Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 SAMPAI 4 PADA PASIEN DENGAN DEFISIT

PERAWATAN DIRI

Disusun untuk Memenuhi Stase Mata Kuliah


Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing Akademik: Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc.

Disusun Oleh:
SUSILO HARTONO
22020121210021

Kelompok VII

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVIII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Poter. Perry, 2005 dalam
Direja, 2011). Kondisi ketika seseorang tidak mampu melakukan perawatan untuk
dirinya sendiri disebut kurang perawatan diri. Tarwoto dan Wartonah (2000, dalam
Direja, 2011). Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit perawatan
diri merupakan suatu kelainan yang dialami seseorang ketika tidak mampu melakukan
atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Aktivitas sehari-hari tersebut
meliputi perawatan diri seperti mandi, makan, berhias atau berdandan, toileting. Hal
ini didukung dengan perilaku tidak adanya keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, membiarkan pakaian kotor, bau badan, bau napas serta penampilan
tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien dengan gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidak
pedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan
menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf,
2015).

2. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri
sebagai berikut:

Adaptif Maladaptif

Tidak
Pola Kadang melakukan
Perawatan perawatan diri perawatan diri
Diri kadang tidak saat stress
Seimbang

a. Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor.

3. Proses Terjadinya Masalah Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), penyebab defisit perawatan
diri adalah:

a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:

1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita diabetes
melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
4. Psikodinamika Terjadinya Defisit Perawatan Diri

Perasaan negatif Trauma situasional Perasaan tidak


terhadap diri sendiri - Kecelakaan mampu
- Perceraian
- Korban perkosaan
- Putus sekolah
Faktor Predisposisi
- Perkembangan:
keluarga Harga Diri Rendah
memanjakan klien
Faktor Presipitasi
- Biologis: penyakit
kronis Kemampuan - Penurunan motivasi
- Kemampuan melakukan aktivitas - Kerusakan
realitas menurun menurun kognisi/perceptual
- Sosial: kurang - Lelah, lemah
dukungan & latian

Data Subjektif: Data Objektif:


- Pasien merasa lemah - Rambut kotor, tidak rapi
- Malas untuk aktivitas - Badan&baju bau dan kotor
- Mulut&gigi bau
- Merasa tidak berdaya
- Kulit kusam&kotor
- Kuku panjang tidak terawat

Koping individu tidak


efektif

Defisit Perawatan Diri

Menarik diri merasa tidak Ketidakpedulian


berguna, rasa bersalah merawat diri

Stress
Menghindari interaksi
dengan orang lain
Kesepian

Proses terjadinya defisit perawatan diri (Dermawan, 2013)


5. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis defisit perawatan
diri terdiri dari:
a. Kurang perawatan diri: Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri: mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri: makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri: toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan.
6. Tanda Gejala Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien dengan
defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiataan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah:
a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah.
2) Malas untuk beraktivitas.
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak-acakan.
2) Bdan dan pakaian kotor dan bau.
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor.
5) Kuku panjang dan tidak terawat.
7. Dampak Defisit Perawatan Diri
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene antara lain : a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan mencinti, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai
berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan (Denial), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan
dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta
tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk,
2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi
psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi
dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi)
misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah
nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)
B. STRATEGI KOMUNIKASI
Menurut dermawan (2013), penatalaksanaan defisit perawatan diri dapat dilakukan
dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP). Strategi pelaksanaan tersebut adalah:
SP 1 pasien:
1) Identifikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAB/BAK.
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3) Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
4) Latih cara menjaga kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, potong kuku.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat gigi (2 kali per
hari), cuci rambut (2 kali per minggu), potong kuku (satu kali per minggu).
SP 2 Pasien:
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk perempuan;
sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
SP 3 pasien:
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3) Latih cara dan alat makan dan minum.
4) Latih cara makan dan minum yang baik.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum yang baik.
SP 4 pasien:
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian.
2) Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
3) Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum serta buang air besar dan buang air kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Kperawatan
Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing.

Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta:
Nuha Medika.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 1
Masalah: Defisit Perawatan Diri
Pertemuan ke I (Pertama)

I. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien.
• Data Subyektif: Klien mngatakan malas mandi, tidak ingin ganti pakaian
• Data Obyektif: Klien terlihat kotor (badan dan gigi), rambut tidak disisir,
pakaian tampak kotor, bau dan menolak diajak mandi.
b. Diagnosa Keperawatan.
Defisit Keperawatan Diri
c. Tujuan Tindakan Keperawatan.
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3) Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
4) Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
5) Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
d. Tindakan Keperawatan.
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Menjelaskan kebersihan yang baik.
3) Membantu klien mempraktekkan cara kebersihan yang baik.
4) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

II. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


a. Tahap Orientasi.
1) Salam Terapeutik
Perawat : Assalamu’alaikum, selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya
Susilo Hartono, saya biasa dipanggil Susilo. Saya perawat
yang Jaga diruang Rajawali ini, jadi selama 1 hari ini saya
yang merawat Bapak. Kalau boleh tau nama Bapak siapa ya?
senangnya dipanggil apa?”
Pasien : Nama saya Agung Kurniawan, saya biasa dipanggil Agung
Mas....
Perawat : Baik, saya panggil Pak Agung boleh?
Pasien : Boleh Mas
2) Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Perawat : Bagaimana perasaan Pak Agung saat ini?
Pasien : Perasaan saya hari ini sedikit tidak bersemangat Mas
sampai- sampai saya malas untuk mandi dan menggosok
gigi.

Perawat : Sudah berapa hari ya Pak Agung tidak mandi dan menggosok
gigi?

Pasien : Sudah 6 harian Mas


Perawat : Apakah Pak Agung bersedia untuk saya mandikan dan
mencuci rambut Bapak, lalu saya ajarkan teknik menggosok
gigi yang baik dan benar?

Pasien : Kalau mandi, mencuci rambut rambut dan menggosok gigi


saya dapat lakukan sendiri sih Mas. Tapi kalau gunanya dan
cara-caranya saya kadang nggak paham Mas.

Perawat : Baiklah Pak, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol dan


berdiskusi tentang pentingnya kebersihan diri. Apakah Pak
Agung bersedia?

Pasien : Iya saya bersedia Mas


Perawat : Baik karena Pak Agung sudah bersedia, nanti kita akan
ngobrol-ngobrol tentang manfaat mandi bagi kesehatan, apa
alasan Bapak tidak mau mandi, tanda-tanda orang tidak
melakukan perawatan diri seperti mandi dan menggososk gigi,
masalah kesehatan yang timbul akibat tidak melakukan
perawatan diri, alat-alat apa saja yang digunakan untuk
merawat kebersihan diri. Nah, kira-kira Pak Agung maunya
berapa lama kita ngobrol dan berdiskusi tentang pentingnya
merawat diri?

Pasien : Saya sih terserah Mas Susilo saja, asalkan jangan terlalu lama.
Perawat : Jadi baik, kita berdiskusinya 30 menit saja, apakah Pak Agung
merasa terlalu lama dengan waktu tersebut? Apakah kita nanti
ngobrolnya disini atau mau di taman dekat ruangan Mas?

Pasien : Tidak Mas. Saya rasa waktu tersebut cukup Mas. Kita
ngobrolnya disini saja Mas...
Perawat : Baiklah, kita mulai ya bu....
Pasien : Ya Mas.....

b. Tahap Kerja
Pelaksanaan rencana tindakan sesuai dengan tujuan SP yang akan dicapai.
Perawat : Apa yang membuat Pak Agung tidak mandi dan
menggosok gigi?

Pasien : Kayaknya saya lebih merasa lebih nyaman aja kalau


Tidak mandi, menggosok gigi dan tidak mengganti pakaian.
Perawat : Oh gitu, apakah Pak Agung tau dampak yang muncul
bagi kesehatan apabila tidak mandi, tidak menggosok
gigi dan mengganti pakaian pak?

Pasien : Kayaknya sih nggak ada dampak bagi kesehatan Mas....


kalau tidak mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian
emangnya kenapa ya Mas? Saya merasa nyaman-nyaman saja
Mas...

Perawat : Baik Pak Agung, saya akan menjelaskan tentang manfaat


mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian terhadap
kesehatan ya... Mandi dilakukan 2x sehari yakni pada pagi hari
dan sore hari. Manfaat mandi yakni untuk membersihkan tubuh
kita dari kotoran seperti debu dan kuman penyakit sehingga
tubuh tidak mudah terserang penyakit, tubuh dan kulit menjadi
lebih segar, terhindar dari penyakit kulit, melancarkan sirkulasi
darah, dan mengurangi ketegangan otot sehingga kita tampak
lebih rileks dan bersemangat Pak. Saat mandi harus
menggunakan peralatan mandi seperti sabun mandi untuk
membersihkan tubuh, shampo untuk mebersihkan kepala dari
kotoran dan katombe dan sikat gigi serta odol untuk
membersihkan mulut dari sisa-sisa makan dan kotoran yang
dapat menyebabkan penyakit pada mulut dan gigi serta
mencegah bau mulut sehingga saat bernapas kita lebih fresh.
Jangan lupa sebelum mandi, Pak Agung harus siapakan
pakaian ganti, handuk untuk mengeringkan badan
setelah mandi. Kegiatan menggosok gigi dilakukan 2 kali
sehari, yakni pada pagi hari saat bangun tidur, dan pada saat
malam sebelum tidur, sedangkan mencuci dapat dilakukan
dalam waktu 2x seminggu. Nanti setelah mandi pakaian yang
telah digunakan harus diganti karena pakaian kotor itu ada
kuman-kuman yang menempel yang dapat menimbulkan
penyakit bagi tubuh.
Perawat : Baik saya rasa sudah cukup banyak saya menjelaskan
tentang peralatan yang harus disiapakan saat mandi, manfaat
dan waktu untuk mandi, mencuci rambut dan menggosok gigi.
Nah sekarang saya minta Pak Agung tolong menjelaskan
seperti apa yang saya jelaskan tadi?

Pasien : (Mulai menjelaskan manfaat mandi, menggosok gigi,


mencuci rambut dan mengganti pakaian setelah mandi secara
terperinci seperti yang perawat sebutkan diatas)

Perawat : (sambil bertepuk tangan) Bagus sekali Pak, Pak Agung sudah
dapat menyebutkan dengan benar manfaat mandi, menggosok
ggi, mencuci rambut, dan mengganti pakaian. Nah sekarang
saya akan mengajarkan pada Pak Agung cara menggosok gigi
yang baik dan benar. Yang pertama harus siapkan sikat gigi
dan odol, lalu gunakan odol secukupnya pada bulu sikat gigi,
berkumur, lalu menyikat gigi yang dimulai dari sisi depan,
dengan gerakan melingkar berlawanan jarum jam selama 20
detik, setelah itu sisi belakang, atas dan bawah dengan
gerakan maju mundur perlahan-lahan, pastikan semua
permukaan gigi sudah tersikat. Nanti saya minta Pak Agung
untuk mempraktekan di wastafel yang ada di kamar mandi
ya....

Pasien : Iya siap Mas.... (sambil bergegas menuju wastafel lalu


mempraktekkan cara menyikat gigi yang baik dan benar seperti
yang diajarkan perawat)

Perawat : (Sambil bertepuk tangan) bagus...Pak Agung sudah dapat


mempraktekan cara menyikat gigi dengan baik dan benar....

c. Tahap terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat menanyakan perasaan klien setelah melakukan SP
Perawat : Bagaimana perasaan Pak Agung setelah kita berbincang
bincang dan berdiskusi tadi Pak?

Pasien : Saya merasa senang sudah diberi tahu tentang manfaat


melakukan perawatan diri seperti mandi, menggosok gigi,
menyisir rambut, mengganti pakaian. Saya juga merasa
nyaman dan terlihat lebih fresh mb setelah menggosok
gigi.

Perawat : Harapan saya setelah kita selesai berdiskusi dan ngobrol


ngobrol ini Pak Agung langsung mandi dan mengganti
pakaian ya seperti apa yang saya jelaskan tadi ya.... nanti akan
saya cek lagi ya Pak.....

Pasien : Iya Mas, nanti saya coba


2) Evaluasi Objektif
Perawat : Tadi kita sudah belajar dan mempraktekkan bersama cara
menggosok gigi yang baik dan benar. Sekarang saya ingin
Pak Agung mempraktekkan kembali menggosok ggi yang
baik dan benar?

Pasien : (Mempraktekkan kembali cara menggosok gigi yang baik dan


benar).

Perawat : Bagus sekali, Pak Agung sudah bisa mempraktekkan


kembali cara menggossok gigi yang baik dan benar sesuai
dengan apa yang kita pelajari bersama hari ini. Nanti saya
kembali ke ruangan Pak Agung langsung mandi dan
mengganti pakaian ya...nanti saya akan datang lagi untuk
mengeceknya

Pasien : Baik Pak...


(Setelah itu perawat Susilo kembali ke Nurse station, Pak Agung langsung
menuju ke kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaian. 15 menit
kemudian perawat Susilo kembali ke ruangan pasien. Pak Agung sudah terlihat
rapi dan wangi)
Perawat : Nah... bagus pak... sekarang Pak Agung kelihatan lebih segar
dan lebih nyaman kan setelah mandi dan mengganti dan
mengganti pakaian. Harapan saya Pak Agung dapat
melakukan setiap hari ya Pak....

Pasien : Siap mb.... nanti saya akan lakukan setiap hari Mas....
3) Rencana Tindak Lanjut
Perawat : Baik Pak, kali ini kita sudah belajar bersama tentang
manfaat mandi, menggosok gigi, mengganti pakaian. Tapi
Pak Agung kelihatan belum menyisir rambut.
Nanti kita buatkan bersama jadwalnya untuk mandi. Nanti
pada pagi hari Pak Agung mandinya jam 7, sore jam 5, jadwal
menggosok gigi pagi setelah mandi, malam sebelum tidur
ya...dan Pak Agung harus tempelkan di dinding jadwal untuk
mandi dan menggosok gigi serta dapat melakukan sesuai
dengan jadwal yang sudah ditetapkan ya.....

Pasien : Iya Mas...., terima kasih Mas.. nanti saya akan tempelkan
jadwal
tersebut di dinding dan akan melakukan sesuai dengan jadwal
yang sudah ditetapkan Mas....
4) Kontrak: waktu, tempat dan tujuan untuk pertemuan berikutnya.
Menyepakati kontrak waktu baru yang akan datang.
Menyepakati tempat SP yang berikutnya serta tujuan

Perawat : Baik Pak Agung, saya rasa karena sudah 30 menit malah
lewat sekitar 10 menitan ya karena Pak Agung masih mandi
dan mengganti pakaian tadi, maka pertemuan kita kali ini
saya cukupkan, Rencana besok kita bertemu lagi untuk
membahas berdandan atau berhias ya?

Pasien : Wahh berdandan, iya Mas


Perawat : Tempatnya mau dimana Pak?
Pasien : Di sini saja Mas....
Perawat : Baik, jam berapa Pak?
Pasien : Jam 9 pagi saja Mas.
Perawat : Baik kalau begitu besok kita bertemu lagi untuk membahas
tentang cara berdandan dan berhias di tempat ini ya Pak.
Nanti kalau Pak Agung membutuhkan bantuan saya, Pak
Agung Bisa memanggil saya atau perawat yang lain. Saya
pamit dulu, selamat beraktivitas kembali ya Pak.
Pasien : Baik Mas, terima kasih ya
Mas....
Perawat : Sama-sama Pak Agung...

Anda mungkin juga menyukai