Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
2022
A. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dankesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri sendiri (Direja, 2012).
Menurut Casto (2012) defisit perawatan diri adalah gangguan persepsi tentang suatu
objek atau gambaran. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pelaksanaan standar asuhan
keperawatan difisit perawatan diri akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan
psikomotor pasien dalam merawat diri.
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan
aktifitas perawatan diri seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan toileting.
(Dermawan,2013)
Deficit perawatan diri adalah ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan
aktivitas perawatan diri (SDKI,2017)
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf, 2015)
B. Etiologi
Menurut Dermawan 2013, penyebab kurang perawatan diri adalah :
1) Faktor predisposisi
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
2) Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Dermawan 2013 faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah :
a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygienesangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene adalah :
a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan intergritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
C. Klasifikasi
Menurut Damayanti 2012, Klasifikasi deficit perawatan diri terdiri dari
1) Defisit perawatan diri : mandi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
2) Defisit perawatan diri : berpakaian Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas bepakaian dan berhias unrtuk diri sendiri
3) Defisit perawatan diri : makan Hambatan kemampuan untuk melakukan aktivitas
makan sendiri
4) Defisit perawatan diri : eliminasi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Dermawan 2013 manifestasi klinis pada klien dengan defisit perawatan diri
adalah
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi
2) Psikologi
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi sosial
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3) Sosial
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai normal
d) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
E. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri sebagai berikut:
Adaptif Maladaptif
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stres dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stress kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stress
F. Akibat
Menurut Dermawan (2013) akibat yang timbul pada masalah deficit perawatan diri ialah
a. Akibat fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan mencinti, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
G. Penatalaksanaan
-Farmakologi
1) Obat anti psikosis : penotizin
2) Obat anti despresi : amitripilin
3) Obat anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam.
4) Obat anti insomnia : phnebarbital
- Terapi
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
1) Janganmemancingemosiklien
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dalam keluarga
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya.
b. Terapi aktivas kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas
lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan keadaan klien
karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang
lain
Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
1. Manfaat perawatan diri.
2. Menjaga kebersihan diri.
3. Tata cara makan dan minum.
4. Tata cara eliminasi.
5. Tata cara berhias
c. Terapi musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.
H. Pohon Masalah
Effect Gangguan Pemeliharaan Perawatan diri
Tgl No DX Perencanaan
dx Keperawat Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
an
Defisit TUM: klien 1. klien menunjukkan 1. Bina hubungan saling
Perawatan dapat mandiri tanda-tanda percaya percaya
Diri dalam kepada perawat : Berikan salam
perawatan diri - Wajah cerah, setiap
tersenyum berinteraksi
TUK: 1. Klien - Mau Perkenalan
dapat membina berkenalan nama, nama
hubungan saling - Ada kontak panggilan
percaya dengan mata perawat dan
perawat - Menerima tujuan perawat
kehadiran berkenalan
perawat Tanyakan nama
- Bersedia dan panggilan
kesukaan klien
Tunjukkan
sikap jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
Tanyakan
perasaan dan
masalah yang
- Cara gosok
gigi
- Cara Keramas
- Cara
Berpakaian
- Cara berhias
- Cara gunting
kuku
Klien dapat 4. klien mempraktekkan 4. Bantu klien saat
melaksanakan perawatan diri dengan perawatan diri
perawatan diri dibantu oleh perawat: Mandi
dengan bantuan Gosok gigi
perawat Keramas
Ganti pakaian
Berhias
Gunting kuku
Beri pujian setelah
klien selesai
melaksanakan
perawatan diri
SP PASIEN
SP 1P
SP 2P
SP 3P
SP 4P
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan, dan minum, beri pujian
2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik
3. Latih BAK/BAB yang baik
4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien
SP 5P
1. Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri ; Kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, BAB dan BAK, berikan pujian
2. Latih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah perawatan diri telah baik
SP KELUARGA
SP 1K
SP 2K
SP 3K
Casto. (2010). Pengaruh Pelaksana Standar asuhan Keperawatan Diri Di Ruangan Pusuk
Buhit Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.
Damayanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika. Aditama.
Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Gosyen Publishing
Direja, A. H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis
keperawatan jiwa berat, Jakarta : Salemba Medika.
Keliat, B.A. & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Yosep, I. & Sutini,T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung : PT RefikaAditama
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika