Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Yang dibina oleh Ibu Dr. Tri Anjaswarni, SKp, M.Kep.

Oleh:

Kelompok 3B/D3-Keperawatan

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL : DEFISIT
PERAWATAN DIRI

I. Masalah utama : Defisit Perawatan Diri


II. Proses terjadinya masalah
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2019), penyebab defisit perawatan diri
adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2019), faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Orang dengan gangguan jiwa cenderung mengacuhkan citra tubuhnya, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya melatih kognitif orang dengan gangguan jiwa untuk
selalu menjaga kebersiahannya
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
perawatan diri secara adekuat sehingga membutuhkan beberapa system yang dapat
membantu klien memenuhi kebutuhannya. (Erlando, 2019). Defisit perawatan diri
terjadi apabila sesorang tidak mampu merawat dirinya sendiri atau bergantung pada
orang lain (anggota keluarga yang lain). Defisit perawatan diri terjadi apabila
kebutuhan perawatan diri yang terapeutik (total akitivitas keseluruhan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan universal, perkembangan, dan deviasi kesehatan)
melampaui kemampuan self- care (kemampuan individu dalam melakukan perawatan
diri) (Susanti, 2010).
Defisit perawatan diri dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan klien dalam
melakukan kegiatan sehari-hari, seperti makan, kebersihan (mandi, Buang Air
Kecil/BAK dan Buang Air Besar/BAB), berpakaian, dandan, dan tidur (Susanti,
2010).
B. Rentang Respon
a. Faktor predisposisi
1) Biologis: penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri dan faktor herediter.
2) Psikologis: faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Kemampuan realitas turun, pasien gangguan jiwa yang kemampuan
realitas kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
3) sosial: kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri (WIDYAWATI, 2019)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan Defisit perawatan diri adalah
penurunan citra tubuh, motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas,
lelah, yang di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri, Sumber penghasilan atau sumber ekonomi
mempengaruhi jenis dan tingkat praktik keperawatan diri yang dilakukan.
Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya
bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik keperawatan diri.
Macam-macam respon Defisit perawatan diri:
1) Pola perawatan diri seimbang : saat Pasien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
Pasien seimbang, Pasien masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat Pasien mendapatkan stresor
kadang-kadang Pasien tidak memperhatikan perawatan diri nya
3) Tidak melakukan perawatan diri: Pasien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor
c. Mekanisme koping
1) Regresi : berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya untuk mengelola ansietas,
menyisakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehar-hari.
2) proyeksi: upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu.
3) Menarik diri: berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan dan
keasyikan dengan pengalaman internal
4) Pengingkaran: sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme
koping ini adalah sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali seorang
menerima informasi yang menyebabkan rasa takut dan ansietas.
d. Sumber Koping
Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan
dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun:
1) Disonansi kognitif Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan
farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa
aktif dengan memilih kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode
pertama.
2) Pencapaian wawasan Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat dipercaya.
3) Kognitif yang konstan Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan
interpersonal yang normal dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai
dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja.
4) Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan Tahap ini termasuk
kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang
sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan
jiwa (WIDYAWATI, 2019)
C. Penyebab
penyebab kurang perawatan diri adalah :
1) Faktor predisposisi
a) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2) Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygienesangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya. Banyak gangguan kesehatan yang diderita
seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan intergritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik
pada kuku. Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Astuti,
2019).
D. Tanda dan gejala
Menurut Depkes 2012, tanda dan gejala Pasien dengan Defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor,
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri
c. Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berprilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK di sembarang tempat,
e. gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
E. Akibat
Dampak fisik dari defisit perawatan diri adalah banyaknya gangguan kesehatan
akibat tidak terjaganya kebersihan diri , gangguan fisik yang sering terjadi pada
skizofernia meliputi gangguan integritas kulit , gangguan membran mukosa
mulut , terjadi infeksi pada mata dan telinga serta gangguan pada kuku.
Sedangkan psikososial pada defisit perawatan diri adalah gangguan kebutuhan
rasa aman dan nyaman , kebutuhan dicintai dan mencintai , kebutuhan harga
diri dan gangguan interaksi sosial yang diakibatkan badan bau dan penampilan
tidak rapi (HIDAYATI, 2018)
III. Pohon masalah dan Masalah keperawatan
IV. Diagnosa Keperawatan
SDKI D.0109 Defisit Perawatan Diri.
Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Penyebab
1.Gangguan muskuloskeletal
2.Gangguan neuromuskuler
3.Kelemahan
4.Gamgguan psikologis dan/atau psikotik
5.Penurunan motivasi/minat
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
1.Menolak melakukan perawatan diri
Objektif
1.Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri
2.Minat melakukan perawatan diri kurang
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
1.(tidak tersedia)
Objektif
1.(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
1.Stroke
2.Cedera medula spinalis
3.Depresi
4.Arthritis reumatoid
5.Retardasi mental
6.Delirium
7.Demensia
8.Gangguan amnestik
9.Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10.Fungsi penilaian terganggu
Keterangan
Diagnosis ini dispesifikasikan menjadi salah satu atau lebih dari :
1.Mandi
2.Berpakaian
3.Makan
V. Rencana Keperawatan
SLKI
L. 11103 PERAWATAN DIRI
Definisi
Kemampuan melakukan atau menyesuaikan aktivitas perawatan diri
Ekspetasi: Meningkat
Krieria Hasil

Menu Cuku Sed Cukup Menin


run p ang Menin gkat
Menu gkat
run
Kemampua 1 2 3 4 5
n mandi
Kemampua 1 2 3 4 5
n
mengenaka
n pakaian
Kemampua 1 2 3 4 5
n makan
Kemampua 1 2 3 4 5
n ke toilet
(BAB/BAK
)
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan
melakukan
perawatan
diri
Minat 1 2 3 4 5
melakukan
perawatan
diri
Mempertah 1 2 3 4 5
ankan
kebersihan
diri
Mempertah 1 2 3 4 5
ankan
kebersihan
mulut
SIKI
DUKUNGAN PERAWATAN DIRI (I. 11348)

Definisi
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri
Observasi
1. Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan sesuai usia
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan

Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik ( mis. suasana hangat, rileks, privasi)
2. Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi dan sabun mandi)
3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
A. Tujuan umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit
perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wedyodiningrat, Lawang.
B. Tujuan khusus
1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wedyodiningrat, Lawang.
2. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
defisit perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wedyodiningrat, Lawang.
3. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit
perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wedyodiningrat, Lawang.
4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan defisit
perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wedyodiningrat, Lawang.
5. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri di
Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wedyodiningrat, Lawang.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, L. I. (2019). Gambaran defisit perawatan diri pada pasien dengan skizofrenia di wisma

sadewa rsj grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Akademi Keperawatan “YKY.”

Erlando, R. P. A. (2019). Terapi Kognitif Perilaku dan Defisit Perawatan Diri: Studi Literatur.

ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 94–100. https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.9

HIDAYATI, R. T. (2018). Pengaruh Terapi Kognitif Dan Perilaku Terhadap Peningkatan

Kemampuan Perawatan Diri Pada Klien Skizofrenia Dengan Defisit Perawatan Diri Di

Rsjd Dr. Amino Gondohutomo.

Susanti, H. (2010). Defisit Perawatan Diri Pada Klien Skizofrenia: Aplikasi Teori Keperawatan

Orem. Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(2), 87–97.

https://doi.org/10.7454/jki.v13i2.237

WIDYAWATI, F. D. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan

Psikososial Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Penitipan Klien

Gangguan Jiwa Mitra Sakti Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Tahun 2019.

Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Modifikasi Direja (2011), Prabowo (2014) dan afnuhazi (2015)


Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Dino S. (2017) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Defisit
Perawatan Diri Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. Hb. Sa’anin Padang.
Padang:Pustaka-poltekkes

Anda mungkin juga menyukai