Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Kasus (Masalah Utama)


Defisit Perawatan Diri
a. Definisi
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri seperti mandi, berhias, makan, toileting
(Nurjannah,2014). Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan atau
penurunan kemampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan
aktifitas kehidupan sehari-hari dalam hal merawat diri; yang meliputi
kebersihan diri/mandi, makan, berpakaian/berhias dan toileting (Buang Air
Besar (BAB)/Buang Air Kecil (BAK) akibat kerusakan pada fungsi motorik
atau kognitif (Depkes, 2016).
b. Tanda dan gejala
Depkes (2016) menjelaskan bahwa tanda dan gejala defisit perawatan diri
antara lain:
1) Defisit perawatan diri: Makan
a. Tidak mampu menyiapkan/mengambil makan sendiri
b. Tidak mampu menggunakan/memegang alat makan
c. Tidak mampu membawa makanan masuk ke dalam mulut, makan
berceceran atau tidak pada tempatnya
d. Tidak mampu mengunyah/menelan makanan
e. Makan hanya beberapa suap dari piring / porsi tidak habis
2) Defisit perawatan diri: Kebersihan diri/mandi
a. Rambut kotor
b. Gigi kotor
c. Kulit berdaki dan bau keringat
d. Kuku panjang dan kotor
e. Tidak mampu/tidak ada keinginan untuk membersihkan/
mengeringkan badan
f. Tidak ada keinginan/kebutuhan untuk mandi secara teratur

1
3) Defisit perawatan diri: Berhias
a. Rambut acak-acakan
b. Penampilan tidak rapi (pakaian kotor)
c. Tidak mau/tidak mampu menyisir rambut
d. Tidak mampu/tidak mau berpakaian secara benar (pakaian tidak
sesuai), tidak mampu memilih/mengambil/mengenakan/melepas
pakaian termasuk mengancingkan dan menutup/membuka
resleting
e. Tidak mampu/tidak mau memakai alas kaki
f. Tidak ada minat mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan atau harus dimotivasi untuk melakukan perawatan diri
g. Laki-laki tidak bercukur atau perempuan tidak berdandan
4) Defisit perawatan diri: Toileting (BAB/BAK)
a. BAB/BAK tidak pada tempatnya/sembarang tempat
b. Tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
c. Tidak mampu menggunakan kloset/pispot
d. Tidak mampu menyiram/menjaga kebersihan toilet
e. Tidak mampu/tidak mau mengenakan pakaian setelah BAK/BAB
c. Klasifikasi
Desifit perawatan diri terbagi dalam beberapa jenis, meliputi (Nurjannah,
2004):
1) Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan
Defisit perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi atau kebersihan diri.
2) Defisit perawatan diri: mengenakan pakaian/berhias.
Defisit perawatan diri (mengenakan pakaian/berhias) adalah
gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan
sendiri.
3) Defisit perawatan diri: makan
Defisit perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4) Defisit perawatan diri: toileting
Defisit perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

2
d. Rentang respon
Menurut Stuart (2016) menjelaskan bahwa rentang respon defisit
perawatan diri antara lain:
1) Regresi yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
2) Penyangkalan yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini
adalah paling sederhana dan primitif.
3) Isolasi diri: suatu kondisi menarik diri.
4) Intelektualisasi yaitu pengguna logika dan alasan yang berlebihan
untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
e. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurangnya dukungan dan latihan dalam meningkatkan
kemampuan dalam perawatan diri dari lingkungannya. Situasi
lingkungan dapat mempengaruhi latihan dan kemampuan dalam
perawatan diri
f. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah penurunan motivasi,
kerusakan kognisi, cemas, lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2016) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi personal
hygiene adalah

3
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan dalam pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan biaya
untuk menyediakannya
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan .
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya
g. Mekanisme koping
1) Regresi yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
2) Penyangkalan yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini
adalah paling sederhana dan primitif.
3) Isolasi diri: suatu kondisi menarik diri
4) Intelektualisasi yaitu pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

2. Proses Terjadinya Masalah

4
Faktor Predisposisi

Biologis Psikologis Sosiocultural

Penyakit kronis yang Keluarga terlalu Kurang dukungan


menyebabkan klien melindungi dan dan latihan
tidak mampu memanjakan klien kemampuan
melakukan sehingga perawatan diri di
perawatan diri perkembangan lingkungannya
seperti stroke inisiatif terganggu

Faktor Presipitasi

Sifat Asal Waktu Jumlah

 Aspek biologis:  Faktor Waktu Jumlah


berupa kerusakan internal: stressor stressor
kognisi atau keluarga kapan yang dialami
perseptual dan memanjakan terjadi pasien
kelemahan. atau justru sehingga
 Aspek psikologis: malah membuat
kemungkinan membiarkan klien tidak
diakibatkan karena dalam hal melakukan
seseorang yang perawatan perawatan
menderita penyakit diri diri
kronis ataupun  Faktor
gangguan kejiwaan eksternal:
lain sehingga secara Adanya
psikologis mereka budaya
mengalami masyarakat
penurunan motivasi, jika individu
cemas, ansietas sakit tertentu
 Aspek sosialcultural: tidak boleh
penyebab masalah dimandikan.
timbul Penilaian terhadap stressor

5
Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial

Pengetahuan Gambaran Kondisi Perilaku Hubungan


personal suasana fisiologis yang dapat sosial yang
hygiene sangat emosi yang timbul terjadi bila terjadi bila
penting karena
pasien akibat pasien pasien defisit
pengetahuan
yang baik dapat terhadap pasien kurang perawatan
meningkatkan dirinya kurang menjaga diri seperti
kesehatan. dapat merawat diri kebersihan tidak mau
Misal: pasien mem- seperti tidak diri seperti berinteraksi
diabetes pengaruhi bisa tidur, mengurung dengan
mellitus ia kebersihan mual, diri orang lain
harus menjaga
diri. Misal: muntah
kebersihan
kakinya malu, takut
Tidak
percaya
diri

Sumber Koping

Kemampuan Dukungan Aspek Keyakinan


Personal Sosial Material Positif

Kurangnya Seluruh aspek Sarana Ada tidaknya


kemampuan disekitarnya prasarana yang keyakinan
dalam yang dapat menunjang bahwa dengan
memahami, mempengaruhi Misal: Personal menjaga
merasakan, kemampuan hygiene kebersihan diri
dan personal memerlukan alat akan membantu
menyelesaikan termasuk dan bahan yang proses
masalah keluarga, semuanya penyembuhan
sehingga masyarakat memerlukan suatu penyakit
mengalami dalam biaya untuk atau gangguan.
kelemahan membantu klien menyediakannya
untuk menjaga menjaga .
kebersihan diri kebersihan
3. Pohon Masalah dirinya.

6
Resiko Bunuh Diri

Halusinasi
Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

Defisit Perawatan Diri

4. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu di Kaji


Masalah Data yang perlu dikaji Data yang perlu
keperawatan ditambahkan
Defisit perawatan Status mental Subjektif
diri  Penampilan  Pasien merasa lemah
 Aktivitas  Pasien merasan malas
motorik/psikomotorik: untuk beraktivitas
Kelambatan  Pasien merasa tidak
 Afek/emosi berdaya
 Interaksi selama
wawancara
Objektif
 Rambut kotor, acak –
acakan
 Badan dan pakaian
kotor dan bau
 Mulut dan gigi bau
 Kulit kusam dan kotor
 Kuku panjang dan
tidak terawat

5. Diagnosa Keperawatan Jiwa


Nanda 2018:

7
Defisit Perawatan Diri: Mandi, Berpakaian, Makan, dan Eliminasi
6. Rencana Tindakan Keperawan
Tujuan Umum :Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri.
Tujuan Khusus :
TUK I : Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Intervensi :
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
TUK II :Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Intervensi :
Untuk pasien laki – laki, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
TUK III:  Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Intervensi :
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

TUK IV :Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri


Intervensi :

8
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

DAFTAR PUSTAKA

9
Depkes. 2015. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Depkes. 2016. Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Departemen
Kesehatan
Nurjanah, I. 2014. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta:
Mocomedia.
Stuart, G. W. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tarwoto, W. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

10

Anda mungkin juga menyukai