Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


DENGAN GANGGUAN AMAN NYAMAN NYERI
DI RUANG BUOGENVILLE 1 SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

Disusun oleh :
Ulfah Yunita Putri
1.15.110

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2019
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi. Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman
merupakan hal yang penting untuk kelangsungan hidup klien.
Kebutuhan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari).

2. Etiologi atau faktor resiko keamanan dan kenyamanan


a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan
b. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injuri
c. Gangguan persepsi sensori
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
d. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudahterserang penyakit
e. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi dan kurang tidur
f. Informasi atau komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan
g. Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan kemanan dapat diprediksi
sebelumnya
h. Usia
Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan
lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
i. Jenis kelamin
Secara umum laki-laki dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya

Gangguan rasa nyaman akibat nyeri:


Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan International
Association for the Study of Pain (IASP).

Faktor penyebab nyeri:


a. Stimulasi mekanik disebut trauma mekanik: adanya suatu penegangan akan
penegangan jaringan
b. Stimulasi kimiawi: disebabkan oleh bahan kimia
c. Stimulus thermal: adanya kontak atau terjadinya suhu yang ekstrim panas yang
dipersepsikan sebagai nyeri 440C-460C
d. Stimulus neurologik: disebabkan karena kerusakan jaringan saraf
e. Stimulus psikologik: nyeri tanpa diketahui kelainan fisik yang bersifat psikologis
f. Stimulus elektrik: disebabkan oleh aliran listrik

3. Patofisiologi nyeri
Ada empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri, yaitu transduksi, transmisi,
modulasi dan persepsi.
a. Tranduksi
Rangsangan (stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan mediator biokimia
(misalnya histamin, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P). Mediator ini
kemudian mensensitisasi nosiseptor.
b. Transmisi
Proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi sepanjang
jalur nyeri, dimana molekul-molekul dicelah sinaptik mentrasmisi informasi dari
satu neuron ke neuron berikutnya.
c. Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi nyeri tersebut
terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya berbagai strategi
perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri.
d. Modulasi atau sistem desenden
Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke tanduk dorsal medula
spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor impuls supresif.

4. Manifestasi klinik
a. Vakolasi
1. Mengaduh
2. Menangis
3. Sesak nafas
4. Mendengkur
b. Ekspresi Wajah
1. Meringis
2. Mengeletuk gigi
3. Mengernyit dahi
4. Menutup mata, mulut dengan rapat
5. Menggigit bibir
c. Gerakan Tubuh
1. Gelisah
2. Imobilisasi
3. Ketegangan otot
4. Peningkatan gerakan jari dan tangan
5. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
6. Gerakan melindungi bagian tubuh
d. Interaksi Sosial
1. Menghindari percakapan
2. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3. Menghindar kontak social
4. Penurunan rentang perhatian

5. Komplikasi
a. Hipovolemik
b. Hipertermi
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Edema Pulmonal
f. Kejang

6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri seperti :
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
b. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi
dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.Nyeri sangat berat =
Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu berkomunikasi dan klien
merespon dengan cara memukul.
7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
a. Obat anti nyeri (analgesic)
b. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing
klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri
dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan
dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara
sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah
stimulus nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara
gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual
(bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi
lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur
atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru
seperti decubitus.
8. Pathways
-Kecelakaan/trauma langsung

-Trauma tidak langsung

-Degeneratif

Close fraktur

Bengkak pada daerah fraktur

Pembuluh darah/jaringan lunak rusak

Jaringan tulang kronis immobilisasi

Gangguan rasa aman kerusakan mobilitas fisik


nyaman (nyeri)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identifikasi pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: yang dialami pasien saat pengkajian
2) Riwayat penyakit sekarang:
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Lingkungan
klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan
cedera yang akan mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/ bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman klien
4) Riwayat penyakit keluarga: Riwayat kesehatan keluarga juga dapat
menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman. Karena dengan adanya
riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena penyakit sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.
c. Pemerikasaan fisik
1) Tanda-tanda Vital
 Kesadaran : kuantitatif dan kualitatif
 Tekanan darah
 Suhu
 Nadi
2) Antropometri
 Lingkar lengan atas
 Tinggi badan
 IMT
3) Pemeriksaan fisik
 Kepala
 Mata
 Hidung
 Telinga
 Mulut
 Leher
 Thorax (paru-paru)
 Jantung
 Abdomen
 Ekstremitas
4) Pengkajian pola kesehatan
 Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
 Pola nutrisi metabolik
 Pola eliminasi
 Pola aktivitas dan latihan
 Pola istirahat tidur
 Pola persepsi kognitif
 Pola persepsi dan konsep diri
 Pola peran dan hubungan
 Pola reproduksi-seksual
 Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
 Pola system nilai kepercayaaan
d. Pemeriksaan diagnostic
 Pemeriksaan laboratorium
 Terapi

2. Diagnosa keperawatan yang muncul


Nyeri akut
3. Rencana keperawatan
Diagnosa : Nyeri akut
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
dapat teratasi/berkurang
Kriteria hasil :
a. Kaji skala nyeri
Rasional: untuk mengetahui perkembangan nyeri pada pasien dapat berkurang
atau tidak
b. Berikan posisi yang nyaman
Rasional: untuk mencegah posisi saat pasien merasakan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasioanal: untuk mengurangi skala nyeri
d. Kolaborasi dengan tim medis lainnya
Rasional: untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A.H.A, (2008), Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Keperawatan buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Hedrman, T. H. (2015). Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi. Jakarta : EGC

Maghfuroh, N. (2014). Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar


manusia gangguan mobilisasi.
www.academia.edu/9895600/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAW
ATAN_PEMENUHAN_KEBUTUHAN_DASAR_MANUSIA_GANGGUAN_MOIL
ISASI, diakses tanggal 6 Agustus 2018

Mubarak, W. I. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori dan aplikasi praktik. Jakarta:
EGC

Puspitasi, N. (2012). Gangguan mobilisasi. www.


Academia.edu/7699098/GANGGUAN_MOBILISASI, diakses tanggal 6 Agustus
2018

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai