Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“DEFISIT PERAWATAN DIRI”

OLEH :
RINA SAPUTRI
20089014038

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Kasus ( Masalah Utama)


1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian
atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2015).
Defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang yang
mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri,
seperti mandi, berganti pakaian, makan dan toileting
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Depkes 2010).
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor Predisposisi
Deficit perawatan diri seringkali disebabkan oleh intoleransi aktivitas,
hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas, atau gangguan kognitif atau
persepsi (misalnya deficit perawatan diri : makan yang berhubungan dengan
disorientasi). Sebagai etiologi, deficit perawatan diri dapat menyebabkan
depresi, ketakutan terhadap ketergantungan dan ketidakberdayaan (misalnya,
ketakutan menjadi ketergantungan total yang berhubungan dengan deficit
perawatan diri akibat kelemahan residual karena penyakit stroke)
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) faktor predisposisi deficit
perawatan diri adalah:
a. Perkembangan:
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan Realitas turun
Klien dengan dengan gangguan jiwa, dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri. Masalah psikologi tersebut contohnya harga diri rendah :
klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri, body image:
gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri, misalnya individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungannya. Situasi
lingkngan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
Menurut Wilkinson dan Ahern (2012) deficit perawatan diri berhubungan
dengan:
a. Defisit perawatan diri mandi / hygiene berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, kendala lingkungan, ketidakmampuan untuk
merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan untuk merasakan hubungan
spasial, gangguan musculoskeletal, kerusakan neuromuscular, nyeri,
gangguan persepsi atau kognitif, ansietas hebat, kelemahan dan kelelahan
(NANDA).
Faktor lain yang berhubungan (non NANDA international) depresi,
ketunadayaan perkembangan, intoleran aktivitas, pembatasan karena
pengobatan, gangguan psikologis.
b. Defisit perawatan diri berpakaian / berhias berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, hambatan lingkungan, keletihan,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan
kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan / kelelahan.
c. Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, hambatan lingkungan, keletihan, hambatan
mobilitas, hambatan kemampuan berpindah, gangguan musculoskeletal,
gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas
berat, kelemahan.
d. Defisit perawatan diri eliminasi (BAB / BAK) berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan, keletihan,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan
kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, gangguan kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik, individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik yang
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan kebersihan diri / personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
3. Mekanisme Koping
a. Regresi
Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan cirri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
b. Penyangkalan
Penyangkalan merupakan mekanisme koping / pertahanan untuk
mengurangi kesulitan untuk menegakkan diagnosis.
c. Isolasi diri, menarik diri
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada
atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya
mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya
sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
d. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia
menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat
menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari
persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang
menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin
tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan
tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit
mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya,
dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah
secara obyektif.
4. Rentang Respon
Rentang respon meliputi respon adaptif dan maladaptif
a. Respon Adaptif
Respon adaptif merupakan respon yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat dan individu dalam menyelesaikan masalahnya, dengan kata
lain respon adaptif adalah respon atau masalah yang masih dapat
ditoleransi atau masih dapat diselesaikan oleh kita sendiri dalam batas
yang normal
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif merupakan respon yang diberikan individu dalam
menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma-norma dan
kebudayaan suatu tempat atau dengan kata lain diluar batas individu
tersebut.
Adaptif Maladaptif

- Pola perawatan - Kadang perawatan diri - Tidak melakukan

diri seimbang kadang tidak perawatan saat stres

Keterangan :

a. Pola perawatan diri seimbang, saat pasien mendapatkan stresor dan


mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
pasien seimbang, pasien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat pasien mendapatkan stresor
kadang – kadang pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri, pasien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
5. Tanda Dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri
6. Klasifikasi
Menurut Nanda-I (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri

C. Pohon Masalah
Perawatan diri tidak efektif (BAB / BAK / PH / Nutrisi dan cairan )

Defisit Perawatan Diri

Penurunan Motivasi dan kemampuan

2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


a. Subjektif
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di
RS tidak tersedia alat mandi
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
3) Klien mengatakan ingin disuapi makan
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB
b. Objektif
1) Ketidakmampuan mandi / membersihkan diri ditandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan
kotor
2) Ketidakmampuan berpakaian / berhias ditandai dengan rambut acak –
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur, (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita)
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran dan
makan tidak pada tempatnya
4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK
D. Diagnosa Keperawatan

Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK


E. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl No. Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit TUM :
1. Setelah …x…… interaksi 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
Perawatan Klien dapat melakukan
Diri. perawatan diri secara mandiri.
klien menunjukkan tanda-  Beri salam setiap berinteraksi.
tanda percaya pada  Perkenalkan nama, nama panggilan
perawat : perawat, dan tujuan perawat berinteraksi.

TUK 1 :  Wajah cerah,  Tanyakan dan panggil nama kesukaan


tersenyum. klien.
Klien dapat membina hubungan
saling percaya.  Mau berkenalan.  Tunjukkan sikap empati, jujur dan
 Ada kontak mata. menepati janji setiap kali berinteraksi.
 Bersedia menceritakan  Tanyakan perasaan klien dan masalah
perasaan. yang dihadapi klien.
 Bersedia  Buat kontrak interaksi yang jelas.
mengungkapkan  Dengarkan dengan empati.
masalahnya.  Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK 2 : 2. Dalam…x interaksi klien 2. Diskusikan dengan klien :


Klien mengetahui pentingnya menyebutkan :  Penyebab klien tidak merawat diri.
perawatan diri.  Penyebab tidak  Manfaat menjaga perawatan diri untuk
merawat diri. keadaan fisik, mental dan sosial.
 Manfaat menjaga  Tanda-tanda perawatan diri yang baik.
perawatan diri.  Penyakit atau gangguan kesehatan yang
 Tanda-tanda bersih bisa dialami oleh klien bila perawatan
dan rapi. diri tidak adekuat.
 Gangguan yang
dialami jika perawatan
diri tidak diperhatikan.
TUK 3 : 3.1 Dalam …x interaksi klien 3.1 Diskusikan frekuensi menjaga perawatan
Klien mengetahui cara-cara menyebutkan frekuensi diri selama ini.
melakukan perawatan diri. menjaga perawatan diri :  Mandi.
 Frekuensi mandi.  Gosok gigi.
 Frekuensi gosok gigi.  Keramas.
 Frekuensi keramas.  Berpakaian.
 Frekuensi ganti  Berhias.
pakaian.  Gunting kuku.
 Frekuensi berhias.
 Frekuensi gunting
kuku.
3.2 Diskusikan cara praktek perawatan diri yang
3.2 Dalam …x interaksi klien
baik dan benar.
menjelaskan cara
menjaga perawatan diri :  Mandi.
 Cara mandi.  Gosok gigi.
 Cara gosok gigi.  Keramas.
 Cara keramas.  Berpakaian.
 Cara berpakaian.  Berhias.
 Cara berhias.  Gunting kuku.
 Cara gunting kuku.
3.3 Berikan pujian untuk setiap respon kliken
yang positif.

TUK 4 : 4. Dalam …x interaksi klien 4.1 Bantu klien saat perawatan diri :
Klien dapat melaksanakan mempraktekan perawatan  Mandi.
perawatan diri dengan bantuan diri dengan dibantu oleh  Gosok gigi.
perawat. perawat :  Keramas.
 Mandi.  Berpakaian.
 Gosok gigi.  Berhias.
 Keramas.  Gunting kuku.
 Berpakaian.
 Berhias. 4.2 Beri pujian setelah klien selesai
 Gunting kuku. melaksanakan perawatan diri.
TUK 5 : 5. Dalam …x interaksi klien 5.1 Pantau klien dalam melaksanakan perawatan
Klien dapat melaksanakan melaksanakan praktek diri :
perawatan secara mandiri. perawatan diri secara  Mandi.
mandiri :  Gosok gigi.
 Mandi 2x sehari.  Keramas.
 Gosok gigi sehabis  Berpakaian.
makan.  Berhias.
 Keramas 2x  Gunting kuku.
seminggu. 5.2 Beri pujian saat klien melaksanakan
 Ganti pakaian 1x perawatan diri secara mandiri.
sehari.
 Berhias sehabis
mandi.
 Gunting kuku setelah
mulai panjang.
TUK 6 : 6.1 Dalam …x interaksi 6.1 Diskusikan dengan keluarga :
Klien mendapatkan dukungan keluarga menjelaskan  Penyebab klien tidak melaksanakan
keluarga untuk meningkatkan cara-cara membantu perawatan diri.
perawatan diri. klien dalam memenuhi  Tindakan yang telah dilakukan klien
kebutuhan perawatan selama di rumah sakit dalam menjaga
dirinya. perawatan diri dan kemajuan yang telah
6.2 Dalam …x interaksi dialami oleh klien.
keluarga menyiapkan  Dukungan yang bisa diberikan oleh
sarana perawatan diri keluarga untuk meningkatkan kemampuan
klien : sabun mandi, klien dalam perawatan diri.
pasta gigi, sikat gigi, 6.2 Diskusikan dengan keluarga tentang :
sampo, handuk, pakaian  Sarana yang diperlukan untuk menjaga
bersih, sandal dan alat perawatan diri klien.
berhias.  Anjurkan kepada keluarga menyiapkan
6.3 Keluarga mempraktekan sarana tersebut.
perawatan diri kepada 6.3 Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang
klien. perlu dilakukan keluarga dalam perawatan diri :
 Anjurkan keluarga untuk mempraktekan
perawatan diri ( mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju, berhias dan gunting
kuku ).
 Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju, berhias dan gunting
kuku.
 Bantu jika klien mengalami hambatan
dalam perawatan diri.
 Berikan pujian atas keberhasilan klien.
F. Implementasi Keperawatan
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
G. Evaluasi
Menurut Nurhalimah, 2016 adapaun keberhasilan pemberian asuhan keperawatan
ditandai dengan peningkatan kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti
1) Klien mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
2) menggunting kuku dengan benar dan bersih
3) Mengganti pakaian dengan pakaian bersih
4) Membereskan pakaian kotor
5) Berdandan dengan benar
6) Mempersiapkan makanan
7) Mengambil makanan dan minuman dengan rapi
8) Menggunakan alat makan dan minum dengan benar
9) BAB dan BAK pada tempatnya
10) BAB dan BAK air kecil dengan bersih.
Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil apabila keluarga dapat :
1) Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat pasien (pengertian, tanda dan
2) gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri )
3) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien
4) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri : kebersihan diri ,
5) berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan BAK.
6) Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.
H. Intervensi Berdasarkan SP Pasien dan Keluarga

Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Identifikasi masalah: 1. Identifikasi masalah dalam merawat
Kebersihan diri, berdandan, makan, pasien dengan masalah kebersihan diri,
BAB/ BAK berdandan, makan, BAB/BAK
2. Jelaskan deficit perawatan diri
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
3. Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
masalah kebersihan diri, berdandan,
4. Masukan dalam jadwal kegiatan
makan, BAB/BAK
4. Bermain peran cara merawat
5. RTL keluarga/ jadwal untuk merawat
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1. Evaluasi SP 1
2. Jelaskan pentingnya berdandan 2. Latih/ simulasi cara merawat
3. Jelaskan alat dan cara berdandan kebersihan diri dan berdandan
4. Latih cara berdandan 3. Latih langsung ke pasien
5. Masukan dalam jadwal kegiatan 4. RTL keluarga
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu 1. Evaluasi SP 1 dan 2
2. Jelaskan alat dan cara makan yang 2. Latih langsung ke pasien cara makan,
benar BAB/BAK
3. Latih cara makan yang benar 3. RTL keluarga
4. Masukan dalam jadwal kegiatan
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kemampuan pasien yang lalu 1. Evaluasi SP 1,2,3
2. Latih cara BAB/ BAK yang benar 2. Latih langsung ke pasien
3. Masukan dalam jadwal kegiatan 3. RTL Keluarga: follow up dan rujukan
DAFTAR
PUSTAKA

Anna, Keliat Budi. (2011). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Direktorat Keperawatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. (2015). Keperawatan
Jiwa.Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa.

Fitria, Nita. (2015). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Tarwoto,Wartonah. (2015).Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta:
Salemba Medika.

Yusuf, A., Fitriasari, R.,& Nihayati, H.E. (2015).Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai