kemih kelebihan urobilinogen


d. Mengurangi plasma haptoglobin
e. Dibesarkan serum dehidrogenase laktat (ldh)
f. Hemosiderinuria
g. Methemalbuminemia
h. Sferositosis
i. Peningkatan produksi sel darah merah:

Retikulositosis

Hiperplasia eritroid dari sumsum tulang

Investigasi khusus
Positif langsung tes Coombs. Gambaran darah tepi menunjukkan adanya proses
hemolitik berupa sferositosis, polikromasi maupun poikilositosis, sel eritrosit berinti,
retikulositopeni pada awal anemia. Kadar hemoglobin 3-9 g/dl, jumlah leukosit bervariasi
disertai gambaran sel muda (metamielosit, mielosit dan promielosit), kadang disertai
trombositopeni. Gambaran sumsum tulang menunjukkan hiperplasi sel eritropoitik
normoblastik.kadar bilirubin indirek meningkat.
Pemeriksaan direct antiglobulin test (dat) atau le\bih dikenal dengan direct coombs
test menunjukkan adanya antibodi permukaan / komplemen permukaan sel eritrosit. pada
pemeriksaan ini terjadi reaksi aglutinasi sel eritrosit pasien dengan reagen anti igg
menunjukkan permukaan sel eritrosit mengandung igg (dat positif).

direct coombs' test.

11

G. Komplikasi
Menurut corwin,2009
2. insiden vasoklusif mengakibatkan infark jaringan yang dapat mengakibatkan rasa
nyeri yang intens dan disabilitas
3. terperangkapnya darah secara tiba-tiba didalam limpa, yang disebut sekuestrasi limpa,
dapat mengakibatkan hipovolemia, syok, dan potensi kematian.
4. stroke yang menyebabkan kelemahan, kejang, atau ketidakmampuan berbicara dapat
terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah otak
5. krisis aplastik, dapat terjadi selama sumsum tulang menghentikan sementara proses
eritropoiesis.

H. Penatalaksanaan
Menurut corwin, 2009
1. Ibuprofen atau asetaminofen harus diberikan untuk meredakan nyeri minor, dan obat
nyeri yang lebih poten jika perlu.
2. Meningkatkan hidrasi setidaknya 1,5 sampai 2kali dari kebutuhan normal dapat
menurunkan tingkat keparahan kejadian vasoklusif atau sumbatan pembuluh darah.
3. Mengindari situasi yang menyebabkan kadar oksigen rendah atau aktifitas yang
memerlukan banyak oksigen.
4. Tranfusi sel darah merah sering kali diperlukan tetapi harus dibatasi jika mungkin
untuk menurunkan resiko penyebaran agen infeksi.
5. Tranpalntasi sumsum tulang dengan hla donor yang sesuai dapat mengeliminasi
produksi sel sabit, tetapi tidak akan memperbaiki kerusakan organ. Memerlukan
imunosupresan seumur hidup untuk menghambat reaksi penolakan.
12

6. Inhalasi oksida nitrat mungkin digunakan untuk mencegah hipertensi pulonalis yang
berkaitan dengan anemia sel sabit.
Literatur banyak ada mengenai pengobatan aiha. khasiat pengobatan tergantung pada
diagnosis yang benar baik hangat-atau-tipe dingin aiha.Hangat-jenis aiha biasanya
penyakit yang lebih berbahaya, tidak dapat diobati dengan hanya mengeluarkan
penyebab.

Terapi

lini

pertama

seperti prednisolone . Setelah

untuk

ini,

ini

biasanya

imunosupresan

seperti rituximab , danazol , siklofosfamid , azathioprine ,

dengan kortikosteroid ,
lainnya

atau siklosporin.

dianggap,
Penyakit

agglutinin dingin diperlakukan dengan menghindari dingin atau kadang-kadang dengan


rituximab. penghapusan penyebab juga penting. Paroksismal hemoglobinuria dingin
diperlakukan dengan menghilangkan penyebab, seperti infeksi. Penderita dengan anemia
hemolitik autoimun igg atau igm ringan kadang tidak memerlukan pengobatan spesifik,
tetapi kondisi lain di mana terdapat ancaman jiwa akibat hemolitik yang berat
memerlukan pengobatan yang intensif.
Tujuan pengobatan adalah mengembalikan nilai-nilai hematologis normal, mengurangi
proses hemolitik dan menghilangkan gejala dengan efek samping minimal.
penatalaksanaan yang dapat diberikan :
1. Kortikosteroid
Penderita dengan anemia hemolitik autoimun karena igg mempunyai respon yang baik
terhadap pemberian steroid dengan dosis 2-10mg/kgbb/hari. Bila proses hemolitik
menurun dengan disertai peningkatan kadar hb (monitor kadar hb dan retikulosit), maka
dosis kortikosteroid diturunkan secara bertahap. Pemberian kortikosteroid jangak panjang
perlu mendapat pengawasan terhadap efek samping, dengan monitor kadar elektrolit,
peningkatan nafsu makan, kenaikan berat badan, gangguan tumbuh kembang, serta risiko
terhadap infeksi.
2. Gammaglobulin Intravena
pemberian gammaglobulin intravena dengan dosis 2g/kgbb pada penderita anemia
hemolitik autoimun dapat diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid.
3. Tranfusi Darah
Pada umumnya, anemia hemolitik autoimun tidak membutuhkan tranfusi darah. tranfusi
sel eritrosit diberikan pada kadar hemoglobin yang rendah, yang disertai dengan tandatanda klinis gagal jantung dengan dosis 5ml/kgbb selama 3-4jam.
13

4. Plasmafaresis atau Tranfusi Tukar


Plasmafaresis untuk pengobatan anemia hemolitik autoimun yang disebabkan oleh igg
kurang efektif bila dibandingkan dengan hemolitik yang disebabkan oleh igm meskipun
sifatnya hanya sementara
5. Splenektomi
Penderita yang tidak responsif terhadap pemberian kortikosteroid dianjurkan untuk
splenektomi. tetapi mengingat komplikasi splenektomi (seperti sepsis), maka tindakan ini
perlu dipertimbangkan.
I. Pemeriksaan
1. Aha tipe panas
Pada aha tipe panas ini dijumpai kelainan laboratarium sebagai berikut:
1. Darah Tepi
anemia ini juga dijumpai kelianan diantaranya, pada darh tepi terdapat
mikrosferosit, pliikromasia, normoblast dalam darh tepi. morfologi anemia ini
pada umumnya ialah normokoromik normositer dan juga di dapat terjadinya
peningkatan retikulosit.
2. Bilurubin serum meningkat 2-4 mg/dl, dengan bilurubin indierk lebih tinggi dari
bilurubin direk.
3. Tes coombs direk (dat) positif.

Gambar: Hapusan darah tepi penderita aha: menunjukan eritrosit normokromik normositer, mikrosferosit,
fragmentosit dan sebuah normoblast (panah)

4. Hemoglobin dibawah 7gr/dl.


5. Yang paling menonjol pada pemeriksaan darah tepi pada tipe hangat ini yakni
ditemukan sferositosis yang menonjol dalam darah tepi.

14

gambar: menuujukan sedian apus darah tepi pada anemia hemolitik autoimun tipe hangat, terdapat
banyak mikrosferosit dan sel polikromatik yang lebih besar (retikulosit).

2. Aha Tipe Dingin


tes aglutitinasi dingin dijumpai titer tinggi dan tes coombs direk positif. dan juga tes
darah tepi yakni menghitung jumlah lekosit yang kadang sampai >50 rb/mmk yang
biasanya dijumpai pada yang akut, sealin itu juga jmenghitung jumlah trombosit
meningkat.

Gambar: Sedian apus darah pada anemia hemolitik autoimun tipe dingin. aglutinasi eritrosit

yang jelas terdapat pada sediaan apus darah yang dibuat pada suhu ruangan. latar
belakangnya disebabkan oleh kosentrasi protein plasma yang meningkat.

15

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2012/20/asuhan-keperawatan-anemia.html
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S (editor)., 2006. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Made IB., 2006. Hematologi Klinik Dasar. Jakrta: Buku kedoketran EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI., 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fk UI.
wikipedia.org/wiki/Autoimmune hemolytic anemia

16

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Data demografi
b. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan pengobatan


seperti anti kanker, analgetik dll

Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar ionisasi
yang besar

Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung asam


folat,fe dan vit12.

Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit infeksi

Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat

c. Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan/kegagalan genetik yang berasal dari
orang tua yang sama-sama trait sel sabit.

Riwayat kesehatan sekarang

Klien terlihat keletihan dan lemah

Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi

Mengeluh nyeri mulut dan lidah

d. Kebutuhan dasar
17

Pola aktivitas sehari-hari

Keletihan, malaise, kelemahan

Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja

e. sirkulasi

Palpitasi, takikardia, mur mur sistolik, kulit dan membran mukosa (konjungtiva,
mulut, farink dan bibir) pucat

Sklera : biru atau putih seperti mutiara

Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan


vasokonstriksi (kompensasi)

Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok

Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur

f. Eliminasi

Diare dan penurunan haluaran urin

g. Integritas ego

Depresi, ansietas, takut dan mudah tersinggung

h. Makanan dan cairan

Penurunan nafsu makan

Mual dan muntah

Penurunan bb

Distensi abdomen dan penurunan bising usus

Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan

i. Higiene

Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi

j. Neurosensori

Sakit kepala, pusing, vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi

Penurunan penglihatan

Gelisah dan kelemahan

k. Nyeri atau kenyamanan

Nyeri abdomen samar dan sakit kepala

l. Pernafasan

Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea, ortopnea dan dispnea)
18

m. Keamanan

Gangguan penglihatan, jatuh, demam dan infeksi

n. Seksualitas

Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia/amenore)

Hilang libido

Impoten

2. Diagnose
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen..
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan, kelemahan fisik.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun,
mual.
5. Deficit perawatan diri berhubung dengan kelemahan

19

C.

INTERVENSI

20

21

Anda mungkin juga menyukai