1
3) Defisit perawatan diri: Berhias
a. Rambut acak-acakan
b. Penampilan tidak rapi (pakaian kotor)
c. Tidak mau/tidak mampu menyisir rambut
d. Tidak mampu/tidak mau berpakaian secara benar (pakaian tidak
sesuai), tidak mampu memilih/mengambil/mengenakan/melepas
pakaian termasuk mengancingkan dan menutup/membuka
resleting
e. Tidak mampu/tidak mau memakai alas kaki
f. Tidak ada minat mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan atau harus dimotivasi untuk melakukan perawatan diri
g. Laki-laki tidak bercukur atau perempuan tidak berdandan
4) Defisit perawatan diri: Toileting (BAB/BAK)
a. BAB/BAK tidak pada tempatnya/sembarang tempat
b. Tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
c. Tidak mampu menggunakan kloset/pispot
d. Tidak mampu menyiram/menjaga kebersihan toilet
e. Tidak mampu/tidak mau mengenakan pakaian setelah BAK/BAB
c. Klasifikasi
Desifit perawatan diri terbagi dalam beberapa jenis, meliputi (Nurjannah,
2004):
1) Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan
Defisit perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi atau kebersihan diri.
2) Defisit perawatan diri: mengenakan pakaian/berhias.
Defisit perawatan diri (mengenakan pakaian/berhias) adalah
gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan
sendiri.
3) Defisit perawatan diri: makan
Defisit perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4) Defisit perawatan diri: toileting
Defisit perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
2
d. Rentang respon
Menurut Stuart (2016) menjelaskan bahwa rentang respon defisit
perawatan diri antara lain:
1) Regresi yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
2) Penyangkalan yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini
adalah paling sederhana dan primitif.
3) Isolasi diri: suatu kondisi menarik diri.
4) Intelektualisasi yaitu pengguna logika dan alasan yang berlebihan
untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
e. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurangnya dukungan dan latihan dalam meningkatkan
kemampuan dalam perawatan diri dari lingkungannya. Situasi
lingkungan dapat mempengaruhi latihan dan kemampuan dalam
perawatan diri
f. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah penurunan motivasi,
kerusakan kognisi, cemas, lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2016) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi personal
hygiene adalah
3
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan dalam pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan biaya
untuk menyediakannya
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan .
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya
g. Mekanisme koping
1) Regresi yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
2) Penyangkalan yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini
adalah paling sederhana dan primitif.
3) Isolasi diri: suatu kondisi menarik diri
4) Intelektualisasi yaitu pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
4
Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi
5
Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial
Sumber Koping
6
Resiko Bunuh Diri
Halusinasi
Harga Diri Rendah
Isolasi Sosial
7
Defisit Perawatan Diri: Mandi, Berpakaian, Makan, dan Eliminasi
6. Rencana Tindakan Keperawan
Tujuan Umum :Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri.
Tujuan Khusus :
TUK I : Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Intervensi :
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
TUK II :Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Intervensi :
Untuk pasien laki – laki, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
TUK III: Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Intervensi :
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
8
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
DAFTAR PUSTAKA
9
Depkes. 2015. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Depkes. 2016. Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Departemen
Kesehatan
Nurjanah, I. 2014. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta:
Mocomedia.
Stuart, G. W. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tarwoto, W. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
10