Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

DI RSJ SAMBANG LIHUM BANJARMASIN

Disusun Oleh:
DENDI SAPUTRA
PO.6220122009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2024
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraansesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Defisit
keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan defisin perawatan diri
yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehinggakemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun ( Keliat dan Akemat,2007).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(Tarwoto dan Wartonah, 2000).
B. Jenis Defisit Perawatan Diri
a. Kurang perawatan diri: Mandi / kebersihan. Kurang perawatan diri (mandi)
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan
diri.
b. Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian / berhias.Kurang perawatan diri
(mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri: Makan. Kurang perawatan diri (makan) adalah
gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri: Toileting. Kurang perawatan diri (toileting) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting
sendiri (Nurjannah: 2004, 79).
C. Etiologi
Menurut DepKes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan. akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososialMasalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai
dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
D. Akibat
Akibat dari defisit perawatan diri adalah Gangguan Pemeliharaan Kesehatan (Budiana
K, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Jilid 2), Gangguan pemelihaaan kesehatan ini
bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies, panu, kurap)
dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena kegagalan dalam makan),
penyebaran penyakit orofecal (karena hiegene bab/bak sembarangan).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1. Badan bau, pakaian kotor.
2. Rambut dan kulit kotor.
3. Kuku panjang dan kotor
4. Gigi kotor disertai mulut bau
5. Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1. Malas, tidak ada inisiatif.
2. Menarik diri, isolasi diri.
3. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1. Interaksi kurang
2. Kegiatan kurang
3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah:
a. Data subyektif
1. Pasien merasa lemah.
2. Malas untuk beraktivitas
3. Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1. Rambut kotor, acak-acakan
2. Badan dan pakaian kotor dan bau
3. Mulut dan gigi bau.
4. Kulit kusam dan kotor
5. Kuku panjang dan tidak terawat
F. Penatalaksaan
a. Psikofarmakologi
1. Obat anti psikosis: Penotizin
2. Obat anti depresi: Amitripilin
3. Obat anti ansietas: Diasepam, Bromozepam, Clobozam
4. Obat anti insomnia: Phneobarbital
b. Psikoterapi
1. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian
a) BHSP (bina hubungan saling percaya)
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
d) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
e) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
2. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial,
atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupkan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
3. Terapi music
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
G. Pohon Masalah
Gangguan pemeliharaan Kesehatan

Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial : Menarik Diri

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan jiwa yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit perawatan diri,
diantaranya yaitu:
a. Defisit Perawatan Diri
b. Isolasi Sosial: Menarik Diri
c. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan defisit perawatan diri, yaitu
diantaranya:
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena aimya dingin atau di rumah sakit tidak
tersedia alat mandi
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
3) Klien mengatakan ingin disuapi makan
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK maupun BAB

b. Data Objektif
1) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor
2) Ketidakmampuan berpakaian berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor
dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita)
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil
makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya
4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

3. Perencanaan Keperawatan
a. Tujuan Keperawatan Jiwa pada Pasien
1) Pasien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2) Pasien mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri, kemudian
memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
3) Pasien mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara mandi, gosok gigi, keramas,
berdandan, makan yang baik, eliminasi yang baik, kemudian memasukkannya kedalam
jadwal kegiatan harian

b. Tujuan Keperawatan Jiwa pada Keluarga


1) Keluarga mampu mengungkapkan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, jenis
defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3) Keluarga mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara merawat pasien defisit perawatan
diri
4) Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)

c. Tindakan Keperawatan Jiwa pada Pasien


1) Jelaskan pentingnya kebersihan diri
2) Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
3) Latih cara menjaga kebersihan diri, kemudian bimbing untuk memasukkannya kedalam
jadwal kegiatan harian
4) Jelaskan cara mandi, gosok gigi, keramas, berdandan, makan yang baik, eliminasi yang
baik
5) Latih cara mandi, gosok gigi, keramas, berdandan, makan yang baik, eliminasi yang baik,
kemudian bimbing untuk memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian

d. Tindakan Keperawatan Jiwa pada Keluarga


1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, jenis defisit perawatan diri
yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3) Jelaskan cara merawat pasien defisit perawatan diri
4) Latih cara merawat pasien defisit perawatan diri
5) Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge
planning).
6) Jelaskan follow up pasien sesudah pulang
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, F, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondhoutomo
Keliat, B.A. 2007. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai