Disusun Oleh:
ENI SULISTIYOWATI
22.0604.0093
A. Definisi
Defisit Perawatan Diri (DPD) adalah ketidakmampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri, Penyebab dari kurangnya perawatan
diri yaitu: gangguan muskuloskelatal, gangguan neuromuskuler, kelemahan,
gangguan psikologis/psikototik dan penurunan motivasi/minat, yang
menyebabkan penurunan untuk melakukan aktivitas perawatan diri mandi,
berpakaian, makan, toileting serta berhias. Defisit perawatan diri adalah
keadaan dimana seseorang yang mengalami kelainan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan pasien untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau nafas serta penampilan tidak
rapi. Defisi perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa (Laia &Pardede,2022).
Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian,
makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk, Messakh, & Sukardi,
2018). Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa defisit perawatan diri
adalah keadaan seseorang yang tidak mampu merawat diri dengan benar dan
tidak dapat menyelasaikan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berhias,
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/minum serta mencuci tangan
setelah Buang air besar dan buang air kecil (Laia, et Al). Defisit perawatan diri
pada klien dengan ganngguan jiwa terjadi akibat ada perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri makan secara mandi,berhias diri
secara mandiri dan eliminasi (buang airbesar/buangairkecil) secara mandiri
(Erlando,2019).
B. Jenis
Menurut Sutejo (2019) jenis – jenis perawatan diri dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Defisit perawatan diri: mandi tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
2. Defisit perawatan diri: berdandan atau berhias kurangnya minat dalam
memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau mencukur
kumis.
3. Defisit perawatan diri: makan mengalami kesukaran dalam mengambil,
ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan
hanya beberapa suap makanan dari piring.
4. Defisit perawatan diri: toileting ketidakmampuan atau tidak adanya
keinginan untuk melakukan defeksi atau berkemih tanpa bantuan.
C. Rentang Respon
Menurut Ginting (2021), rentang respon perawatan diri pad aklien adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatandiri.
2. Kadang perawatan kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatandirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stressor.
D. Mekanisme koping
Menurut (Sutria, 2020), mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi
menjadi 2 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar
dan mencapi tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak ingin merawat diri.
F. Penyebab
1. Factor predisposisi (Nurhalimah,2016).
a. Biologis, dimana deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya
penyakit fisik dan mental yang disebabkan klien tidak mampu
melakukan kperawatan diri dan dikarenakan adanya factor herediter
dimana terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
b. Psikologis, adanya factor perkembangan yang memegang peranan
yang tidak kalah penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan individu tersebut sehingga perkembangan
inisiatif menjadi terganggu. Klien yang mengalami deficit perawatan
diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan
klien tidak peduli terhadao dir dan lingkungannya termasuk perawatan
diri.
c. Social, kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan yang
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam merawatdiri.
2. Factor presipitasi
Faktor presipitasi yang menyebabkan deficit perawatan diri yaitu
penurunan motivasi, kerusakan kognitif/persepsi, cemas, lelah, lemah yang
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut
Rochmawati (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi semuanya yang memerlukan uang untuk
menyediakannya
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klien penderita DM,
ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan
Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampoo dan lain-
lain.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: Gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi social.
G. Fokus Pengkajian
1. Identitas Terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medic, keluarga
yang dapat dihubungi.
2. Alasan masuk
Merupakan penyebab klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah
sakit. Biasanya masalah yang dialami klien yaitu senang menyendiri, tidak
mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan
acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang
lain.
3. Factor predisposisi
a. Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masalalu.
b. Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidakmampu melakukan
perawatan diri.
c. Pengobatan sebelumnya kurangb erhasil
d. Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri.
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan.
f. Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
g. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang
dapat menimbulkan frustasi
h. pemeriksaan fisik: pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang
merupakan penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
4. Psikososial
a. Genogram
Menurut Hastuti (2018), genogram menggambarkan klien dan anggota
keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuhan.
b. Konsep Diri
1) Citra Tubuh
Persepsi klien mengenai tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien mengenai tubuh yang disukai maupun tidak disukai (Nurhaini,
2018).
2) Identitas Diri
Kaji status dan posisi pasien sebelum klien dirawat, kepuasan pasien
terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki- laki atau
perempuan (Bunaini, 2020).
3) Peran Diri
Meliputi tugas atau peran klien didalam
keluarga/pekerjaan/kelompok maupun masyarakat, kemampuan
klien didalam melaksanakan fungsi atupun perannya, perubahan
yang terjadi disaat klien sakit maupun dirawat, apa yang dirasakan
klien akibat perubahan yang terjadi (Ndaha, 2021).
4) Ideal Diri
Berisi harapan paien akan keadaan tubuhnya yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan/sekolah, harapan klien akan
lingkungan sekitar,dan penyakitnya (Grasela, 2021).
5) Harga Diri
Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain sesuai dengan
kondisi, dampak pada klien yang berhubugan dengan orang lain,
fungsi peran yang tidak sesuai dengan harapan, penilaian klien
tentang pandangan atau penghargaan orang lain (Safitri, 2020).
6) Hubungan Sosial
Hubungan klien dengan orang lain akan sangat terganggu karena
penampilan klien yang kotor yang mengakibatkan orang sekitar
menjauh dan menghidnari klien. Terdapat hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain (Bunaini,2020).
7) Spiritual Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien terganggu
dikarenakan klien mengalami gangguan jiwa.
8) Status Mental
a) Penampilan
Penampilan klien sangat tidak rapi, tidak mengetahui caranya
berpakaian dan penggunaan pakaian tidak sesuai (Putri, 2018).
b) Carabicara/Pembicaraan
Cara bicara klien yang lambat, gagap, sering terhenti/bloking,
apatis serta tidak mampu memulai pembicaraan (Malle, 2021).
c) Aktivitas motoric
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif (Putri,
2018).
d) Alam perasaan
Klien tamoak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya, rendah diri
dan merasa dihina (Malle, 2021).
e) Afek
Klien tampak datar, tumpul, emosi klien berubahubah, kesepian,
apatis, depresi/sedih dan cemas (Putri, 2018).
f) Interaksi saat wawancara
Respon klien saat wawancara tidak kooperatif, mudah
tersinggung, kontak kurang serta curiga yang menunjukkan sikap
ataupun peran tidak percaya kepada pewawancara/orang lain.
g) Persepsi
Klien berhalusinasi mengenai ketakutan terhadap hal-hal
kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan dan
perabaan yang membuat klien tidak ingin membersihkan diri dan
klien mengalami depersonalisasi.
h) Proses piker
Bentuk pikir klien yang otistik, dereistik sirkumtansial, terkadang
tangensial, kehilanagn asosiasi, pembicaraan meloncat dari topic
dann terkadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
9) Kebutuhan Klien Pulang
a) Klien kurang makan, cara makan klien yang terganggu serta
psien tidak memiliki kemampuan untuk menyiapkan dan
membersihkan alat makan
b) Klien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa memakai pakaian
yang sesuai dan berdandan.
c) Klien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi,
mencuci rambut, menggunting kuku, tubuh klien tampak kusan
dan badan klien mengeluarkan aroma bau.
d) Klien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat tidur
dan klien tidak dapat membersihkan BAB/BAKnya.
e) Istirahat klien terganggu dan tidak melakukan aktivitas apapun
setelah bangun tidur
f) Penggunaan obat, jika klien mendapat obat, biasanya klien
minum obat tidak teratur.
g) Aktivitas di rumah klien tidak mampu melakukan semua aktifitas
di dalam rumah karena klien selalu merasa malas.
10) Mekanisme Koping
a) Adaptif menurut Danyanti (2018), Klien tidak mau berbicara
dengan orang lain, tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada,
klien tidak mampu berolahraga karena klien selalu malas.
b) Maladaptif menurut Danyanti (2018), Klien bereaksi sangat
lambat terkadang berlebihan, klien tidak mau bekerja sama
sekali, selalu menghindari orang lain.
c) Masalah psikososial dan lingkungan menurut Danyanti (2018),
Klien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
dukungan dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah
dengan social ekonomi dan pelayanan kesehatan,
d) Pengetahuan menurut Danyanti (2018), Klien deficit perawatan
diri terkadang mengalami gangguan kognitif sehingga tidak
mampu mengambil keputusan.
11) Sumber Koping
Menurut Maryam (2017), sumber koping merupakan evaluasi
terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
yang terdapat di lingkungannya. Sumber koping ini dijadikan modal
untuk menyelesaikan masalah.
I. Fokus Intervensi
Pardede, J. A., & Purba, J. M. (2020). Family Support Related to Quality of Life
on Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES
Kendal, 10(4), 645- 654.https://doi.org/10.32583/pskm.v10i4.942
Pardede, J. A., Ariyo, A., & Purba, J. M. (2020). Self Efficacy Related To Family
Stress In Schizophrenia Patients. Jurnal Keperawatan, 12(4), 831-
838.https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i4.1010
Pardede, J. A., & Sianturi, S. F. (2022). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Ny. H Dengan Masalah Halusinasi.
Wulandari, Y., Laia, V. A. S., Zega, R., Saleha, S., Siregar, S. L., & Pardede, J. A.
(2022). Peningkatan Kemampuan dan Penurunan Gejala Pasien Skizofrenia
Dengan Masalah Defisit Perawatan Diri: Studi Kasus.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP1)
(Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri : Mandi, gosok gigi, cuci
rambut)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
Data Objektif :
Rambut kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut
dan gigi bau,kulit kusam dan kotor,
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Keperawatan Diri : Mandi, Gosok gigi, cuci rambut
3. Tujuan Tindakan keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya kebersihan diri.
c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Jelaskan pentingnya perawatan diri yang baik..
c. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok gigi
dan cuci rambut
d. Bantu klien mempraktekan cara perawatan diri.
e. Anjurkan klien memasukan kegiatan perawatan diri secara mandiri di
dalan jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi
a. Salam Teurapeutik
“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu, Perkenalkan nama saya Suster
bekti, Saya Mahasiswa Praktik dari Stikes Pertamedika, saya akan
dinas diruangan Ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi, dari
jam 07 pagi sampai jam 2 siang. Saya akan merawat ibu selama di RS
ini, nama ibu siapa? Senang nya dipanggil apa.”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini..? Apakah ibu sudah mandi & gosok
gigi..?
c. Kontrak
Topik :
“Baiklah bu.. Bagaimana kalau kita diskusi tentang kebersihan
diri..?”
Waktu :
“ Berapa lama ibu mau mengobrolnya..?, Bagaimana kalau 15
menit..?”
Tempat :
“ Ibu maunya kita ngobrol dimana..?, Bagaimana kalau di
ruang tamu..?”
2. Fase Kerja
“Berapa kali ibu mandi dalam sehari..?, Menurut ibu, apa sih kegunaan
mandi..?, Apa alasan ibu sehingga tidak mau mandi..?, Menurut ibu, apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan dir kiti,,? Kira – kira tanda tanda
orang yang merawat diri dengan baik, seperti apa yaa..? Kalau kita tidak
teratur menjaga kebersihan diri, masalah apa menurut ibu yang bias
timbul..? Sekarang coba ibu sebutkan alat apa saja yang digunakan untuk
menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok
gigi… apa saja yang disiapkan..? Benar sekali..!! Ibu perlu menyiapkan
pakaian ganti, handuk, sabun, sikat gigi, sampo dan odol serta sisir.
Wahhhh… Bagus sekali..!! Ibu bias menyebutkan dengan benar..”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
“..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara
merawat kebersihan diri? Baguss sekali Bu..! Nah, sekarang, coba
ibu sebutkan, cara perawatan diri yang telah kita pelajari dan latih
tadi..? Bagus sekali..!!
b. RTL
“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika
kita menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan
latihan, cara Merawat diri, masukan kedalam jadwal yaa..!
Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya bu..!
mandi 2 X Sehari, gosok gigi 2 X sehari juga, keramas 2 X
Seminggu. Bagaimana bu..? Bisa dilakukan..? Baguss sekali, ibu
mau mencoba melakukannya..!”
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu
lagi, dan membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara
makan dan minum yang baik dan benar, apakah ibu
bersedia..?..”
Waktu :
“.. Ibu mau jam berapa dan berapa lama..? bagaimana kalau
jam 11,,? Baik bu kita akan berbincang selama 15 menit”
Tempat :
“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di
ruang makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..!
Sampai Jumpa besok ya bu.. Saya permisi.
Assalamualaikum..Wr. Wb..”.