2. Etiologi kebutuhan rasa aman dan nyaman (nyeri) dalam buku standar diagnosis
keperawatan indonesia (ppni, 2016) penyebab gangguan rasa nyaman (nyeri) adalah :
a. Gejala penyakit
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan
c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial dan
pengetahuan).
d. Kurangnya privasi.
e. Gangguan stimulasi lingkungan.
f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi).
3. Manifestasi klinis kebutuhan rasa aman dan nyama (nyeri) ppni, 2016)
a. Vakolasi
1. Mengaduh
2. Menangis
3. Sesak nafas
4. Mendengkur
b. Ekspresi Wajah
1. Meringis
2. Mengeletuk gigi
3. Mengernyit dahi
4. Menutup mata, mulut dengan rapat
5. Menggigit bibir
c. Gerakan Tubuh
1. Gelisah
2. Imobilisasi
3. Ketegangan otot
4. Peningkatan gerakan jari dan tangan
5. gerakan menggosok
6. Gerakan melindungi bagian tubuh
d. Interaksi Sosial
1. Menghindari percakapan
2. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3. Menghindar kontak social
4. Penurunan rentang perhatian
6. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada rasa aman dan nyaman
a. Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang
terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia
b. Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan
mempengaruhi keamanan pasien
c. Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata pencahayaan
dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan pasien rawat inap.
7. Komplikasi rasa aman dan nyaman
a. Hipovolemik
b. Hipertermis
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Kejang
8. Klafikasi
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi dua, yaitu (PPNI, 2017) :
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah pengalamansensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3
bulan
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa aman dan nyaman seperti :
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
b. Menggunakan skala nyeri
1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat
menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi
yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa
merespon, namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.
11. Penatalaksanaan
a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing
klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan
memberikan individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.
Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti
positif dan dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu
cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau
mencegah stimulus nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke
stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat
pertandingan, menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan
music, suara gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi
intelektual (bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesik
Pemberian obat analgesik sangat membantu dalam manajemen nyeri
seperti pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja
pada saraf perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan
analgesic opioid (morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan
pasien menjadi lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat
kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit
baru seperti decubitus.
B. Konsep Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup
klien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden
terjadinya penyakit dan cedera yang akan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman klien.
2) Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/ bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman klien
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan rasa
aman dan nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan
beresiko terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman seperti
nyeri.
b. Pemeriksaan fisik: data focus
1) Ekspresi wajah
Menutup mata rapat-rapat
Membuka mata lebar-lebar
Menggigit bibir bawah
2) Verbal
Menangis
Berteriak
2. Diagnosa
Diagnosa 1: Ansietas
b. Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom,
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi
dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
c. Batasan karakteristik
1) Perilaku
Penurunan produktivitas
Mengekspresikan kehawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup
Gerakan yang tidak relevan
Gelisah
Memandang sekilas
Insomnia
2) Afektif
Gelisah
Kesedihan yang mendalam
Distres
Ketakutan
Perasaan tidak adekuat
3) Fisiologis
Wajah tegang
Insomnia
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Terguncang
d. Faktor yang berhubungan
1) Terpajan toksin
2) Hubungan keluarga/hereditas
3) Transmisi dan penularan interpersonal
4) Krisis situasi dan maturase
5) Stres
6) Penyalahgunaan zat
7) Ancaman kematia
2. Interveni keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kiteria Interveni keperawatan Rasional
. keperawatan hasil
(NIC)
(NOC)
1. Lakukan bimbingan 1. Agar pasien mampu
1. Ansietas Setelah dilakukan
antisipasi menghadapi
asuhan keperawatan
2. Ajarkan teknik kemungkinan krisis
selama … x24 di
menenangkan diri perkembangan dan
harapkan pasien tidak
3. Ajarkan cara situasional
mengalami ansietas
peningkatan koping 2. Untuk meredakan
dengan kriteria hasil :
kecemasan pada
koping.
2. Ansietas
berkurang,
dibuktikan oleh
tingkat ansietas
hanya ringan
sampai sedang dan
selalu
menunjukkan
pengendalian diri
terhadap ansietas,
konsentrasi dan
koping
1. Untuk
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Ajarkan manajemen
menghilangkan
asuhan keperawatan nyeri
nyeri atau
selama … x24 di 2. Ajarkan manajemen
menurunkan nyeri
harapkan pasien tidak alam perasaan
ketingkat yang lebih
mengalami nyeri akut
nyaman yang dapat
dengan kriteria hasil :
ditoleransi oleh
1. Memperlihatkan pasien
pengendalian nyeri, 2. Untuk memberikan
yang dibuktikan oleh keamanan,
indicator sebagai stabilisasi,
berikut (sebutkan 1-5: pemulihan dan
tidak pernah, jarang, pemeliharaan pada
kadang-kadang, sering pasien yang
atau selalu) mengalami
2. Mengenali awitan disfungsi alam
nyeri perasaan baik
3. Melaporkan nyeri depresi maupun
dapat dikendalikan peningkatan alam
perasaan
3. Implementasi
implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah
perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien
yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak ataupun respon
yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan.
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat.
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses keperawatan terakhir yang
berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditentukan. Evaluasi keperawatan bertujuan menentukan apakah seluruh
proses keperawatan sudah berjalan dengan baik dan tindakan berhasil dengan baik.
Daftar Pustaka
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jkarta: Salemba Medika.
Putri, A, Astuti, H, t, & kurniasih , N. (2016). Pengertian dan contoh Aspek legal etik dalam
keperwatan anstei. Politenik keehatan kemenkes Yogyakarta.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2010). Standar Profesi Dan Kode Etik
Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:
EGC.
PATHWAY
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Implus ketidaknyamanan
Kemedula spinalis