Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Kasus (Masalah Utama) :


Defisit perawatan diri
a. Defenisi
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul
pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan
gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam
keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Haniq, 2015 : 154).
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting).
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun, seperti merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting.
b. Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan
kesadaran. Faktor prediposisi dari defisi perawatan diri adalah :
1. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

1
4. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
c. Tanda Dan Gejala
Untuk mengetahui apakah klien mengalami masalah defisit perawatan
diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi menurut
Fitria (2012) pada klien yaitu:
1. Mandi / Hygiene
Klien memiliki ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air, mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian /berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
menggunakan pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
menggunakan pakaian dalam, memilih pakaian, mengambil pakaian,
dan menggunakan sepatu.
3. Makan
Klien memiliki ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, melengkapi makanan, mencerna Eliminasi
menurut cara yang diterima masyarakat, serta mencerna cukup
makanan dengan aman.
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau
kamar kecil.

2
II. Proses Terjadinya Masalah
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya deficit perawatan diri,
meliputi
a. Faktor prediposisi
1) Biologis : penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien
tidak mampu melakukan perawatan diri dan faktor herediter
2) Psikologis : factor perkembangan dimana keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu. Kemampuan realitas turun. Pasien gangguan
jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
3) Sosial : kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan deficit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah,
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
c. Rentang respon deficit perawatan diri
Respon adaptif Respon maladaptif

Pola perawatan diri Kadang Tidak melakukan

seimbang, saat klien perawatan diri perawatan diri, klien

mendapatkan stressor kadang tidak, menyatakan dia tidak

dan mampu saat klien peduli dan tidak bias

berperilaku adaptif, mendapatkan melakykan perawatan

maka pola perawatan stressor kadang saat stressor

yang dilakukan klien klien tidak

seimbang, klien masih memperhatikan

3
melakukan perawatan perawatan

diri. dirinya

d. Fase Defisit Perawatan Diri

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga

merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal

dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan

dimana-mana, tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan

hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi

yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan

sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia

membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada

kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko

mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval atau

lingkungan dengan adekuatnya.

e. Menurut Depkes (2006) factor- factor yang mempengaruhi personal

hygienea adalah:

1. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan

diri misalnya: dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak


peduli kebersihan.

4
2. Praktik social

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perbahan personal hygiene

3. Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerluka alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

shampo dan alat mandi semuanya memerluka uang untuk

menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita

diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya

5. Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tidak boleh dimandikan

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seorang mengunakan produk tertentu dalam perawatan

diri seperti penggunaan sabun , shampo dan lain-lain

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk melakukannya.

f. Jenis-Jenis Perawatan Diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi atau kebersihan

Gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi maupun

kebersihan dir

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian atau berhias

Gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktifitas berdanadan

sendiri

3. Kurang perawatan diri : Makan

5
Gangguan kemampuan untuk menunjukan aktifitas makan

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Gangguan kemampuanuntuk melakukan atau menyelesaikan toileting

sendiri.

g. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang biasa digunaka oleh klien adalah:

1. Regresi

2. Penyangkalan

3. Isolasi diri, menarik diri

4. Intelektualisasi

III. Pohon Masalah


Efek : Gangguan pemeliharaan kesehatan

CP : Defisit perawatan diri : mandi, berhias

Etiologi : Isolasi sosial : menarik diri


Data yang perlu dikaji
Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien
tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum,
BAB dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi
a. Data subjektif
Pasien mengatakan tidakmaumenyisirrambut,
tidakmaumenggosokgigi, tidakmaumemotong kuku, tidakmauberhias/
berdandan, tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi /
kebersihan diri, tidak menggunakan alat makan dan minum saat
makan dan minum, bab dan bak sembarangan, tidak membersihkan
diri dan tempat bab dan bak setelah bab dan bak, tidak mengetahui
cara perawatan diri yang benar

6
b. Data Objektif
1) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi,tidak mandi dengan
benar
2) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,pakaian
tidak rapi, tidak mampu berdandan, memilih, mengambil, dan
memakai pakaian, memakai sandal, sepatu, memakai resleting,
memakai barang-barang yang perlu dalam berpakaian, melepas
barang-barang yang perlu dalam berpakaian.
3) Makan dan minum sembarangan, berceceran , tidak menggunakan
alat makan, tidak mampu ( menyiapkan makanan , memindahkan
makanan ke alat makan, memegang alat makan, membawa
makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan
secara aman , menyelesaikan makan).
4) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
setelah BAB dan BAK, tidak mampu ( menjaga kebersihan toilet,
menyiram toilet.)
IV. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pemeliharaan kesehatan
2. Defisit perawatan diri
3. Menarik diri
V. Rencana keperawatan

Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan Mendiskusikan masalah yang
diri dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan cara menjaga Menjelaskan pengertian, tanda dan
kebersihan diri gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.
3. Membantu pasien mempraktekkan Menjelaskan cara-cara merawat
cara menjaga kebersihan diri pasien defisit perawatan diri

7
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SPIIP SPIIk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktekkan
harian pasien cara merawat pasien dengan defisit
perawatan diri
2. Menjelaskan cara makan yang baik Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat langsung kepada
pasien defisit perawatan diri
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara makan yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SPIIIP SPIIIk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan cara eliminasi yang Menjelaskan follow up pasien
baik setelah pulang
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SPIVP
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

8
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic


Course). Jakarta : EGC.
Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Riyadi, Sujono dan Teguh. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 2. Yogyakarta
: Graham Ilmu
Yusuf, Rizky, & Hanik (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai