Anda di halaman 1dari 16

KONSEP TEORI

“ DEFISIT PERAWATAN DIRI ”

1. Definisi Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang


yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi, higiene, dan (toileting)
(Abdul, 2017). Defisit perawatan diri menurut Orem adalah ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan perawatan diri secara adekuat sehingga
dibutuhkan beberapa sistem yang dapat membantu klien dalam memenuhi
kebutuhanperawatan dirinya (Erlando, 2019).

Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan seseorang dalam


melakukan aktivitas perawatan diri sendiri (PPNI, 2018). Pasien dengan
masalah defisit perawatan diri tidak mempunyai keinginan untuk merawat
dirinya seperti mandi teratur, berhias diri, buang air kecil dan besar pada
tempatnya. Kebutuhan aktifitas perawatan diri merupakan fokus dalam asuhan
keperawatan jiwa, sehingga seorang perawat harus memiliki kemampuan
dalam pemenuhan kebutuhan aktifitas perawatan diri, terutama pada pasien
yang mengalami masalah defisit perawatan diri.

2. Etiologi Defisit Perawatan Diri

Etiologi Menurut (Suerni & Livana, 2019) Defisit perawatan diri di sebabkan
karena dua faktor yaitu faktor predisposisi dan faktor pretisipasi .
a. Faktor predisposisi

Meliputi faktor biologis yang dimana penyakit kronis yang


menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri sendiri. Faktor
perkembangan yaitu keluarga terlalu memanjakan dan melindungi pasien
sehingga perkembangan insiatif pasien menjadi terganggu. Faktor sosial
dimana dukungan dan latihan dalam merawat diri yang kurang situasi
lingkungan yang mempengaruhi latihan dalam kemampuan merawat diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau
menurunnya motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah
ataulemah yang dialami individu tidak peduli dengan perawatan diri.

3. Proses Terjadinya Penyakit Defisit Perawatan Diri

Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri Menurut Depkes (2000,


dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi

1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien


sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000, dalam
Dermawan, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah :

1) Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat


mempengaruhikebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanyamemerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien menderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
bolehdimandikan.
6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan
untukmerawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
4. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola Perawatan Kadang Perawatan Tidak Melakukan


Diri Seimbang Diri Kadang Tidak Perawatan Saat
Stress

 Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.

 Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor


kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,

 Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
5. Tanda Dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah :

a) Fisik
 Badan bau, pakaian kotor.
 Rambut dan kulit kotor.
 Kuku panjang dan kotor.
 Gigi kotor disertai mulut bau.
 Penampilan tidak rapi.
b) Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif.
 Menarik diri, isolasi diri.
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
 Interaksi kurang.
 Kegiataan kurang.
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
 Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :

a. Data subyektif

1) Pasien merasa lemah

2) Malas untuk beraktivitas

3) Merasa tidak berdaya

b. Data obyektif

1) Rambut kotor, acak-acakan.

2) Badan dan pakaian kotor dan bau


3) Mulut dan gigi bau

4) Kulit kusam dan kotor

5) Kuku panjang dan tidak terawat

6. Jenis – Jenis Defisit Perawatan Diri

Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis deficit


perawatan diri terdiri dari:
a) Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
b) Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

c) Kurang perawatan diri : Makan


Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.

d) Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk


melakukan atau menyelesaikan.

7. Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri

Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai
berikut:

1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku


kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (
Dermawan, 2013).
2) Penyangkalan ( Denial ) , melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan
dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain
serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan
(Yusuf dkk, 2015).
3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri,
tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan ( Dermawan,
2013).
4) Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi
dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi)
misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan
“sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf
dkk, 2015).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

“ DEFISIT PERAWATAN DIRI ”

1. Pengkajian

a) Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam
medik, keluarga yang dapat dihubungi.
b) Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang,
atau dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu
senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat
murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan
mulai mengganggu orang lain.
c) Faktor Predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan
adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik
dan mental yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Ditemukan adanya faktor
perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya
kemampuan realitas sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan
dan situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan
diri.
d) Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan
tandatanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu
pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien yang kotor dan
acak-acakan.
e) Psikososial
 Genogram : Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
f) Konsep diri
 Citra tubuh : Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
g) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai
laki-laki atau perempuan , keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelamin dan posisinnya.

h) Peran diri

Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/


pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam
melaksanakan fungsi atau perannya perubahan yang terjadi saat pasien
sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
i) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan
pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien terhadap
penyakitnya
j) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan orang lain,
fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan
atau penghargaan orang lain.
k) Hubungan social
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar menghindari
pasien. Adanya hambatan dalam behubungan dengan orang lain, minat
berinteraksi dengan orang lain.
l) Spiritual
 Nilai dan keyakinan : Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama
pasien terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.
 Kegiatan ibadah : Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
ketika pasien menglami gangguan jiwa.
m) Status mental
 Penampilan : Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak
tahu cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
 Cara bicara / pembicaraan : Biasanya cara bicara pasien lambat,
gagap, sering terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
 Aktivitasmotoric : Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
 Alam perasaan : Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
 Afek : Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
 Interaksi selama wawancara : Biasanya respon pasien saat
wawancara tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang serta
curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
 Persepsi : Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap
hal-hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan
serta halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
 Proses pikir : Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi, pembicaraan
meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.
n) Kebutuhan pasien pulang
 Makan
 Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta
pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
 Berpakaian
 Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
 Mandi
 Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok
gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh pasien
tampak kusam dan bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
 BAB/BAK
 Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat
tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah BAB/BAK.
 Istirahat
 Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas
apapun setelah bangun tidur.
 Penggunaan obat
 Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak
teratur.
Aktivitas dalam rumahBiasanya pasien tidak mampu melakukan
semua aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu
merasa malas.
o) Mekanisme koping
 Adaptif : Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain,
tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu
berolahraga karena pasien selalu malas.
 Maladaptif : Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu
menghindari orang lain.
 Masalah psikososial dan lingkungan : Biasanya pasien mengalami
masalah psikososial seperti berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi
dan pelayanan kesehatan.
 Pengetahuan : Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil
keputusan.
p) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping
dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas
dengan menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya.
Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stressdan
mengadopsi strategi koping yang efektif.

POHON MASALAH

Effect Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah Kronis


2. Diagnosa

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji


Defisit Perawatan Diri Subyektif:
1. Klien merasa lemah
2. Malas beraktivitas
3. Merasa tidak berdaya
Obyektif:
1. Rambut kotor, acak-acakan
2. Badan dan pakaian kotor dan bau
3. Mulut dan gigi bau
4. Kulit kusam dan kotor
5. Kuku panjang dan tidak terawatt
Resiko Gangguan Subyektif:
Integritas Kulit Klien mengatakan saya tidak ammpu mandi, tidak bisa
melakuan apa-apa, kulit gatal-gatal
Obyektif:
Klien terlihat kurang memperhatikan kebersihan, halitosis,
badan bau, dermatitis pada kulit
Isolasi Sosial: Menarik Subyektif:
Diri Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tau apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri
Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternative tindakan, apatis, menolak berhubungan,
kurang memperhatikan kebersihan
3. Intervensi Keperawatan

PERENCANAAN
Tujuan kriteria hasil Intervensi Rasional
TUK 1 : 1. Wajah cerah tersenyum 1. Berikan salam setiap berinteraksi. Hubungan saling percaya
Klien dapat membina 2. Mau berkenalan 2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat menjadi dasar interaksi
hubungan saling 3. Ada kontak mata berkenalan. selanjutnya sehingga
percaya dengan 4. Menerima kehadiran 3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. klien lebih terbuka,
perawat. Kriteria perawat 4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. merasa aman, dan mau
evaluasi dalam 5. Bersedia menceritakan 5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. berinteraksi
berinteraksi klien perasaannya 6. Buat kontrak interaksi yang jelas.
menunjukkan tanda- 7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
tanda percaya pada 8. Penuhi kebutuhan dasar klien.
perawat

TUK 2 : 1. Klien dapat menyebutkan 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prisip Meningkatkan
Klien dapat mengenal kebersihan diri pada waktu komunikasi terapeutik. kemampuan klien
tentang pentingnya 2 kali pertemuan. 2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara terhadap orientasi
kebersihan diri. 2. Mampu menyebutkan menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-tanda bersih. terhadap kebutuhan
kembali kebersihan untuk 3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri tubuhnya.
kesehataan seperti 4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan
mencegah penyakit. klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
3. Klien dapat meningkatkan 5. Bantu klen mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
cara merawat diri. memelihara kebersihan diri.
6. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti : mandi 2
kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting
kuku jika panjang.
TUK 3 : 1. Klien berusaha untuk 1. Motivasi klien untuk mandi Klien dapat memenuhi
Klien dapat memelihara kebersihan diri 2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk kebutuhan kebersihan
melakukan kebersihan seperti mandi pakai sabun mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. dirinya
diri dengan bantuan dan disiram pakai air 3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
perawat. sampai bersih. 4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut
2. Mengganti pakaian bersih 5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
sehari – hari. perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
3. Merapikan penampilan. mandi.
6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.

TUK 4 : 1. Setelah satu minggu klien 1. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur. Klien dapat memenuhi
Klien dapat dapat melakukan 2. Ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju, kebutuhan kebersihan
melakukan kebersihan perawatan kebersihan diri dan pakai sandal. dirinya dengan baik.
perawatan diri secara secara rutin dan teratur
mandiri tanpa anjuran, seperti
mandi pagi dan sore.
2. ganti baju setiap hari
3. penampilan bersih dan
rapi.

TUK 5 : Klien selalu tampak bersih 1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan Klien dapat
Klien dapat dan rapi. diri. mempertahankan
mempertahankan kebersihan dirinya secara
kebersihan diri secara mandiri.
mandiri
TUK 6 : 1. Keluarga selalu 1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab krang minatnya klien Keluarga membantu
Klien dapat dukungan mengingatkan hal-hal menjaga kebersihan diri klien dalam memotivasi
keluarga dalam yang berhubungan dengan 2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah kebersihan diri.
meningkatkan kebersihan diri. dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan
kebersihan diri 2. Keluarga menyiapkan kemajuan yang telah dialami di RS.
sarana untuk membantu 3. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
klien dalam menjaga kebersihan diri klien.
kebersihan diri. 4. Jelaskan pada keluarga tentang manfat sarana yang lengkap dalam
3.Keluarga membantu dan menjaga kebersihan diri klien
membimbing klien dalam
menjaga kebersihan diri.

TUK 7 : 1.Keluarga selalu 1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab krang minatnya klien Keluarga dapat
Klien dapat mengingatkan hal-hal yang menjaga kebersihan diri memotivasi dan
dukungan keluarga berhubungan dengan 2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah memantau klien dalam
dalam meningkatkan kebersihan diri. dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan memenuhi kebersihan
kebersihan diri 2.Keluarga menyiapkan kemajuan yang telah dialami di RS. diri
sarana untuk membantu 3. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
klien dalam menjaga kebersihan diri klien.
kebersihan diri. 4. Jelaskan pada keluarga tentang manfat sarana yang lengkap dalam
3.Keluarga membantu dan menjaga kebersihan diri klien
membimbing klien dalam 5. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
menjaga kebersihan diri. terhadap kemajuan yang telah dialami.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat


5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan
apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai apa belum, evaluasi membandingkan keadaan yang ada pada pasien dengan
kriteria hasil pada perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai