Oleh:
Ulfah Yunita Putri
5.19.092
SEMARANG
2020
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
1. Defisit Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia didalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R., 2010)
2. Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB
atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
3. Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2012).
B. Jenis
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai
pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2012, 79 ).
D. Penyebab
1. Factor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
E. Akibat
Dampak fisik
1. Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
F. Psikopatologi
Banyak faktor yang mendukung timbulnya gangguan jiwa yang merupakan
perpaduan dari beberapa aspek yang saling mendukung yang meliputi Biologis,
psikologis, sosial budaya. Tidak seperti pada penyakit jasmaniah, sebab- sebab gangguan
jiwa adalah kompleks. Pada seseorang dapat terjadi penyebab satu atau beberapa faktor
dan biasanya jarang berdiri sendiri. Melalui psikodinamika, akan dikaitkan beberapa
faktor baik internal maupun eksternal individu dengan menggunakan model stress
adaptasi Struart & Laraia, sedangkan psikopatologi pada defisit perawatan diri terdapat
pada konteks penilaian terhadap stressor sebagai tanda dan gejalanya (Stuart & Laraia,
2008).
G. Pohon Masalah
Risiko tinggi isolasi sosial
(Fitria, 2009)
A. Proses Keperawtan
1. Kondisi
Ds : Pasien mengatakan tidak mandi dan gosok gigi
Do : Keadaan pasien kotor, rambut acak – acakan, penampilan kumal, kuku
panjang, gigi kuning
2. Diagnose Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Umum
Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tujuan Khusus
Klien dapat melakukan perawatan diri mandi dan keramas
Klien dapat melakukan perawatan diri gosok gigi
Klien dapat melakukan perawatan berhias dan berpakaian
B. Intervensi Keperawtan
1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
2. Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakain
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien Wanita latihannya meliputi :
a) Berpakain
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
4. Mengajarkan pasien melakukan BAK/BAB secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari
kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien yang lain.
ORIENTASI
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan H hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai
dijadual harian ?
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya H tampak rapi dan cantik. Mari H kita dekat
cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )
KERJA
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nah…sekarang disisir rambutnya
yang rapi, bagus…! Apakah H biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanya H, yang rata dan
tipis. Bagus sekali.” “ H, punya lipstik mari dioles tipis. Nah…coba lihat dikaca!
TERMINASI
“Bagaimana perasaan H belajar berdandan”
“H jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama
jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama
pasien yang lain”.
ORIENTASI
“Selamat siang H,”
” Wow...masih rapi deh H”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang
makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“
KERJA
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana H makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus!
Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan H
yang pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan.
Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor.
Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ina sedang bagi obat,
coba...H minta sendiri obatnya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan H setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil
makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”
” Nah... coba H lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadwal?.Besok
kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaimana kalau jam 10.00 disini saja
ya...!”
KERJA
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya H berak dan kencing?” “Benar H, berak atau kencing yang baik itu di
WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan
kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....”
“Sekarang, coba H jelaskan kepada saya bagaimana cara H cebok?”
“Sudah bagus ya H, yang perlu diingat saat H cebok adalah H membersihkan anus atau
kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa
di tubuh H”. “Setelah H selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air
kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika H membersihkan tinja/air kencing seperti ini,
berarti H ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air
kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, H perlu merapihkan kembali pakaian
sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi ,
lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan H setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”
“Coba H jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya H bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.
“ Nah...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana H bisa melakukan jadual
kegiatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2010. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri.
Edisi 7. Jakarta : EGC
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Keliat. B.A. 2010. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari. 2012. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
Stuart, GW and Laraia. 2009. Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier
Mosby : Philadelphia.